Bab 3: Takdirku
"Satu, dua, tiga, empat..."
"Lima, enam, tujuh, delapan ..."
Sebuah suara bergema layaknya bunyi nyanyian nyaring, latihan hari ini telah dimulai. Ini gawat, aku telat...... pikirku sembari berlari dari tangga menuju atap. Sebuah suara nyaring yang semakin keras seolah-olah itu muncul dengan cepat dan tanpa henti dari atas kepalaku. Aku yakin itu adalah suara energik Honoka.
"Gyaa~, jangan meregang seperti itu~! perutku, perutku...~" ekspresiku menjadi rileks saat mendengar suara teriakan itu.
Semua orang sedang berusaha keras.
Itu sebabnya aku juga akan memberikan seluruh kemampuanku
Ketika aku selesai menaiki tangga dan melewati pintu baja itu aku melihat semua orang dengan penuh semangat sedang meregangkan tubuh. Terdengar suara nyaring ke arahku "Oh, itu Umi-chan~!"
Sementara mereka sedang melakukan persiapan senam, mataku tertuju kepada Rin dan orang di belakang punggungnya yang saling melingkarkan tangan, itu adalah Honoka. Mata bulat Honoka yang besar terlihat seperti selalu menunggu sesuatu. Wajah pemimpin kami yang selalu energik, Honoka, diterpa sinar matahari yang menghujam atap ini dan bersinar terang seperti biasanya. 'Idol group µ's' itulah nama kami bawa saat ini saat melakukan aktivitas kita bersama.
Meskipun kami adalah "idola", tapi kami hanyalah idola sekolah sekarang. "Yang mana para membernya merupakan sukarelawan dari sekolah yang sama yang dan melakukan aktivitas idola yang amatiran" itu tidak jauh berbeda dari apa yang sedang kita lakukan saat ini.
(T/N: agak susah mengartikan ini, jadi begini lho maksudnya: idola sekolah itu sekelompok murid biasa dari sebuah sekolah yang sama yang secara 'sukarela' alias gak digaji yang menjadi melakukan kegiatan idola tapi gak terlalu ahli (it's translated as 'row and file'! -- damn you idiom!!) *ahli seperti member *uhuk* idolm@ster, --contoh-nya--)
Meskipun demikian, kami melakukan aktivitas ini dengan sepenuh hati. Menjadi idola terkenal untuk sekolah ini, kami mungkin memiliki mimpi yang tidak realistis.
Saat ini, demi melindungi sekolah dari penutupan, kami semua memiliki tujuan yang sama.
"Kita sudah mulai~ Umi-chan, cepatlah~!"
"Maaf atas keterlambatku, ada beberapa hal yang harus aku lakukan ...."
"Hentikan! Hentikan! Rin-chan, bisa pelan-pelan gak sih?"
Apa yang membuat perkataanku terputus di tengah-tengah adalah teriakan Honoka yang mendahului diriku dan yang saat ini sedang terangkat ke punggung Rin. "Membesarkan suaranya hanya karena itu. Tubuh Honoka masih saja kaku seperti biasanya." Pikirku sembari cekikikan dan meninggalkan barang-barangku di sudut atap.
Aku harus cepat dan berganti baju.
"Satu, dua, tiga, empat..."
"Lima, enam, tujuh, delapan ..."
Aku bisa mendengar suara mereka di belakangku sementara aku berganti baju di balik tangga*, seolah-olah aku bersembunyi di dalam bayang-bayangnya. Aku melepas ke bagian bawah seragamku sementara rokku masih terpakai. Kemudian, aku melepas pita di dadaku. Lalu membuka kancing bajuku kecuali 2 kancing di bagian tengah. Semetara aku berusaha mengganti baju, aku membuat suara yang acak-acakan saat mencoba melepaskan 2 kancing yang tersisa. Dengan paksa aku akhirnya berhasil mengganti bajuku di luar. Aku tahu sih, sebenarnya aku benar-benar ingin melakukan ini di ruang klub karena bagaimanapun juga aku adalah seorang gadis SMA.
(*T/N: Oh men!! Umi ternyata maso juga yah? :v)
Aku menghela nafas sambil tetap memakai kombinasi aneh dari rok dan seragam. Begitu aku selesai, aku mendesah lega karena merasa senang bahwa aku masih tepat pada waktunya untuk latihan. Aku menghela nafas lagi karena ganti baju di luar itu agak mengganggu-ku. Aku tidak tahu harus merasakan apa sekarang.
Sementara aku memikirkan itu, aku melihat melalui pagar kawat atap. Wow, pandangan panorama sekolah dari atas. Aku bisa melihat dojo panahan yang biasa aku kunjungi. Aku masih ingat suasana tempat itu.
"Aku akan menjadi idola !!"
Hari itu di bulan April, ekspresi wajah Honoka saat dia menyatakan itu di dalam kelas. Sosok yang bangkit dan berdiri kokoh itu adalah teman masa kecilku yang aku kenal sangat baik. "Aku akan melakukan yang terbaik dalam perkalian!", "Aku akan pergi ke toilet sendirian di malam hari!", "Aku tidak akan menangis pada saat upacara kelulusan!" dll, Tatapan wajah Honoka itu terlihat sama dengan saat-saat di mana dia menyatakan sesuatu dengan tekad yang kuat.
Bahkan jika aku pikir itu adalah ide yang sangat liar, aku terkejut pada saat yang bersamaan. Pemikiran bodoh semacam itu tidak akan membawa kita pergi ke mana pun, aku ingin memuntahkan perasaan itu kepada Honoka. Tapi kalaupun aku mengatakan itu, aku jadi ingat bahwa karena Honoka lah, orang yang membawa kita jauh-jauh sampai ke sini. Aku merasakan ada 'gedebuk' di dalam dadaku.
Lagi pula, saat ini kita sedang membicarakan tentang Honoka di sini. Dia adalah orang yang paling terakhir berada di kelas hanya untuk belajar perkalian, dan dia akhirnya pergi bersama dengan adiknya, Yukiho untuk sementara waktu ketika dia pergi ke toilet pada malam hari. Bagaimanapun juga, pada waktu kelulusan kami dari SD, dan baru pada saat itu, dia tidak menangis, bahkan tidak sedikitpun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Live! School idol diary: Umi Sonoda [SELESAI]
Teen FictionLove Live! School idol diary is a series of novels in the Love Live! franchise, written by Kimino Sakurako and illustrated by Otono Natsu and Kiyose Akame with character designs from Murota Yuuhei. There are currently twelve published novels, split...