Jika aku melihat ke belakang, aku bisa melihat sejumlah bangunan yang berkilauan di Akibahara. Kami keluar dari sana dan menyeberangi beberapa jalan. Jika kita melihat tempat itu dari jalanan tempat kita berada, maka bangunan itu akan terlihat seperti melayang di atas kegelapan di sekitarnya seperti sebuah pulau yang terang benderang.
Dari tepian sungai yang remang-remang, jika kalian melihat ke depan, itu terlihat seperti sebuah mimpi tentang festival malam hari. Seperti pemandangan antara dunia ini dan Nirwana.
Dadaku menjadi sesak.
Angin dingin dan lembab berhembus dan membelai leherku.
"Banyak yang telah berubah." kata orang yang berdiri di sampingku, Honoka, yang juga memandangi bangunan Akibahara yang bersinar. "Ini tidak terasa jauh dari depan sini." Pastinya, pemandangan itu terasa agak menguasai. Pada kenyataannya itu terlihat jauh namun pada saat bersamaan terlihat sangat dekat.
Kekuatan dari melihat bangunan Akibahara yang bersinar setelah sore hari. Sejumlah bilangan itu menunjukkan diri mereka dalam skala besar. Kalian bisa mengatakan bahwa seolah-olah itu adalah tempat transit. Seolah-olah mereka mencoba menyampaikan kekuatan itu kepada kita, setidaknya itu terasa seperti demikian. Kami tidak cocok dengan keadaan saat ini. Bahkan dengan perkataan tersebut, rasanya kami sedang menunggu agar mereka menaikkan bendera putihnya.
"Aku benci ini."
Aku memikirkan ayahku dengan pakaian hakama-nya di dojo, ibuku yang bersenang-senang meminum teh bersama muridnya selama latihan, nenekku yang memegang ikat kepala dan naginata-nya di pinggulnya dan cahaya yang menerpa dojo setiap pagi, alat penyiram di depan rumah Honoka saat aku pergi ke sekolah, dan tahu di piring yang ditawarkan oleh kuil di jalan setiap pagi.
Banyak hal muncul di pikiranku. Rasanya seperti kepingan hatiku sedikit demi sedikit sedang dibakar. Ini bukan masalah antara musuh atau teman tapi saya tidak menyukai ini. Hal-hal yang berubah dan hal-hal yang seharusnya tidak berubah. Bukannya aku takut akan perubahan. Seperti yang aku pikirkan, aku mencintai kota ini. Kota ini sangat berharga bagiku.
Arus yang tak terhindarkan. "Aku tidak ingin diserap oleh lampu kota yang bersinar itu" pikirku. Aku tidak akan menyerah tanpa melawan. Itu sebabnya, jika ada sesuatu yang bisa aku lakukan, bahkan jika itu sekedar melawan balik dengan satu panah kecil, aku akan melakukannya. Apakah itu karena aku terbiasa berlatih bela diri dan hal-hal tradisional lainnya sejak kecil?
Tidak, bukan begitu. Inilah naluriku, dan perasaan dari lubuk hatiku. Perasaan dari diriku yang sekarang telah menyadari bahwa karena orang mengatakan "Tidak ada yang bisa kita lakukan" dan tidak melawannya, hal-hal yang sebenarnya aku harapakan tidak menghilang menjadi hilang... Betapa bodohnya aku yang tidak menyadari itu sampai sekarang. Meskipun senyuman para siswa berpakaian seragam Otonokizaka itu penting bagiku dan kota ini namun hanya karena Honoka lah sehingga diriku sendiri dapat menyadari perasaan itu.
Honoka, yang berada di sampingku, berkata dengan suara lembut. "Perkataanmu itu... aku juga merasakan hal yang sama"
"Haruskah aku tidak mengatakan itu?"
Meskipun menjadi idola sekolah adalah hal #1 yang tidak pernah aku sendiri pernah pikirkan, aku sudah menari dengan segenap hidup sebelum aku menyadarinya. Semua orang termasuk diriku menghargai penampilan memalukan dari Umi Sonoda yang tradisional ini.
Wajahku menjadi merah dan aku ingin melepas kepalaku karena malu saat aku membayangkan diriku dengan rok berenda tiba-tiba muncul dalam pikiranku, aku penasaran apa yang dipikirkan Honoka tentang itu?
Tiba-tiba, Honoka memelukku dari belakang dan berkata, "Terima kasih banyak Umi-chan, mari terus bersama-sama selamanya dan selama ini aku akan meminta bibi untuk mengurangi porsi latihanmu. Bagaimanapun juga, jika dia tidak mau melakukannya dan karena hal itu kamu jadi tidak bisa menemukan cinta dan mendapatkan pacar*, maka keluargamu tidak akan memiliki ahli waris yang lain!"
(T/N: it's a BOYFRIEND! just to make it clear!)
Kalau dia mengatakan itu, maka Ibu akan mengatakan "Ayo lanjutkan, lahirkan (keturunan) generasi ketiga yang menjadi teman kecil bersama dengan (keturunan) Honoka." Dan kita akan menjadi kelanjutan dari cerita lama para ibu. Saat memikirkan itu, pipiku terasa sangat panas dan dingin oleh angin malam yang berhembus kepadaku.
(T/N: kalau ada terjemahan yg lebih bagus lagi, tolong beritahu saya!)
Malam Juni ini lebih dingin dari yang aku kira. Mungkin besok akan ada hujan. Kita akan menyesuaikan sesi latihan kita yang secukupnya, karena kita harus belajar untuk ujian berkala. Akhir semester 1 akan segera datang.
Sebuah tetesan hujan mendarat di pipiku. Aku melihat ke langit dan .. oh. Sisa tetesan hujan pun berjatuhan. Kita harus segera pulang. Sehingga tidak menyia-nyiakan waktu penting yang kita miliki sekarang, dan mulai besok, mari kita melakukan yang terbaik untuk belajar, semuanya.
Komentar <3 Honoka
Umi-chan adalah teman masa kecilku bahkan sebelum kita lahir, sejak kita masih berada dalam rahim ibu kita. Dia adalah orang yang paling mengerti rasa cintaku atas kota ini. Aku pikir memiliki seorang gadis keren seperti Umi-chan adalah salah satu bagian yang bagus untuk Otonoki. Itulah sebabnya untuk melindungi Otonoki, μ's akan mencoba hal terbaik yang mereka bisa bersama-sama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Live! School idol diary: Umi Sonoda [SELESAI]
Ficção AdolescenteLove Live! School idol diary is a series of novels in the Love Live! franchise, written by Kimino Sakurako and illustrated by Otono Natsu and Kiyose Akame with character designs from Murota Yuuhei. There are currently twelve published novels, split...