Hiruk pikuk keramaian yang terjadi di kantin siang ini, berlangsung seperti jam-jam istirahat biasanya. Yang berbeda hanyalah, di meja paling ujung, tempat dimana Rio dkk biasa duduk dan kumpul, kini kehilangan dua orang personilnya, Cakka dan Agni.
"Oke, jadi ceritain ke kita apa yang tadi pagi udah terjadi?" ujar Shilla membuka pembicaraan, sambil menatap Alvin, Rio dan Iel secara bergantian. Iel menghela napas, Alvin dan Rio saling melempar pandang.
"Ada apaan sih?" tanya Via tidak mengerti, apalagi melihat kelakuan Iel.
"Kamu sama yang lain tadi pagi ngapain sama Cakka?" Shilla menatap Alvin. Dia tahu pasti, Alvin tidak akan mengacuhkan pertanyaanya.
"Jadi tadi pagi itu.."
-Flashback-
Iel langsung mengajak Rio dan Alvin untuk turun ke bawah, melakukan apa yang di minta Via dalam smsnya. Sama seperti Via, Iel, Rio dan Alvin tidak terkejut sama sekali dengan apa yang mereka lihat, tapi mereka jelas tahu, bahwa tidak seharusnya Cakka mengulangi hal seperti ini lagi.
Di pinggir lapangan basket, Cakka nampak sedang asik melahap sarapan paginya, bersama seorang perempuan yang mereka duga masih kelas satu. Cakka bersikap tidak menggubris kehadiran mereka di sana, dia terus saja asik bersenda gurau dengan perempuan tersebut.
"Gue pinjem Cakkanya dulu dong, lo bisa balik ke kelas kan?" tanya Rio sopan tapi matanya menatap tajam ke arah Cakka. Anak itu nampak kecewa, tapi ia menurut. Sambil tersenyum manis ia melambaikan tangannya ke Cakka.
"Ada apaan sih? Kalian mau sarapan juga?" ujar Cakka enteng sambil menunjuk kotak bekal berisi nasi goreng yang sengaja di tinggal oleh anak tadi. Rio dan Iel kompak mencibir Cakka dan Alvin menatap Cakka lirih, ia memilih untuk duduk di samping Cakka.
"Belom ada seminggu lo baikan sama Agni, Cak.." Cakka melengos mendengar kata-kata Alvin.
"Kalo lo udah gak sayang sama dia, mending lo perjelas hubungan lo berdua sama dia, ngapain coba lo terus-terusan nyakitin dia kaya gini?" sambung Alvin lagi.
"Udahlah kalian apaan sih, cuma gara-gara gue makan makanan yang di kasih sama orang lain aja, kenapa kalian yang sewot? Gue kan cuma gak mau dia yang udah capek-capek bawain ini buat gue, jadi mubazir." jelas Cakka enteng.
"Lo mikir dong perasaan Agni!" sahut Iel. Cakka mendelik ke arah Iel, ia berdiri di depan Iel.
"Oh mikir ya? Terus kemarin lo mikir gak waktu asik main basket malem-malem berdua sama Agni?" tanya Cakka dengan senyum sinis. Iel mencelos, Rio dan Alvin saling berpandangan, tidak mengerti apa yang terjadi.
"Lo jealous sama gue? Gue sahabat lo, Cak.." terang Iel berusaha membela diri.
"Iya-iya lo bener, lo emang sahabat gue tapi bukan berarti lo gak bisa ngekhianatin gue kan?" Iel sudah tampak geram dengan kelakuan Cakka yang terkesan memojokkan dirinya. Rio yang menyadari itu, bertindak cepat dengan memisahkan keduanya, membuat jarak di antara mereka berdua.
"Jelasin ke gue sama Alvin, ada apa sebenernya?" tanya Rio sambil melihat ke arah Iel dan Cakka bergantian.
"Minta penjelasan sama dia!" sahut Cakka sambil menunjuk Iel.
"Eits, santai, gak usah pake tunjuk-tunjuk!" timpal Iel gak mau kalah sambil menampik telunjuk Cakka.
"Udah woy, elo berdua kenapa jadi mau ribut gini sih?" tanya Alvin tidak mengerti. Ia menggeser posisinya, berdiri di samping Cakka, bersiap bila terjadi sesuatu yang buruk.
KAMU SEDANG MEMBACA
LAST
Teen FictionSelalu ada akhir dari setiap kisah. Selalu ada ujung dari setiap jalan. Selalu ada perpisahan dari setiap pertemuan. Selalu ada kata-kata terakhir dari setiap pembicaraan. Dan itulah yang ada dalam cerita ini. Tentang sebuah fase kehidupan manusia...