Setelah menatap cermin entah untuk yang keberapa kalinya. Akhirnya Shilla keluar juga dari dalam kamarnya. Di ruang tamu, Alvin terlihat sedang ngobrol seru sama kedua orang tua Shilla. Shilla tersenyum ke arah Alvin, ketika Alvin memandangnya tanpa berkedip.
"Ada yang salah sama dandanan aku ya, Vin?" tanya Shilla bingung. Alvin tetap terdiam. Shilla mendekati Alvin dan melambai-lambaikan tangannya di depan muka Alvin.
"Eh..hah..kamu cantik banget, Shil.." puji Alvin tulus.
"Yee dikirain kenapa, kamu juga ganteng banget kok.."
"Iya dong, kapan sih aku jelek?" canda Alvin sambil tersenyum menggoda ke arah Shilla. Kedua orang tua Shilla yang ada disitu ikut tertawa melihat tingkah laku mereka berdua.
"Ma, Pa.. ini sebenernya ada apa sih? Kok Shilla sama Alvin suruh dateng ke acara makan malam ngga jelas gini sih?" Shilla mengalihkan pandangannya ke mamanya.
"Udahlah, kamu ini orang cuma disuruh dateng terus makan aja kok repot sih, udah sana berangkat.." Papanyalah yang menjawab pertanyaan Shilla.
"Ya udah Shil, mau berangkat sekarang?" tanya Alvin sambil menyodorkan tangannya untuk digenggam Shilla.
"Aku berangkat ya.." pamit Shilla sambil mencium pipi mama dan papanya.
"Berangkat ya om tante.." sambung Alvin, yang memang hubungannya sudah akrab dengan keluarga Shilla. Orang tua Shilla hanya tersenyum. Shilla meletakkan tangannya di atas tangan Alvin dan Alvin langsung menggandengnya menuju mobil.
Sepanjang jalan, mereka berdua saling berceloteh riang satu sama lain. Bersenandung kecil, mengikuti lagu-lagu yang di putar di radio. Melempar pujian dan kata-kata sayang. Membuat siapapun akan cemburu melihatnya. Jarang berantem dan selalu mesra. Sesuatu yang paling khas dari hubungan mereka berdua.
Sambil tetap bergandengan tangan, Alvin dan Shilla mengikuti pelayan yang akan menunjukkan meja yang telah di reservasi untuk mereka. Dari kejauhan Shilla memperhatikan satu pasangan yang sepertinya amat dia kenal, tapi sekaligus membuatnya heran karena ada keganjilan disana. Dan perasaannya itu terbukti saat pelayan tadi mengantarkan mereka ke meja tersebut.
"Rio!" pekik Shilla kaget.
"Duduk dulu Shil, Vin.." ujar Rio sambil tersenyum. Alvin dan Shilla, mengikuti intruksi Rio. Alvin terus memandang Rio penuh tanya dan Shilla terus memandang curiga ke arah gadis manis di samping Rio.
"Kenalin nama gue Dea," Dea menyodorkan tangannya. Meski bingung, Shilla dan Alvin secara bergantian menyambut tangan itu, sambil mengucapkan nama mereka.
"Kalian?" tanya Shilla langsung yang mulutnya udah gatel dari tadi.
"Oke, biar gue aja yang jelasin.." ujar Rio mantap. Ia menatap Shilla dan Alvin bergantian, kemudian ia mengalihkan pandangannya ke Dea.
"Gue sama Dea di jodohin,"
"Are you sure?" tanya shilla tanpa bisa menyembunyikan nada kaget di dalam suaranya. Rio mengangguk. Shilla ganti menatap Dea, mencoba mencari jawaban di matanya dan Dea melakukan hal yang sama seperti Rio, menganggukkan kepalanya.
"Jelasin semua, gue sama Shilla bakal dengerin sampai selesai." ucap Alvin bijak.
"Ya, gue sama Dea di jodohin, sebenernya ngga ada unsur pemaksaan disini, orang tua gue sama orang tuanya Dea sama-sama ngasih kita kesempatan buat pendekatan dulu selama tiga bulan ini dan kita berdua udah sepakat juga untuk nyoba enjoy jalan ini, ngga mau begitu ambil pusing. Tapi namanya orang tua, mereka juga usahalah buat bikin kita deket, salah satunya ini, gue sama Dea sering disuruh pergi berdua.." Rio mengambil napas sebentar, Alvin dan Shilla hanya diam, mencoba menjadi pendengar yang baik.
![](https://img.wattpad.com/cover/103485829-288-k611303.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
LAST
Teen FictionSelalu ada akhir dari setiap kisah. Selalu ada ujung dari setiap jalan. Selalu ada perpisahan dari setiap pertemuan. Selalu ada kata-kata terakhir dari setiap pembicaraan. Dan itulah yang ada dalam cerita ini. Tentang sebuah fase kehidupan manusia...