"-Karena mendo'akan adalah cara terbaik ketika kerinduan ini mulai menguasai diri ku tanpa izin-"
-Imam-
________________
Bunda berlari menyambut kepulangan ku ketika pintu rumah terbuka bersamaan dengan salam yang ku ucapkan lalu, menampilkan diriku yang baru pulang kerja. Heran saja, tidak biasanya bunda seperti ini. Mungkin bunda baru sadar bahwa anak satu-satunya memang harus diperlakukan seperti ini. Bunda mengambil alih tas kerjaku, lalu melangkah duluan mendahuluiku. Aku semakin curiga karena bunda mulai senyum-senyum tidak jelas.
"Bunda lagi kesambet ya?" Aku berlari kecil agar bisa mendahului langkahnya kembali. Aku menatap bunda dengan penuh selidik.
"Apaan sih sayang, orang tua lagi bahagia malah dibilang kesambet" katanya kembali berjalan melaluiku. Aku tidak menyerah begitu saja, rasa lelah baru pulang kerja tidak membuat rasa penasaran ku pudar begitu saja. Aku kembali mengejar langkah bunda dan merentangkan kedua tangan ku, dengan maksud agar bunda berhenti dan menjawab pertanyaan ku.
"Bunda kesambet apaan sih kok bisa berubah gini? Mencurigakan tahu nggak." Dengan bibir yang sengaja ku manyun kan dan tangan yang sengaja kulipat didepan dada.
"Imam hari ini bakal pulang ke Indonesia, dan dia juga bakal balik ke Lombok" tidak bisa ku ceritakan bagaimana ekspresi bunda ku saat ini. Bunda bahkan sepertinya lebih bahagia ketika tau aku dapat predikat Cum Laude ketika aku wisuda.
"Dan bunda sebahagia itu? Bun, yang anak bunda sebenernya aku atau Mas Imam sih?"
Aku semakin kesal dibuatnya, kenapa harus nama Imam lagi coba? Selalu seperti itu dari dulu sampai sekarang. Setiap nama Mas Imam disebut selalu saja mata bunda yang berbinar-binar. Astagfirullah batin ku. Mungkin saja bunda terlalu rindu dengan Mas Imam yang katanya baru balik ke tanah air setelah sekian lama menyelesaikan study di Negeri Piramida itu.
Walaupun kami tetanggaan dan dia kakak sepupu ku hanya sedikit sekali aku tahu tentangnya karena memang aku tak mau tahu dan tak pernah peduli pada orang yang menurut ku tidak terlalu penting dihidup ku.
Bunda kembali berjalan mendahului ku dan menyadarkan aku dari lamunan kakak sepupu ku yang ku tahu dari bunda akan segera menginjak kan kaki di tanah air."Oh ya Dev, tadi tante Gina minta tolong kamu buat nemenin dia jemput Imam di Bandara besok sore. Maafin bunda gak minta izin kamu dulu buat 'iya-in' permintaannya."
Aku tak terima dengan perkataan bunda. Enak saja waktu sore ku harus ku habiskan menunggu seseorang berjam-jam di bandara.
"Kok Adeev sih bun? Kenapa tante Gina gak ngajak Om Gilang aja?"
"Om Gilang lagi dinas keluar kota sama ayah kamu, jadinya gak bisa nemenin di ke bandara."
"Kenapa gak bunda aja yang nemenin tante gina?"
Pertanyan demi pertanyaan selalu aku lontarkan, karena aku benar-benar tidak terima dengan kata-kata bunda. Toh juga kalo gak di jemput Mas Imam bakal tetep balik ke rumahnya kan.
"Bunda sibuk persiapin acara syukuran bulanan dirumah besok malem" alasan saja batinku. Biasanya juga bunda tinggal pesen makanan yang siap saji.
"InshaAllah" jawabku sambil berlari menaiki anak tangga menuju kamar ku. Karena kamar ku terletak dilantai dua, aku harus terbiasa naik turun anak tangga yang membuat ku semakin kurus saja.
🍃🍃🍃
Kairo, Mesir
05:12 SoreAku mulai mengemasi barang-barang ku. Tak terasa waktu berjalan sangat cepat ketika aku mengingat banyaknya kenangan yang kudapati dari Negeri Fir'aun atau lebih populer dengan sebutan Negeri Piramida ini.
Semenjak memakai seragam putih abu berlanjut menyelesaikan S1 lalu S2 hingga bekerja di perusahaan utama selama 2 tahun. Ah rasanya tidak ingin meninggalkan tanah penuh kenangan ini.
Akan tetapi kerinduan pada tanah kelahiran, kerinduan pada umi dan abi yang membuat ku ingin segera pulang.
Namun ada lagi yang membuat ku sangat ingin segera sampai rumah saat ini yaitu melihat senyuman mu, gadis yang berstatus adik sepupu ku.
Gadis yang selalu percaya diri dengan apa yang dimiliki nya. Gadis yang selalu tersenyum paksa ketika aku menyapanya. Dan gadis yang tak pernah absen dari setiap alunan-alunan do'a yang ku panjatkan dalam setiap sujud ku berharap dialah pelabuhan terakhirku, dan berharap dialah tulang rusuk ku. 'Apa kabar kamu disana?' Batinku sambil mengambil foto masa kecil ku dengannya yang sengaja ku taruh diatas meja kamar ku, lalu sebuah senyuman terukir di bibir ku.
Padahal bukan cuma kami berdua yang ada di foto itu, ada tiga orang anak, yang sebelah kanan diri ku, dan ditengah kamu dan sebelah kiri kamu sepupu yang udah berasa jadi sahabat sendiri. Namanya Zafran Rahardi. Aku mengusap foto yang sengaja ku pakai kan bingkai berwarna hitam putih itu lalu memasukkannya ke dalam koper.
Aku harus menyelesaikan kegiatang packing barang-barang ini sekarang karena besok pagi aku udah harus stay di bandara Kairo Airport agar tidak ketinggalan pesawat. Karena jadwal berangkat ku jam 08:00 butuh waktu 10 jam penerbangan dari Mesir untuk sampai ke Indonesia khususnya Lombok.
Setelah selesai melaksanakan kewajiban ku sebagai seorang muslim, yakni perintah melaksanakan sholat subuh aku menarik koper ku keluar dan memanggil taxi yang akan mengantar kan aku ke bandara.
Tak butuh waktu lama taxi yang membawaku akhirnya sampai dibandara tepat pukul 07:30 masih tersisa 30 menit untuk istirahat.
Suara pesawat yang akan take off bisa ku dengar jelas. Aku melihat pemandangan Mesir dari jendela pesawat disampingku "Good bye Mesir. Terima Kasih untuk semua pelajaran dan kenang-kenangan selama dua belas tahun ini and ilalliko' " kataku bergumam pelan.
.
.tbc😄
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh Nextdoor
Espiritual[T A M A T] Menikah dengan orang yang kita cintai dan mencintai kita, lalu menggapai apa yang namanya sakinah adalah impian semua orang. Namun itu adalah hal yang mungkin saja terjadi atau mungkin saja tidak. Namun mencintai orang yang sudah kita n...