"-Allah telah mengatur semuanya. Bahkan dengan cara yang tak kau sangka-sangka-"
____________________
Aku masih setia menangis terisak di samping pusara nenek. Tuhan dengan perlahan mengambil semua yang aku sayang, mulai dari kepergian Ruri, dilanjutkan dengan kepergian nenek.
Semua anggota keluarga juga masih dalam posisi yang sama.
"Ada wasiat terakhir mirna yang akan aku sampaikan pada kalian"
Kakek menyapu wajah kami satu persatu. Ada harapan yang aku temukan di wajah sendu kakek. Tentu berat rasanya ditinggalkan oleh partner hidup untuk selama-lamanya.
Mas zafran membuka pintu rumah dengan perlahan. Kakek sengaja memilih rumahku untuk menyampaikan wasiat nenek, karena memang, rumahku paling sering di kunjungi nenek.
"Mirna mengingkan Adev dan Imam untuk menikah"
Braaakkk..
Ukhuk..
Ukhukk..
Rasanya seperti terjatuh dari lantai 10 lalu tepat mengenai beton.
Mas zafran menjatuhkan segelas air putih yang berada ditangan nya, diiringi dengan batuk yang luar biasa yang aku keluarkan.
Aku menatap mas imam, dia hanya ber-ekspresi menganga dengan air bening yg hampir keluar dari mulutnya.
Aku mencoba berpositif thinking, mungkin telinga ku bermasalah, atau pikiran ku buntu akhir-akhir ini gara-gara kepergian uri dan nenek secara pertahap.
"Hahaha ada-ada saja.."
Mas zafran juga tidak percaya, kenapa aku harus percaya juga.
Aku menatap bunda dan ayah, mereka hanya memasang muka seolah-olah biasa saja. Begitupun dengan tante gina dan om gilang.
"Mirna mengingkan adev dan imam menikah"
Kakek mengulangi perkataannya dengan menekan kalimat adev dan imam menikah.
Rasanya dunia ku berhenti berputar dengan perkataan kakek.
Mas zafran hanya menatapku dan mas imam dengan tatapan kasihan.
Aku berlari ke kamar bernuansa sky blue itu. Aku tak percaya ini, menikah dengan sepupu sendiri dengan alasan wasiat konyol.
"Kenapa harus mas imam bun?"
Aku memeluk bunda yang juga mengejarku berlari ke kamar.
"Adev tau usia adev emang udh ideal buat nikah. Tapi kenapa harus mas imam? Kenapa gak yang lain aja bunda? Dia sepupu adev bun. Kakaknya adev"
"Iya bunda tahu. Tapi ini permintaan terakhir nenek kamu sayang. Kita nggak bisa buat apa2 selain melaksanakannya."
"Tapi kenapa nggak orang lain aja?"
"Dev..dengerin bunda!"
Aku melepas pelukan dari bunda. Aku menatap mata hitam pekat bunda yang selalu menarik.
"Mungkin dia memang yang terbaik menurut Allah buat kanu sayang. Karena jodoh terkadang nggak kenal siapa dia. Entah itu org yang ada disekitar kamu, atau bahkan orang yang memang berada sangat jauh dari kamu"
Aku mendengar dan membenarkan perkataan bunda. Tapi bun masalahnya aku tidak mencintainya. Aku hanya menganggap dia sebatas kakak sepupu bukan untuk orang yang special. Dan nama Gio juga masih ada dalam hati ku bun.
Pengen rasanya mengatakan itu langsung pada bunda. Namun aku sengaja mengangguk paham.
To : Mas Imam
Zahra tunggu di bundaran taman nanti jam 7. Jgn ngaret!From : Zahra
Setelah mendapat balasan setuju dari mas imam, aku langsung memasukkan benda persegi panjang itu kedalam tas selempangku.3 menit lagi jam akan menunjukkan pukul 7. Aku celingak celiongok mencari sosok mas imam.
"Zahra mau menikah sama mas imam dengan satu syarat"
"Apa?"
"Nggak usah campuri urusan zahra. Urus urusan mas imam sendiri. Begitupun dengan zahra. Karena perikahan ini semata-mata karena wasiat konyol itu dan tanpa ada rasa cinta. Mas imam juga nggak mungkin kan cinta sama zahra?"
"Mm..mm sa..sa..saa..yaa"
"Ah nggak usah dijawab. Pasti jawabannya nggak mungkin. I'ts oke i know that, oke urusan kita udah selesai dan zahra pamit. Byee calon suami."
Setelah mengatakan itu, aku hanya ber-ekspresi ingin muntah lalu meninggalkannya mematung sendiri dibundaran taman.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh Nextdoor
روحانيات[T A M A T] Menikah dengan orang yang kita cintai dan mencintai kita, lalu menggapai apa yang namanya sakinah adalah impian semua orang. Namun itu adalah hal yang mungkin saja terjadi atau mungkin saja tidak. Namun mencintai orang yang sudah kita n...