"-Kematian itu hanya perpindahan. Berpindah dari penjara yang sempit, menuju penjara yang luas-"
_________________
"Raa..udah nggak usah ditangisin lagi. Allah lebih sayang sama Uri"
"Iyaa dev..uri udah tenang dialam sana"
"Ikhlasin diaa dev, tante juga terpukul dengan musibah ini"
Aku tak memperdulikan kata-kata mereka termasuk perkataan mamanya Uri.
Aku hanya bisa duduk menangis dan mengelus batu nisan yang sudah tertulis nama Saruri Sakinah binti Salman itu.
Mas Imam masih setia menunggu hingga aku lelah dan bangkit dari posisi dudukku.
Aku melihat mas Ari masih berdiri tegak disamping makam uri. Langit sepertinya tak ingin membiarkan mas ari tetap berdiri disana, hingga rintikan-rintikan hujanpun ikut turun bersamaan dengan perginya mas ari."Dev..ini ada titipan surat dari almarhumah uri"
Aku mengambil sebuah amplop putih yang disodorkan mas ari untukku. Lalu pulang ditemani mas imam yang masih setia menemaniku.
Suara jangkrik malam dan suara burung hantu mulai terdengar disudut kamar ku. Aku menutup semua tubuhku dengan selimut. Aku kembali menangis mengingat semua kenangan ku dengan Uri. Fase suka dan duka telah aku lewati bersamanya.
Siapa lagi yang akan menjadi partner curhatku sekarang? Siapa lagi yang akan membuat aku tertawa sepanjang hari, dan melupakan semua masalah ku? Siapa lagi yang akan mengelap ingusku ketika aku nangis berjam-jam gara gara drama korea? Siapa lagi yang akan setia mengingatkan ku sarapan agar maag ku tidak kambuh. Siapa lagi yang akan setia mentraktirku ice cream vanila kesukaanku kalau bukan Uri.
Nafasku terengah-engah dengan tangisan yang semakin memburuk.
Amplop kecil? Yah aku lupa membuka isi amplop kecil yang diberikan almarhum uri dengan prantara mas ari.
Aku bangkit dari kasur dan mencari-cari keberadaan amplop kecil itu. Alhamdulillah aku menemukannya.
Aku mengusap air mata ku yang tak ingin istirahat dan duduk kembali di atas kasur.
"Bismillah" aku membuka amplop itu, dan ternyata isinya selembar surat yang dipakaikan kertas binder warna biru.
Hai Salwa sayang :')
Sebelum kamu baca surat ini, kamu harus janji yaa nggak usah nangis lagi.
Aku tahu, jodoh, rezeki, kematian hanya Allah yang mengatur.
Tapi aku nggak tahu, rasanya berbeda sekali yang aku rasakan akhir-akhir ini.Aku menulis ini sambil menangis didekat kamu tidur, aku minta maaf harus membangunkan kamu dalam tidur nyenyakmu.
Rinjani sepertinya tahu dengan perbedaan ku, aku rasa begitu dengan pemandangan yang aku lihat tak semestinya.
Terima Kasih sudah menjadi seorang yang paling setia selama 8 tahun ini padaku. Dengan tubuh gempalku, kamu harus rela jalan dengan santai agar aku tidak kecapekan.
Ah rasanya aku ingin terus bersamamu. Maaf sekali aku sudah membangunkan mu princes, aku hanya ingin kamu menemaniku didetik-detik terakhir nafas ku.
Maaf aku sering membuatmu tertawa hingga terbatuk-batuk.
Oh yaa sebenarnya, aku udah punya penyakit lemah jantung dari kelas 2 SMA. Maaf aku harus merahasiakan semua itu. Aku cuma nggak mau kamu tidak akan mengijinkan ku ikut shoping dan jalan-jalan bersamamu.Salwa sebenernya..aku pernah liat Gio jalan di Mall bareng cewek. Aku nggak salah liat, soalnya cowok itu bener-bener mirip sama Gio. Aku yakin itu bener Gio.
Dan mas Imam juga kayaknya suka sama kamu. Aku bisa liat tatapan tulus dari dia. Mas ari juga naksir sama kamu dari SMA.
Maafin aku juga udah nggak bisa nemenin kamu makan ice cream vanila kesukaan kamu. Ilvyu princes❤
Aku menangis menatap foto ketika Uri meneraktir ice cream vanila kesukaanku. Nafas ku tercekat akibat tangisku yang gak mau berhenti.
'Uri Aku Rindu' kenapa harus Uri Tuhan. Tanpa sadar mataku sudah benar-benar lelah menangisi Uri lalu kemudian tertidur dengan memeluk surat dan foto bersama Uri.
Aku bangun sebelum subuh, mencuci muka dan mengambil air wudhu. Bertadarus adalah pilihan terbaik untuk mengisi kekosongan hati. Sampai saat ini pikiranku terus tertuju pada Uri.
Kata-kata terakhir uri kembali terngiang di otak ku.
"Ini malam terakhir kita"
"Aku ingin menghabiskan waktu terakhirku sama kamu"
"Untuk kali ini saja"
Air mata ku kembali menetes membasahi Al-Qur'an berwarna pink kesukaanku.
Adzan subuh sudah mulai terdengar dari sudut-sudut musholla dan masjid sekitar kompleks. Aku turun mencari keadaan bunda dilantai bawah.
"Bun, adev ikut jama'ah di musholla"
"Ikut aja. Sekalian ikut kajian pagi"
"Kalo kajian Adev nggak bisa. Jam 7 adev udah ke kantor"
"Oh yaudah ayo berangkat biar nggak masbuk"
Aku dan bunda berjalan beriringan menuju musholla. Menyusuri jalanan kompleks yang cukup sepi.
"Bun, adeva pulang yaa. Nggak ikut pengajian"
Setelah anggukan bunda pertanda setuju, aku keluar musholla dan bertemu dengan mas imam.
"Eh zahra, tumben jamaah subuh. Kamu udah baikan?"
"Lumayan, Zahra duluam Assalamu'alaikum"
"Wa'alaikumussalam Warohmatullah"
Aku mempercepat laju langkah kaki ku sambil terus memikirkan kata-kata almarhumah Uri, kalau mas Imam menyukaiku. Jika memang benar, berarti kebaikannya selana ini hanya untuk mendapat perhatianku. Ah sudahlah tidak penting.
Yang terpenting sekarang adalah mencari tahu keberadaan Gio. Aku juga yakin, Gio masih hidup dan tidak akan pernah mati dihati ku.
Kadang, aku sering merasa diriku memang benar-benar bodoh. Mengharapkan orang yang telah mempunyai nama di batu nisan hidup kembali.
Jasad Gio juga tidak pernah ditemukan dalam kebakaran itu. Hanya jasad kedua orang tuanya dan adik perempuannya yang aku lihat dalam tragedi kebakaran itu.
Namun, pihak berwajib menemukan jasad seorang lagi yang tidak dikenali karena tubuhnya dipenuhi dengan luka bakar. Katanya, itu jasad Gio. Tapi tetap saja hati ku berkata Gio masih hidup.
Setelah sampai kamar, rasanya kepala ku benar-benar pening. Aku memaksakan diriku turun ke lantai bawah dan mengambil obat pereda rasa sakit dikepala ku.
Aku kembali ke kamar dan memutuskan misi mencari Gio aku lanjutkan besok. Aku kembali tertidur setelah menelpon Ara untuk mengizinkan ku tidak masuk kantor hari ini, karena memang keadaanku memang sedang kurang fit.
.
.
.
.
.
.
.sorry pendek😆
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh Nextdoor
Espiritual[T A M A T] Menikah dengan orang yang kita cintai dan mencintai kita, lalu menggapai apa yang namanya sakinah adalah impian semua orang. Namun itu adalah hal yang mungkin saja terjadi atau mungkin saja tidak. Namun mencintai orang yang sudah kita n...