"-Tidak ada satupun di dunia ini yang dapat menandingi karya-karya Allah sekalipun jin dan manusia mengumpulkan kekuatan menjadi satu-"
[MT. Rinjani 3726 MDPL]
__________________
Aku mondar mandir didepan pintu sambil melihat ke arah rumahnya. Tidak ada tanda-tanda sama sekali. Padahal sudah aku peringatkan padanya agar tidak ngaret.
Akhirnya aku memutuskan menunggunya didalam rumah. Diluar juga cuacanya masih cukup dingin dan berembun yang membuat tubuh ku lumayan menggigil.
"Heh..heh..maaf ra tadi aku mampir ke apotek 24 jam buat beli masker buat kita"
Dia datang dengan nafas ngos-ngosan. Namun aku tidak peduli sama sekali, mau dia kecapekan kek, sakit kek itu tidak ada hubungannya dengan ku sama sekali. Dan itu juga tidak membuat aku khawatir dengan nya, aku hanya ingin dia disiplin dengan waktu dan tidak membuat rasa muak ku padanya bertambah terus menerus.
"Zahra nggak pernah minta mas imam buat beliin zahra apapun sekalipun itu cuma masker. Zahra nggak suka orang yang nggak disiplin waktu."
"Maaf..InsyaAllah aku nggak bakal ngulangin lagi"
Dia mengatakan maaf lalu menyodorkan masker warna biru kesukaan ku. Tahu dari mana dia kalo aku memang suka dengan apapun yang berbau biru. Tapi bodoamat aku langsung mengambil masker yang ia sodorkan dan memakainya.
Lalu aku berjalan keluar pintu lebih dulu, diapun mengikuti langkah ku dari belakang. Aku sudah berpamitan dengan ayah dan bunda, namun mereka tidak bisa melihat ku berangkat karena mereka juga tidak bisa meninggalkan sholat subuh berjama'ah yang langsung disertakan dengan kajian Ustadz Rahmat. Aku bisa memakluminya.
Setelah sampai di gerbang utama pendakian ke gunung rinjani, kami semua melakukan do'a bersama sebelum melakukan pendakian. Dan kami juga berangkat dari rumah Uri dengan personil sebanyak 7 orang.
Ada aku, Uri, Ara, Zia, Mas Imam, Mas Mas Ari, dan satu lagi temen Mas Ari yang aku tahu namanya dari Uri Mas Faisal.
Kami semua sudah sampai post satu. Karena disana ada tempat peristirahatan bagi para pecinta alam atau pendaki yang sengaja di sediakan oleh pengelola taman Geopark Rinjani.
Aku menunggu mereka yang sedang berwudhu dengan air yg mereka bawa masing-masing. Aku hanya mencuci muka, tidak ikut berwudhu seperti mereka, karena ini memang hari kedua ku berhalangan sholat.
Lalu aku berjalan kembali ke tempat kami beristirahat dan menaruh semua barang-barang kami. Kata mas Ari harus ada satu orang yg jaga disana selama mereka melaksanakan sholat. Dan akhirnya karena aku sendirian yang dalam keadaan berlibur sholat, jadinya aku yang ditunjuk buat jaga.
Disana ada banyak sekali pelajaran yang aku dapatkan. Mulai dari susahnya mencari rupiah, ku perhatikan dengan seksama bahu-bahu bapak-bapak yang mulai berbentuk karena beban-beban yang mereka bawa diatasnya. Dan kuperhatikan pula ibu-ibu para penjual itu yang mulai mengelap keringat di dahinya. Dan itu semua dijalani dengan arahan Skenario-Mu Rabb.
Selanjutnya, kualihkan pandangan ku ke ibu-ibu yang sedang melaksakan perintah sholat dengan beralaskan kardus. Tanpa aku sadari, air bening dari kelopak mataku mengalir begitu saja melihat bagaimana egois ku selama ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh Nextdoor
Spiritualité[T A M A T] Menikah dengan orang yang kita cintai dan mencintai kita, lalu menggapai apa yang namanya sakinah adalah impian semua orang. Namun itu adalah hal yang mungkin saja terjadi atau mungkin saja tidak. Namun mencintai orang yang sudah kita n...