Adit Teguh?

684 37 42
                                    

Sekarang bukan masalah siapa yang paling kenal lama. Tapi, masalahnya siapa yang paling mengerti.


-Happy Reading-

💡

Selesai dari kegiatan Naya mengusik Adit, Adit ngerasa kalau perutnya lapar, sampai bunyi pula dan itu membuat Naya ngakak setengah mati. Adit mengajak Naya makan di depan komplek tapi nyewa motor Arga, bukannya apa, hanya saja Adit merasa kalau ke depan komplek nggak perlu naik mobil. Ya nggak? Itung-itung, hemat bensin.

"Ya, lo nggak laper? Gue aja udah abis dua porsi." Tanya Adit.

"Nggak ah, lo makan aja. Dit, lo laper banget apa? Sampe abis dua porsi, emangnya Mamah nggak buat makan malam?"

"Nggak nafsu aja. Emang kenapa? Lo nggak ikhlas nganterin gue makan di sini?"

Emosiannya mulai deh.

"Gue sih nggak ngomong gitu Dit. Oh iya Dit, lo tau nggak kenapa cowok itu selalu bohong?"

Mata Adit melirik, tatapannya yang tercium dingin membuat Naya bergidik ngeri. "Kenapa lo tanya itu? Gue suka bohong sama lo? Gitu?"

Naya menggeleng pelan. "Ya... Gue nggak tau, jawab dulu dong Dit."

"Karena, yang bikin kebanyakan cowok memilih bohong itu, karena ketika mereka berkata jujur, mereka cuma dapat makian bukan pengertian. Itu sih kalo menurut gue." Bahunya dia angkat acuh.

Dahi Naya mengernyit. "Lo jawab kayak gitu, bukan karena lo termasuk cowok kan?"

"Gue cowok, gue jawab kayak gitu ya emang gitu adanya. Gue jawab pun karena lo yang minta jawaban, Ya. Lo lupa? Ish Yaya udah jadi Nenek yah?"

"Lo kok gitu sih, Dit? Lo nggak sayang lagi sama gue ya?"

"Enggak kok. Intinya gue sayang sama lo, kalo enggak kenapa gue bertahan sampai sejauh ini? Mungkin kita udah ada di Paris, lagi natap Eiffel malam-malam di temenin bintang."

"Alay." Cibir Naya.

💡

Naya mendumel abis di hadapan Adit, sebab Adit kesiangan mau nggak mau mereka telat sepuluh menit. Sekedar kasih selembar kertas berharga, gerbang langsung di bukakan.

Adit doang memang.

"Ya, maafin gue elah. Besok nggak lagi deh," Adit berusaha mensetarakan langkahnya dengan Naya, tangan kanannya mencoba untuk merampas tangan Naya. "Ya, lo marah beneran ya?"

Langkah Naya berhenti. "Lo pikir?! Lagian gue udah bilang, abis makan langsung tidur siapa yang suruh lo begadang sampe jam dua cuma karena battle main PS sama Arga?"

"Lo kok gitu sih Ya, lo lupa ya? Kan lo sendiri yang bilang, abis makan nggak boleh tidur. Ntar gendut, emangnya lo rela punya pacar gendut, padet, dan bantet?"

Bibirnya melurus, sedangkan bola mata Naya mengerling. "Gue nggak lupa kok! Ya... Harusnya lo lebih mikir Dit, lo udah kelas tiga harusnya perbanyak belajar, jangan kebanyakan main PS, emangnya lo nggak mau dapet perguruan negeri?"

Dahi Adit berkerut. "Iya deh iya, nurut aja gue mah. Tapi, makasih ya Ya."

"Makasih apa?"

My Stupid Partner (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang