Berat Hati

523 32 25
                                    

Now Playing : Seluruh Nafas Ini (Last Child)

Berat hati

Saat ku lihat mu berada di sampingnya dengan dekat, hanya satu pertanyaan dari ku. Apa kamu nyaman dengannya? Jika iya, aku akan terima itu karena kamu separuh jiwa ku meski hati ini rapuh saat mu bertukar peluk dengannya.

-Happy Reading-

💡

Berat hati dengan apa yang terjadi saat ini. Menjalin kasih lama tak ada cobaan itu mustahil. Dan selama apapun hubungan itu berjalan, yakini saja bahwa cobaan datang tidak berlalu dengan cepatnya.

Sudah tiga hari semenjak perihal Adit mengajak Risa pulang bersama. Hubungan Adit dan Naya mendadak renggang, entah ada badai apa lagi yang mengguncang kapal laju keduanya.

Naya yang sedang sibuk dengan OSIS pun harus merelakan waktu luangnya demi kehadirannya di ruang OSIS. Lusa akan dilaksanakan Festival yang kebetulan hanya dilaksanakan setahun sekali, mau tidak mau sebagai anggota yang masih sangat aktif Naya ikut turun tangan atas kegiatan ini.

Sementara Adit, dia hanya mengisi kesepian harinya dengan bermain PS semenjak tiga hari yang lalu Naya memulai aktifitasnya kembali untuk kumpul di ruang OSIS.

Terkadang Naya merasa akan hatinya tergores jika melihat Adit bersama dengan Risa. Entah ini rasa yang dulu kembali datang? Cemburu.

Siang ini Adit berjalan menuju ruang OSIS dengan tangan membawa semangkuk Cilok untuk Naya. Adit pikir Naya belum makan siang, karena dari jam delapan hingga siang ini dia belum juga keluar dari ruang OSIS.

Adit menghentikan langkahnya saat matanya melihat cowok membuka pintu ruang OSIS, matanya menyinis. "Kenapa? Muka lo nggak usah sok cool gitu!" Cibir Adit.

"Bacot njing!" Balas Simon.

"Mau ribut?" Sahut Adit lagi.

Simon tersenyum sinis, lalu bola matanya memutar. "Sorry, gue anak baik-baik. Jadi jangan harap lo bakal ribut sama gue."

"Sok lo, muka pantat panci aja belagu!" Cibir Adit lagi.

Simon hanya tersenyum sinis, kemudian melanjutkan jalannya menuju Koperasi.

Tok! Tok! Tok!

Tangan Adit mengetuk pintu ruang OSIS. Kemudian terbukalah dan terlihat Nasya yang sedang memegang pulpen.

"Adit, ngapain lo? Cari Naya ya?"

Adit menggaruk tengkuknya. "Iya lo tau aja." Jawab Adit.

"Bentar gue panggilin dulu deh." Respons nya, lalu Nasya melenggang pergi dari hadapan Adit.

Adit mengangguk, tangannya masih memegang Cilok di atas mangkuk sterofoam.

"Dit, kok elo kesini? Gue masih banyak tugas." Sapa Naya setelah muncul dari balik pintu.

Adit tak menjawab, melainkan dia menarik lengan Naya dan menuntunnya untuk duduk di kursi sebelah ruang OSIS. "Makan dulu, gue tau lo belum makan kan? Ntar sakit gimana?"

Kepala Naya mengangguk pelan.

"Lo bela-belain OSIS nggak makan siang pula, mereka sih nggak tau kondisi lo gimana mereka cuma tau lo itu baik-baik aja karena lo berusaha memakai tampang so fine. Lo sok bidadari."

"Iya Dit, maaf. Tugas gue emang lagi banyak, oh iya ntar sore gue nggak balik bareng lo, gue ada tugas dari Ketua OSIS."

Dahi Adit mengernyit. "Tugas apa? Gue bisa bantu? Masang tenda buat festival mah bisa gue." Ucapnya sok.

My Stupid Partner (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang