Spesifik Hati

449 28 12
                                    

Now Playing : Tak Mampu Pergi (Sammy Simorangkir)

Hal terindah bagi ku telah berhenti saat ini. Tapi ku yakin ini keputusan terbaik bagi ku.

-Happy Reading-

💡

Melepaskan seseorang yang sudah sangat nyaman apa mudah? Belum tentu kan?

Jika orang di luaran sana lebih memilih jalur move on cepat dengan cara cari Cowok baru, lain halnya dengan Naya. Dia lebih memilih rehat sejenak agar fikirannya sedikit terbenahi. Melepaskan Adit itu tak semudah menerbangkan Burung Dara, memang Burung Dara itu pintar sejauh-jauhnya pergi pasti akan balik ke tempat semulanya. Tapi apakah Adit seperti itu?

Bersedih di bawah bantal memang tidak ada faedahnya, namun kalau itu sudah terbiasa bisa apa. Naya masih bimbang akan keputusannya sore tadi, namun juga sebimbang-bimbangnya keputusannya tadi, yakin saja bahwa itu keputusan terbaiknya. Terlebih dia sudah melepaskan hatinya akan jauh dari kata sakit hati, daripada masih menjalin namun setiap malam harus jutek dan galau berkepanjangan.

💡

Keputusannya pagi ini adalah berangkat ke sekolah dengan motornya- lagipula motornya itu sudah jarang dipakai semenjak sering berangkat bersama Adit.

Sudah tiga puluh menit dia berdiri di depan cermin. Niatnya sih mau menutupi lingkaran hitam dan matanya yang sembab sebab malam tadi, namun hasilnya gagal, terpaksa dia harus memakai sun glasses.

Drtt!

Kepala Naya menoleh. Ponselnya berbunyi, namun Naya tak tahu siapa yang pagi-pagi begini menchat Line-nya. Kalau yang biasanya kan Adit, dia selalu marah karena Naya belum juga keluar dari Kamarnya. Tapi Naya berfikir itu bukan Adit, mana mungkin Adit yang menchat Line-nya, toh keduanya sudah tak ada apa-apa lagi.

Naya men-slide layar ponselnya. Kemudian dahinya mengerut, ini benar Adit.

Adit

Ya, lo bareng gue kan?

Naya hanya membaca Line dari Adit. Bukannya apa, hanya saja Naya tak mau membuat hatinya kembali tumbuh dan baper nantinya.

Naya memasukkan ponselnya di saku kemejanya, lalu memakai kacamatanya menuju motornya di bawah.

Hari pertama tanpa Adit mungkin belum biasa bagi Naya, namun jika terus dipikirkan mungkin nantinya akan tetap tinggal di dalam dada. Dan Naya masih bimbang akan hal itu.

Kaki Naya melewati meja makan yang di sana sudah ada Nayla dan Papahnya.

"Nay." Panggil Surya pelan.

Naya menoleh. "Kenapa Pah? Kakak harus buru-buru nih ntar telat."

"Kamu kenapa pakai kacamata Nay, tumben." Sahut Putri.

"Kakak naik motor Mah, takut kelilipan." Kata Naya sekenanya. Jika Mamah dan Papahnya tahu mungkin pertanyaannya akan jauh dari kata baik, apalagi jika Nayla tahu, bisa-bisa dia mengadu pada Arga ujung-ujungnya Arga nyambung ke telinga Adit. Karena intinya Adit tidak boleh tahu.

My Stupid Partner (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang