Aku gatau kalau sampai ketiduran dan pas bangun, kaget udah di area rumah sakit.
"Loh ... loh. Ngapain ke rumah sakit?!" aku panik sendiri dan pas noleh, Jaehwan natap aku lega.
"Kirain mbak keracunan AC mbak, makanya saya udah mau masukin ke UGD."
Dek, aku kecapekan nangis makanya ketiduran. Bukan pingsan karena keracunan AC.
Yaudah, kita keluar dari area rumah sakit dan Jaehwan kayaknya udah gak mau tahu alasan aku nangis. Entah capek tadi ditanyain gak aku jawab atau dia memang gak mau peduli.
Cuma ya kenapa aku sebel sih?
"Kamu gak mau nanya sesuatu?" sampah, ngapain aku ngomong begini?!
"Saya gak punya hak mbak."
"Emangnya kamu flatshoes?" apaan sih joke garing gue. Gak pada tempatnya.
Jaehwan ketawa aja dengernya dan gue rasanya mau nangis lagi. Bukan karena malu, tapi karena akhirnya ada yang paham kalau gue lagi dalam mode becanda. Semua orang kalau aku jawabin gitu pasti bilang, "kebanyakan baca novel lo."
Cowokku malah parah, malah mendengus dan nyuruh aku diam aja daripada ngomong gak jelas.
Ah, Bobby....
"Mbak," Jaehwan manggil dan aku noleh. Udah kok siap ditanyain macam-macam atau di judge jelek karena nangis--karena cowokku selalu bilang begitu kalau aku nangis karena nonton film atau karena hal remeh--tapi nyatanya, "udah lega? Kalau belum, gak apa-apa nangis lagi. Saya diem dan gak bakalan nanya."
"Kamu ... kamu gak penasaran?"
"Seperti saya bilang tadi, saya gak punya hak," Jaehwan belokin mobilnya menuju mesjid. "Saya izin sholat dulu ya mbak. Udah Ashar. Nangisnya tunggu ada saya aja, biar gak berasa sendirian."
Kenapa sih dek kamu itu baik banget ke aku? Jangan gini, ntar tunanganmu marah ke aku.
Tapi kesimpen dalam hati aja dan bosan, utak-atik radio dan malah keputer lagu galau. Kesal, matiin radio dan milih mutar USB isinya lagu rock.
Lihat judulnya karena ini lagu pertama yang kesetel pas pertama kali naik mobil Jaehwan meski pas diputar aku rada kaget sama nadanya. Lalu cari di youtube karena mau cari musik videonya.
Keselek pas lihat di youtube. Ternyata mau sealim apa pun, laki-laki sama aja ya.
Tapi kok suaranya rada beda ya sama yang diputar sekarang?
Pas Jaehwan masuk mobil, aku langsung nanya, "kok ini suaranya beda ya?"
Dia gak jadi pasang seat belt dan natap layar HP-ku yang mutar musik video lagu yang tadi aku dengerin sebentar, lalu natap aku. "Yang mbak tonton versi filmnya tahun dua ribu dua belas. Yang ada di USB saya versi tahun delapan puluhan."
"Kamu ternyata gak sealim saya kira ya," mau gak nyindir tapi jatuhnya tetap aja nyindir.
"Saya juga punya dosa mbak."
Mukanya Jaehwan jawab itu kayak gak ngerti aku nyindirnya di bagian mana dan mobil jalan lagi. "Mbak mau makan?"
"Kamu tahu lagu tadi yang nyanyi pakai lingerine?"
"Mbak, ligerine gak bisa dimakan," sampah, aku ketawa dengernya. "Ya mbak, saya tahu. Lagian memang penyanyi aslinya kalau manggung pakai lingerine."
Aku yang buka topik ini, aku juga yang berakhir malu dan kipas-kipas muka. Apaan sih maunya aku?
"Mbak, mau makan?"
"Kamu aja deh nentuin."
"Saya makan apa aja bisa, tapi saya gatau mbak mau makan apa. Ntar alergi gimana?"
Jangan baikin aku segininya. Ntar aku baper lagi.
Inget Jaehwan, kamu udah ada yang punya. Jangan begini.
"Mbak Jisoo?" panggilan Jaehwan membuat aku menoleh dan dia juga natap aku karena sekarang mobul berhenti.
Lampu lalu lintas berwarna merah dan nungguin berubah jadi hijau.
"Kamu kenapa baik sama saya?"
"Saya rasa berbuat baik tidak butuh alasan."
"Tapi kamu tahu kalau orang lain bisa salah mengira?"
"Mbak kan bukan orang lain," sahut Jaehwan kalem dan nurunin rem tangan karena sudah lampu hijau. "Mbak kan asprak saya dan udah punya pacar juga.
"Memangnya kamu gak mikirin perasaan tunangan kamu apa?"
Lalu kepalaku hampir menyentuh dashboard mobil kalau saja sabuk pengaman tidak menahan pergerakan badanku dari rem mendadak yang dilakukan oleh Jaehwan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bossa Nova | Jaehwan ✖ Jisoo ✔
FanfictionShe doesn't like younger boy. He likes older girl. [Bossa Nova © 01 Juli 2017]