Aku nemenin Yeonjung ke rumah sakit dan terdiam saat lihat Jaehwan ada di sana. Tengah ngomong sama cewek yang gue tahu namanya Somi dan penampilannya berantakan. Saat tatapan kami bertemu karena dia berbalik, dia seperti terkejut lalu tersenyum sebentar sembari menundukkan kepalanya.
"Bang Jae, bukannya lo balikmya tahun depan?" hah apa? Yeonjung gak pernah ngomong tentang hal ini sebelumnya.
Namun, setelah dipikirkan kembali dia memang tidak pernah membicarakan Jaehwan selama ini. Kalau ketemu dengannya, aku hanya akan mendengar cerita Yeonjung tentang perkuliahannya, usahanya biar dinotice Sewoon cuma berakhir seperti itu sampai dia dekat sama cowok lain.
"Gue kemari karena Daehwi," Jaehwan menghela napas. "Gimana ceritanya dia bisa begini sih? Gak, maksud gue kenapa bisa sampe keamanannya ditembus?"
"Ya mana gue tahu bang Jae! Gue kan bukan yang punya party dan gue ngejar deadline makanya gak ikutan."
"Lah tumben lo mau ngerjain tugas? Kesambet apa lo?"
"Biar gue bisa merdeka dan lepas dari lo bang!"
Aku melihat interaksi Yeonjung dan Jaehwan itu dalam diam dan aku merasa salah tempat. Jadi aku diam-diam mundur dan pergi ke sebuah gerai kopi populer yang ada di rumah sakit. Jangan tanya kenapa rumah sakit ada beginian, karena aku juga bingung.
"Mau kopi, teh atau apa?" suara itu membuatku kaget dan lebih kaget lagi saat Jaehwan duduk di kursi yang ada di depanku.
"Ka-kamu ngapain di sini?" aku langsung mencari-cari Yeonjung. "Mana Yeon?!"
"Lagi ngegas sama cowok yang dia sukai," Jaehwan cuma senyum. "Jadi mau kopi, teh atau apa?"
Aku mau kamu di sini. Tentu saja itu tidak aku ucapkan dan bilang, "Ice moccacino?"
"Oke," dia beranjak dari tempatnya dan mengantri untuk memesan. Terus aku diam memerhatikan Jaehwan dan gak berapa lama HP aku bergetar.
Jaehwan: Saya lupa nanya, mau ukuran apa? Medium apa large?
Jaehwan: Less sugar atau add more sugar?
Jaehwan: Dan saya gatau kalau mbak mengirimkan banyak chat ke saya selama ini
Jaehwan: Saya harus mulai balasinnya dari mana?
ReadAku menelungkupkan mukaku ke meja karena malu. Aku dengar dari Sohye--karena dia jadi asprak dan sering konsultasi denganku--kalau Jaehwan udah gak pakai akun Line lamanya. Dikasih tahu sama cowok yang naksir Sohye dan rela terbabuin jadi tukang ojeknya dia kemana-mana.
"Mbak, ini minumannya," suara itu malah bikin aku gak berani mengangkat wajahku dari meja. "Meja lebih ganteng ya mbak dari saya? Ntar saya buatin meja deh biar bisa ditemplokin sepuasnya."
"Apaan sih?" aku mengangkat mukaku dari meja dan Jaehwan ketawa. "Kamu pikir aku semengenaskan itu sampai naksir sama meja?"
"Ya siapa yang tahu?" Jaehwan mengangkat bahunya dan minum punyanya. Cuma itu warnanya hitam pekat dan membuatku penasaran. "Itu ... apa?"
"Ha?" Jaehwan menatapku bingung, lalu sadar yang aku maksud adalah isi gelasnya. "Ice americano."
"Bukannya pahit?"
"Gak sepahit kenyataan saya ternyata gak bisa move on," dia ketawa pelan, tapi terdengar seperti ironi. "Jadi gimana kabar mbak sama bang Lucas? Jadi tunangannya?"
Mendadak, minumanku terasa jauh lebih pahit dari seharusnya dan menelan rasanya lebih susah. "Eum ... ya begitulah."
"Ciyee yang setelah wisuda langsung sibuk mengurusi pernikahan," ejeknya yang entah kenapa aku mendengarnya merasa sedih.
Aku gatau dia bohong atau gimana, dia sengaja memejamkan matanya sesaat. Meski aku kenal dekat sama Jaehwan sesaat, tapi aku hafal semuanya.
Dia yang akan bertanya hal yang sama secara berurutan jika aku naik ke mobilnya. Dia yang akan memejamkan matanya sesaat kalau dia berusaha menyembunyikan sesuatu. Dia yang memang beneran sebego itu kalau berurusan sama cewek lain, tapi kalau sama aku gak pakai mikir buat ngalus.
Kita gak ada ngomong apa-apa lagi dan aku bilang jangan antar aku pulang karena aku dijemput Lucas. Cuma dia akan tetap sama seperti dahulu, menungguin aku sampai mastiin aku dijemput dan dia hanya senyum saat aku naik motornya Lucas, menjauhinya.
Sesak dan rasanya salah.
"Sayang, kamu kenapa nangis?"
Karena aku bodoh. Aku keras kepala dan maksa hal yang gak akan bisa aku tutupin. Maksain hal yang udah jelas apa hatiku mau hanya karena mikirin statusnya bersama orang lain.
Selalu menggunakan tameng dia lebih muda dan agama sebagai alasannya aku gak milih melakukan apa yang hatiku mau.
"Lucas," aku masih nangis saat turun di depan kosan dan menyerahkan helm. Dia mengeryit saat aku juga melepaskan cincin yang ada di tanganku. "Maafin aku, tapi aku gak bisa bohongin hatiku lagi. Aku bukan mau kamu yang jadi pemimpin hidupku di masa depan nanti."
Ayey, 2 chapter terakhir. Haruskah aku selesaikan hari ini atau kugantung kalian sampai besok sesuai dengan jadwalku?
KAMU SEDANG MEMBACA
Bossa Nova | Jaehwan ✖ Jisoo ✔
FanfictionShe doesn't like younger boy. He likes older girl. [Bossa Nova © 01 Juli 2017]