➖ JISOO

2K 516 36
                                    

Aku sebenarnya juga gak ngerti kenapa malah jalan ke gedung Geologi  pas barusan putus dengan Lucas. Mungkin lebih tepatnya kenapa aku selalu dapat cowok yang gak baik dalam hidupku? Umur pacaranku dengan Lucas hanya 3 bulan dan kita putus karena dia ternyata punya pacar bukan hanya aku.

Aku mau balik ke gedung Perminyakan aja, tapi lihat Jaehwan yang lagi jalan sambil nyariin sesuatu di dalam tas selempangnya tanpa sadar membuatku tersenyum.

"Jaehwan."

Dia mengentikan langkahnya dan mandang aku bingung. "Iya mbak? Ngapain kemari? Mau ketemu dosen ya?"

Gatau, aku udah jalan ke sini aja. Cuma kayaknya aku gak mungkin ngomong gitu, tapi juga gak ngomong, "mau ketemu kamu."

Aku lihat dia yang jatuhin kunci mobilnya, terus sigap nangkap sebelum jatuh ke dalam parit. Aku juga panik ngomong gitu, buru-buru nambahin, "nebeng pulang dong, sekalian mau curhat."

Rasanya aku mau mengubur diriku sendiri karena dari tadi ngomong yang di luar rencanaku. Kalau ada yang bisa dibilang keuntungan, Jaehwan bukan anak yang banyak nanya. Dia cuma bilang tungguin dia bentar buat ngeluarin mobil dan gak berapa lama kita udah di jalanan.

"Mbak udah makan?" urutan pertanyaan Jaehwan selalu sama kalau aku di dalam mobilnya.

Dia boleh putar lagu lalu dilanjutkan dengan pertanyaan aku sudah makan atau belum.

"Belum, kamu sendiri?"

"Udah, tapi yaudah ayo makan. Mbak mau apa?"

"Eeee gak usah, gak usah," aku merasa gak enak dengernya. "Aku gak mau merepotkan kamu."

"Kalau nawarin berarti gak merepotkan mbak."

"Tapi...."

"Anggap aja ucapan terima kasih aku mbak karena nilai praktikum Geologi Dasar dapat A," dia senyum dan meski gak lihat aku, gatau kenapa rasanya senang.

Jisoo, gak. Dia adik tingkat kamu dan dia udah ada yang punya meski orangnya selalu ngomong dia bakalan mengakhiri semuanya begitu udah mulai kuliah.

"Mbak Jisoo? Mau makan apa?" suara Jaehwan membuyarkan lamunanku dan membuatku menoleh, yang merupakan keputusan buruk karena tatapan kami bertemu.

"Eum ... terserah."

"Saya gak ngerti mbak kalo dibilang terserah, karena terakhir kali saya ajak mbak makan ke tempat yang saya tentuin malah gak mau makan."

Iyalah gak mau makan, sepiring makanan di sana paling murah 100 ribuan, mau nangis aja aku rasanya lihat harganya. Bisa dipake makan enak 3 hari mah kalau sama aku.

"Soto deh."

"Soto apa mbak? Jenis soto banyak soalnya."

"Lamongan."

Aku pikir dia bakalan langsung nepi karena kebetulan kita papasan sama tempat yang jualan soto lamongan. Ternyata gak, dia tetap terus dan baru aku mau tanyain kenapa, "ke tempat langganan mbak aja deh. Saya gak mau ambil resiko."

Bilang sama aku caranya, gimana kalau udan diginiin biar gak ambyar?

Aku pikir dia bakalan cuma nungguin aku makan, tahunya ikut makan tapi pesanannya cuma setengah. Saat aku tanya kenapa, jawabannya, "karena saya tahu kalau makan dilihatin itu rasanya gak enak dan sepi."

Mau nangis aja rasanya. Padahal harusnya aku baper karena diputusin, malah sekarang baper diginiin. Seperti biasa, aku makannya pasti lelet dan Jaehwan bakalan bilang gak apa-apa.

Bahkan sama Lucas, aku kalau makan lelet begini pasti dikomentari meski tidak sampai mengomeli. Sambil makan, aku sambil lihat Jaehwan yang masih serius sama layar HP-nya. Pasti lihat grafik saham lagi yang membuatku pernah nanya kenapa gak ambil bisnis sekalian?

"Nanti dibegoin sama karyawan di kantor. Jadi sebelum kejadian, aku setidaknya harus belajar soal hal-hal beginian."

Kadang aku gak ngerti sama pola pikirnya Jaehwan yang kadang kejauhan mikir ke depan. Dia itu anomali dari anak-anak orang kaya yang aku kenal. Selama ini aku hanya mengenal anak-anak yang pamer kekayaan dan gak pake mikir buang uang buat hal berguna.

Jadi saat ketemu sama Jaehwan yang meski kadang juga gak mikir ngeluarin duit, tapi dia ngerti cara balikin duit yang kepake itu. Dia baik ke semua orang dan gak pernah ngomong kasar ke cewek. Kalau teman-teman cowoknya ya dia tetap aja ngomong lo-gue dan level kasarnya dia sejauh pengamatanku cuma ngatain 'brengsek' sama 'bego' doang.

"Mbak, muka saya ada sesuatu ya makanya dilihatin?" pertanyaan Jaehwan itu membuatku panik karena ketahuan mandangin dia. Mungkin sadar kalau aku bakalan kejebak di situasi awkward, dia cuma ketawa pelan. "Santai aja mbak. Saya gak marah, tapi kalau ntar naksir saya itu lain ceritanya."

Gak usah ngomong gitu sambil ketawa, aku yang oleng.

Selesai makan dan aku udah pasrah dibayarin sama Jaehwan, akhirnya balik ke mobil dan rencananya Jaehwan mau mampir ke mesjid pas di jalan nanti saat dapat telepon dari Daehwi. Apalagi suaranya yang toa dan kedengeran satu mobil membuatku dan Jaehwan terdiam cukup lama.

"BAPAKE!! DONGHYUK, WOOJIN SMOL, WOODAM SAMA SEWOON KECELAKAAN! BURU KE UGD!"

"BAPAKE!! DONGHYUK, WOOJIN SMOL, WOODAM SAMA SEWOON KECELAKAAN! BURU KE UGD!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Bossa Nova | Jaehwan ✖ Jisoo ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang