"Lo yang namanya Jisoo?" aku bingung saat cewek berambut merah nyamperin aku dan aku yakin dia bukan anak FT karena style dia kayak Jiho.
"Iya," cuma gue keingetan Jiho gayanya macam anak Hubungan Internasional aja kuliah Teknik, apalagi di depan gue ini kan?
"Ikut gue. Kita perlu bicara."
"Tapi aku...."
"Ikut gue karena gue tunangannya bang Jaehwan!"
Aku gatau kalau bakalan ada di posisi begini. Maksudku, aku tahu Jaehwan punya tunangan, tapi gak pernah kepikiran di skenario hidupku aku bakalan ketemu sama cewek itu. Mana sekarang dia yang lagi bolak-balikin buku menu di salah satu restoran mewah.
"Udah pesan aja. Bang Jaehwan bakalan ngamuk kalo tahu gue gak perlakukan lo dengan baik," omongan dia yang tidak acuh itu membuatku jadi salah tingkah. Apalagi lihat harganya bikin aku meringis, duit makanku seminggu cuma berharga sepiring pasta original di sini?!
Pada akhirnya aku hanya pesan minuman sementara cewek di depanku mesan makanan entahlah apa itu. Namanya bikin lidah terbelilit saking susahnya dan kenapa aku jadi dibawa ke tempat makan mahal begini?
"To the point aja ya," mendadak, aku merasa menelan air ludah aja terasa sulit. Aku pikir dia bakalan marah-marah karena buat tunangannya masuk rumah sakit, tapi ternyata, "bang Jaehwan itu bego kalau berurusan sama cewek, jadi mohon kesabarannya. Dia juga cuma suka sama yang lebih tua dari dia, biar imbang katanya sama mukanya yang boros."
"Tapi ... kamu tunangannya."
"Ha?" cewek itu menatapku bingung, lalu ketawa sampai nangis. "Gue sama dia? Dunia gue jungkir balik kali. Lagian udah lama putusnya juga."
Aku diam aja, tapi aku bertanya-tanya kalau udah lama pisahnya kenapa kalau ada beginian masih ketemu? Kenapa kalau Jaehwan dapat telepon dari cewek ini ujungnya tetap aja pergi meski mengomel.
"Kita udah putus, tapi belum ngomong sama orang tua aja," cewek itu berhenti ngomong karena minuman kita datang. Gak seperti aku yang mengucapkan makasih ke pelayan yang nganterin, cewek itu kayak gak peduli. "Lagian gue udah sepakat sama Jaehwan, begitu gue lulus SMA dan gue kuliah di luar, gue bakalan minta udahan. Ngeles aja gue bosan sama dia dan maunya sama orang lain."
Gatau diri sih aku sebenarnya, tapi kenapa dengernya jadi lega?
"Eh, ngomong dong. Dari tadi gue terus yang membacot," teguran itu membuatku tersenyum kikuk dan dian mendengus. "Ya pantas sih bang Jaehwan mau digebukin. Lo kalem begini, cocoklah sama dia yang alim begitu. Gak kayak gue, rusak."
"Aku beda agama sama dia," aku ngomongnya pelan banget, tapi cewek itu denger dan mengibaskan tangannya.
"Alah, kalau bang Jae nekad bisa aja kalian nikah. Belanda legal nikah beda agama."
"Tapi...."
"Bapak Ibunya juga beda agama dan langgeng aja sampe sekarang," aku dengernya bengong. Ha? Anak kayak gitu malah berasal dari keluarga beda agama? "Cuma ya masalahnya, emangnya lo mau sama bang Jae?"
Aku diam dan dia gak ngomong apa-apa lagi karena pesanannya datang. Jangan harap kalau dia nawarin aku makanannya dan di titik ini aku nyadar, sikap cewek anak orang kaya beda banget sama anak-anak biasa semacam aku.
Terus kenapa dari tadi dia ngomong seolah Jaehwan suka sama aku? Gaklah, gak mungkin dia sukanya sama aku yang begini dan suka galakin dia begitu.
"Bang Jae gimana kalo sama lo?" tanyanya dia yang membuat lamunanku buyar dan menatapnya. "Oh iya lupa, lo kan lebih tua dari gue dan bang Jae. Panggil kak juga atau bagaimana?"
"Gapapa kok kalau mau lo gue," aku hanya tersenyum dan sejujurnya malah enakan begini. Aku sejak dahulu kagok dipanggil mbak sama anak-anak maba.
"Oh yaudah. Ntar diamuk bang Jae terus gak mau jadi beckingan gue kan susah," dia mengangguk-angguk lalu natap gue. "Jadi bang Jae kalo berinteraksi sama lo kayak apa?"
"Ya gitu."
"Gitu gimana? I dunno what he do lah."
Jadi aku jelasin apa yang terjadi dan kupikir akan disela, tapi ternyata dia mendengarkan sambil makan. Begitu ceritaku selesai, dia mengangkat sebelah alisnya, "wow, I dunno if he can sweet talker too. Really obvious lah he likes you."
Aku mau membantah, tapi cewek itu manggil waitress dan minta bill. Begitu bill sampai, malah nyerahin kartu dan aku pusing, karena adegan beginian cuma pernah aku lihat di TV bukan di kehidupan nyata.
"Sebagai orang yang jengkel dijodohkan sama dia," perkataan itu membuatku kembali menatap cewek di depanku yang tengah tersenyum miring, "gue senang akhirnya alasan gue bakalan valid kalo minta udahan. Kan ada lo. Tapi...," dia natap gue sebentar dan lihat gue dari atas ke bawah sebelum menatap gue dengan tatapan menilai. "Kalau lo cuma dekatin dia karena uangnya, orang pertama yang mastiin lo merasakan sengsara itu gue. Bahkan jika gue perlu naik pesawat dua puluh empat jam dari New York kemari nantinya."
Denger pernyataanya itu membuatku bertanya, "kamu yakin gak tunangan sama dia?"
"Gue masih tahu diri. Gue anaknya masih mau main, masih mau liar sementara dia anaknya baik-baik. Dia ngikut gue clubbing aja gue usir karena gak mau dia rusak," dia ngibasin tangannya. "Lagian, ngapain gue nikah muda? Dia kan tipe kuno, gamau pacaran tapi nikah langsung. Gak ... gue masih mau bebas sampe umur tiga puluhan."
Aku cuma diem aja dan dia nanyain mau diantar pulang apa ke rumah sakit. Sepanjang jalan, dia emang banyak cerita dan mayoritas tentang dirinya sendiri. Iya, aku sadar dia self centered, tapi juga sebenarnya dia enak diajak berbicara. Berapa kali aku joke garing tidak pada tempatnya dan dia ketawa. Atau aku ngomong maksudnya bercanda tapi jatuhnya sarkas dan dia ketawa.
"Oke kak, telpon aja kalau bang Jae macem-macem ntaran. Gampang gue seret ke depan muka lo," iya, akhirnya aku dipanggil kakak karena dia bilang suka ngobrol sama aku dan dia nganterin sampai depan lobi. "Udah ya, mau pulang. Mau clubbing, panas kepala disuruh belajar mulu."
Cuma aku pas masuk ke ruangannya Jaehwan gak siap sama situasi ini. Orang tuanya ada di sana dan tiga orang itu natap aku yang membuatku menyesal tidak pulang saja.
Yeonjung, jemput aku lagi dong.
Baru nyadar, update 6 chapter hari ini. Hggg, segitu maunya ya gue ini cepetan udahannya biar bisa urus daesomuel? 😂
KAMU SEDANG MEMBACA
Bossa Nova | Jaehwan ✖ Jisoo ✔
Fiksi PenggemarShe doesn't like younger boy. He likes older girl. [Bossa Nova © 01 Juli 2017]