➖ JISOO

3.1K 668 52
                                    

Mood aku udah rusak seharian ini. Mulai dari Jennie yang ngakak kenceng banget dan mulut toanya malah ngomongin Jaehwan nyaring banget di kelas sampai tadi UTS dadakan. Sebenarnya sih bisa aja aku mengerjakannya, tapi aku tuh muak kalau pas begini semua orang maksa aku memberikan jawaban yang aku hitung susah payah.

Dikira ngehitungnya gak pake otak dan tenaga?

Eh sekali keluar kelas, malah ketemu orang yang menjadi sumber bad mood aku. Seriusan, aku mau nukar dia ke kelompok lain, tapi Taeyong, "kemarin kan gue mau kelompok bagian Geologi 4 orang lo amuk karena mau nikung bapak lo."

Minta dilempar batu memang Taeyong ini. Bodo setelah itu ntar hadap-hadapan sama Jennie yang galak, salahnya punya laki mulutnya asal bunyi.

Terus ini anak-anak maba menguji imanku atau gimana? Masa yang ngumpul cuma 4 orang padahal aku tahu ada 10 orang yang jadi praktikanku?! Jelaslah aku kesal dan mengamuk sama 4 orang ini.

"Mbak, udahan marah-marahnya," Jaehwan malah negur aku yang bikin aku makin kesal.

"Apaan sih kamu ngatur-ngatur saya?" karena siapa kamu jadi berani ngomong begitu? Ingat posisi, kamu itu maba dan aku itu seniormu.

"Bukannya ngatur mbak," dia tetap aja kalem tapi aku udah was-was ini anak ngalus lagi. Ternya bener, soalnya, "tapi kasihan mbaknya nanti, cantiknya hilang."

Aku lihat temennya yang waktu praktikum pertama ngetawain aku paling kencang sampai keselek pas minum yang berakhir ditepuk-tepuk punggungnya sama adiknya Jieqiong.

Ingat kata Rose, kalau dihalusin itu milih galak atau balas balik. Karena aku ogah balas balik karena ntar dikira suka sama Jaehwan, jadi ya milih opsi pertama.

Galakin.

"Kamu mengejek saya atau apaan?"

"Saya tidak pernah mengejek."

"Lalu ngapain kamu ngomong aneh-aneh dari kemarin?"

"Jadi kalau saya ngomong jujur orang cantik itu salah ya?"

Aku terdiam karena gila ini maba ya, ngomong lempeng banget. Temennya yang kemarin ngetawain aku, noyor Jaehwan sepertinya dengan sepenuh hati dan kepalaku mendadak pusing.

"Udah ... udah. Bubaran aja kalian. Saya pusing kalau modelan praktikannya kayak kalian semua."

"Terus kapan lagi waktu ketemuannya?"

"Kamu kenapa dari kemarin selalu nanya begitu kalau papasan sama saya?"

"Karena saya ketua kelompok ini dan saya punya tanggung jawab terhadap tiga anggota saya yang lain."

Aku terdiam sesaat. Serius keingetan bapak yang kalo dari dulu ngajarin jika diberi kepercayaan sama orang itu harus mengemban tanggung jawabnya secara baik. Cuma karena Jaehwan gak beranjak dari posisinya dan tiga orang lainnya juga sama, akhirnya aku harus ngomong sesuatu. "Nanti saya hubungi."

Setelah itu, semua pada pamit pulang dan aku menghela napas. Nelpon Bobby buat nanya dia bisa jemput atau tidak ... gak diangkat. Aku menghela napas dan mencoba berpikir positif, mungkin dia ketiduran.

Padahal aslinya aku bohong kalau gak kepikiran perkataan Rose sama Junhoe yang bilang cowok itu pernah ketangkep basah lagi jalan sama cewek lain.

Baru mau pesan gojek, hujan langsung mengguyur dengan lebat dan sialnya kalau hujan, sinyal HP-ku suka susah. Masa iya aku stuck di kampus sampai hujan reda? Ini udah jam 4 sore!

"Mbak, belum pulang?" sapaan itu membuatku menoleh dan ternyata Jaehwan.

"Hujan."

"Oh. Nunggu jemputan ya?"

Aku diam karena kenyataanya yang aku telponin sejak tadi gak mau ngangkat. Tapi nih anak kenapa gak pulang juga? Nunggu hujan reda?

"Kamu ngapain di sini?" akhirnya aku nanya juga karena sepuluh menit gak pergi-pergi padahal hujan sedikit reda. Bisalah pake jas hujan terus naik motor menerjang jalanan.

"Nungguin mbak."

"Ngapain saya ditungguin?"

"Karena perempuan gak boleh sendirian kalo di tempat begini. Ntar mbak di apa-apain sama orang gak bener gimana?"

Jangan ambyar, ingat prinsip gak suka sama cowok yang lebih muda, Jisoo. Meski dia punya aura bapak-bapak sekali pun.

"Pulang aja, aku gak apa-apa sendirian di sini. Ntar hujannya tambah lebat terus kamu gak bisa pulang."

"Saya bawa mobil, jadi gak masalah mau hujan kayak gimana mbak," ini mau ngeles apa mau pamer ya?

Diem lagi dan beneran aku ditungguin sampai setengah 6 sore. Hujan belum kunjung reda dan Jaehwan yang dari tadi jongkok sambil main HP, aku melihatnya akhirnya berdiri. Bosen kali nungguin aku.

"Mbak, ayo pulang bareng." Ha? Apa? "Hujannya gak berhenti-berhenti. Anak perempuan gak baik pulang malam."

Mau nolak, tapi apa juga yang mau ditungguin di sini? Mana HP udah mati karena kehabisan daya dan aku lupa bawa power bank. Jadi akhirnya ya ikutan nebeng mobilnya Jaehwan. Terus aku dikasihin jaketnya dan belum juga nanya, "gak punya payung mbak, pake ini aja ya nutupin kepalanya. Ntar sakit gimana?"

"Kamu terus pakai apa?"

"Anak cowok mah mbak gak gampang sakit."

Ini anak maunya apa sih sebenarnya? Baik sih baik, tapi kelewatan baiknya juga bahaya. Soalnya ntar ada yang baper.

Iya, aku baper ntar.

Iya, aku baper ntar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Bossa Nova | Jaehwan ✖ Jisoo ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang