Aku kesal menelepon Bobby tidak pernah diangkat. Sekali diangkat, dia malah marah-marah katanya aku gangguin dia terus dia nutup telepon begitu saja.
Salah ya aku menelepon pacar sendiri?
"Putusin aja Soji, putuskan!" sampah memang Junhoe, namaku sudah diubah seenaknya malah dikomporin untuk putus.
"Lagian kamu ngapain mau pacaran sama temennya Junhoe yang slengekan sih?" Rose menghela napas dan aku merasa yang ngomong tidak berkaca.
Kalau begitu, kenapa Rose juga tidak putus dengan Junhoe yang tukang kardusin cewek sana-sini? Ini kalau gak bela-belain mau balikin jaketnya Jaehwan yang udah aku cuciin, aku mana mau nongkrong di wargo--warung geologi--dan dengerin omongan sampah mereka.
Jaehwan: Saya baru keluar kelas mbak, ada apa?
ReadAku langsung beranjak dari tempatku dan masa bodoh diteriakin sama Junhoe kalau minumanku belum bayar. Bodo, bayarin karena dari kemarin jadi kompor nyuruh aku putus.
Aku lihat Jaehwan lagi ngomong sama cewek dan rasanya mau mutar balik aja. Namun, akunya udah kenotis duluan dan cewek rambut merah itu ditinggalkan begitu saja. Ceweknya juga kayak gak marah sama sikapnya Jaehwan tapi malah marahnya ke orang lain. Soalnya langsung ketemu Daehwi yang dia mengamuk.
"Mbak, ada apa?" tanya Jaehwan yang sudah nyamperin aku.
Ini anak kenapa sih? Aura bapak-bapaknya kenceng banget padahal pake kaos sama ditimpa sama baseball jacket. Kebayang ini kalo pake jas bukan lagi bapak-bapak, dikira pembisnis kali.
"Nih," aku ngasih kantong plastik kepadanya. "Makasih udah minjemin."
"Mbak, lain kali gak usah dicuciin ya," Jaehwan nerima dan masukin ke tas selempangnya. "Ada lagi mbak? Kayak bimbingan atau hal lainnya?"
"Gak kok. Besok baru bimbingan lagi."
"Oke."
Tapi kayaknya cuaca senang banget mengejekku. Baru juga mau pisah, hujan turun dengan lebat dan tadi aku ke kampus nebeng sama Lisa yang itu berarti sama Ten dan Bambam. Tiga serangkai yang tidak bisa terpisahkan dan mereka baru selesai kelas 3 jam lagi.
Tugasku belum selesai dan besok deadline-nya. Kepala mendadak pusing dan mau pesan go-car saja, sinyal gak dapat lagi karena hujan.
"Mbak masih ada urusan?" Jaehwan nanya dan aku menatapnya malas.
"Gak ada."
"Nungguin dijemput?"
Diem lagi aku dan dia keluarin lagi jaket yang dia simpan di dalam tasnya. "Dipake aja mbak, saya anterin pulang."
"Gak usah. Merepotkan kamu ntar," lagian aku baru nyuciin masa dipake hujan lagi?
"Kalo saya nawarin berarti gak merepotkan mbak," sahut Jaehwan kalem. Aku ragu mau ambil tapi udah dipaksa pegang aja. Aku gak ikutin langkah dia yang nembus hujan karena merasa gak enak dan gak lama aku lihat mobil hitam berhenti dan jendelanya diturunkan. "Mbak, ayo. Udah jaketnya biarin aja basah, bisa dicuci lagi."
Ya tapi aku yang malas nyuci ulang lagi.
Cuma itu kesimpen dalam hati karena akhirnya aku satu mobil lagi sama Jaehwan. Masih seperti kemarin, nanya boleh nyetel lagu gak--kali ini gak rock karena aku kemarin terlonjak kaget pas dia nyetel lagunya--dan ditanyain mau langsung pulang dulu atau makan.
"Kamu laper ya makanya selalu nanya mau makan apa gak?" tanyaku karena ya kasihan juga sih kalau dia laper, tapi nahanin diri karena aku bilang langsung pulang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bossa Nova | Jaehwan ✖ Jisoo ✔
FanfictionShe doesn't like younger boy. He likes older girl. [Bossa Nova © 01 Juli 2017]