[JISOO] ➖ The Heart Want What It Want

2.4K 499 29
                                    

Kalau aku ditanya sejak kapan aku punya perasaan lebih sama Jaehwan, aku bakalan jawab semester 2. Lebih tepatnya setelah kejadian dia ngomong bakalan bisa menghentikan perjodohannya sama Yeonjung kalau bisa bawa orang yang dia suka ke rumah.

Iya, orangnya itu aku dan sayangnya aku baru ke rumah dia 5 tahun setelah dia ngomong itu.

Tapi bukan itu yang mau aku bahas. Aku mau ngomong alasan kenapa aku benar-benar lihat dia berbeda dan alasan aku tetap keras kepala sama Lucas.

"Sojiii," dunia itu sempit. Saking sempitnya, satu kantor dan satu divisi sama Junhoe. "Cara masak ini gimana? Gila Rose ngidam bikin pala gue pusing. Mendingan gue pusing tengkar sama POD pake waterflooding atau MEOR."

Aku yang lagi ngetik blog menoleh dan menghela napas panjang. "Ya cari di internet ajalah Junet."

"Dia maunya masakannya lo. Puyeng anying gue direcokin mulu di rumah."

Aku hanya bisa menghela napas, mengambil kertas dan menuliskan resep masakan yang Junhoe mau. Kadang tuh aku mikir, dunia itu adil dan pasangan cerminan diri.

Junhoe memang blangsakan, tapi kalau udah soal Rose pasti langsung berubah menjadi orang yang gak pernah kita lihat sebelumnya. Rose mungkin galak dan suka semaunya sendiri, tapi dia bisa paham sama pola pikirnya Junhoe yang seringnya nyeleneh itu.

Untung jadi nikah, coba kalau beneran ketikung Habin. Beneran kebakaran gedung Teknik Lingkungan karena anak Geologi turunan semua. Iya, Junhoe kan jenderalnya Geologi yang merupakan jurusan paling gangsta nomor 3 setelah Teknik Industri dan Teknik Mesin.

Kembali ke layar komputer, aku mulai mengetikkan alasan kenapa aku bisa sayang sama Jaehwan. Alasan kenapa aku saking sayangnya sama dia malah milih sama Lucas dan bahkan sampai tunangan.

Kejadiannya dua minggu setelah hari dia ngomong secara implisit mau bawa aku ke orang tuanya. Aku mendapatkan telepon kalau Ayah meninggal karena serangan jantung mendadak. Saat itu aku di laboratorium dan sisa aku sama Jaehwan karena beresin peralatan buat analisa batuan secara fisik.

"Mbak!" Jaehwan nangkap aku yang hampir jatuh karena masih gak percaya sama apa yang aku dapatkan saat telepon tadi. "Mbak, diapain lagi sama bang Lucas? Diputusin lagi atau gimana? Sini saya yang ngurus."

Aku cuma menggeleng pelan dan cuma nangis. Aku bahkan gak bisa mau ngomong apa yang terjadi. Jaehwan gak nanya lagi, tapi dia nyuruh aku duduk di salah satu kursi yang ada di laboratorium dan dia mengerjakan sisanya.

"Kamu ... kamu gak ke mesjid?" tanyaku yang sadar saat dia nganterin aku pulang karena Lucas lagi ada survey ke TPA di Manggar sana.

"Nanti," jawabnya seadanya dan aku udah siap dia akan nanya aku kenapa, tapi dia memilih diam. "Mbak saya langsung antar ke kosan aja ya."

Dia ngerti bahkan saat aku gak ngomong apa-apa. Bahkan saat aku gak jawab pertanyaan dia kenapa aku begini.

Kadang, aku gak suka ditanyain kenapa oleh orang-orang. Mungkin maksudnya peduli, tapi bagiku malah jatuhnya terlalu ikut campur. Aku akan ngomong masalahku, tapi gak saat itu juga.

Diantara semua orang, yang paham hal itu hanya Jaehwan. Dia gak mendesak seperti orang lain kalau aku memilih diam. Katanya kalau satu kali ditanya dan gak mau jawab, berarti dia gak berhak untuk tahu.

Sampai di depan kosan, dia gak ngomong apa-apa. Tapi dia beneran turun dari mobil dan jalan di belakang aku buat mastiin beneran masuk ke kamarku baru pulang. Di kamar, aku mengemasi pakaian yang terlihat pertama kali ke tas kecil. Berusaha gak nangis, tapi gagal.

Selama ini aku dekat sama Ayah. Terlebih sejak kecil, aku gak tahu rasanya disayangin oleh Ibu. Beliau bukan meninggal, tapi meninggalkan kami karena dia gak tahan hidup susah. Makanya aku berusaha buat dapatin beasiswa kalau masuk sekolah, agar aku bisa buat Ayah bangga.

Bossa Nova | Jaehwan ✖ Jisoo ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang