Woojin masih terus menggenggam tangan Hyungseop, pandangan khawatir tak juga lepas dari sosok pria yang kini tengah terduduk di kasur ruang kesehatan."Maaf, aku tak sadar ada kau disana" ucap Woojin pelan dan Hyungseop mengangguk dengan pasti.
"Ishh bukan salahmu, lagipula itu bukan hal yang disengaja juga kan"
Hyungseop menampilkan senyuman manisnya.
Woojin masih tetap khawatir, tangannya kini bergerak menarik Hyungseop untuk datang kedekapannya.
Tak memperdulikan keberadaan dua orang Haknyeon-Jihoon yang sedari tadi menatap mereka seperti nyamuk.
"Maaf"
kata itu masih terus keluar dari mulut Woojin, seraya mengusap belakang kepala Hyungseop.
Hyungseop tentu saja terkejut, biasanya Woojin selalu menyanggah tiap kali Jihoon atau Haknyeon menggoda Woojin perihal Hyungseop.
Namun kini pria Park itu malah memeluk Hyungseop tanpa memperdulikan Jihoon dan Haknyeon yang sudah menganga melihat pemandangan tersebut.
Tapi,Hyungseop malah bergerak tidak nyaman.
"A-aku baik-baik saja" ujar Hyungseop seraya mendorong pelan Woojin dan matanya mengarah pada dua sosok lain yang ada diruangan.
Woojin menghela nafas, mengingat ada orang lain disini pasti menjadi penyebab Hyungseop menolak pelukannya.
"Tapi, Woojin..."
"APA?" Jihoon terlonjak kaget saat Woojin tak santai menanggapi ucapannya.
"Pelatih menyuruhmu pergi menemuinya"
"Sekarang?"
"Iya"
"Disaat seperti ini? apa yang ingin dia bicarakan?" gerutu Woojin.
"Entah, tapi dia bilang kau ditunggu secepatnya"
Woojin menggeram kesal, tangan miliknya masih bertengger ditangan Hyungseop.
Ia masih ingin disini tentu saja.
"Pergilah, sungguh aku tidak apa-apa" ujar Hyungseop sambil tertawa kecil dan akhirnya Woojin pergi darisana dengan terpaksa.
Cklek
Suara pintu dibuka lagi.
Hyungseop baru saja akan melayangkan protes ketika berpikir itu Woojin yang datang kembali.
Tapi ternyata, itu orang lain.
Jihoon dan Haknyeon nampak berdehem seraya melayangkan pandangan satu sama lain.
"Em Hyungseop sepertinya kami harus pergi juga" ujar Haknyeon dan diberi anggukan oleh Jihoon.
"Hm baiklah" ucap Hyungseop.
Dan menghilanglah dua makhluk tersebut, sementara pria yang baru saja membuka pintu tadi mulai menjejakkan kakinya menuju tempat Hyungseop berada.
Hyungseop mendadak menjadi kikuk tanpa alasan.
Apalagi kini Guanlin terus menatapnya tanpa berkata apapun.
Iya, pria itu Guanlin.
"Baik-baik saja?"
Hyungseop mendongakkan sedikit kepalanya ketika Guanlin sudah persis berada di samping kasur yang ia tempati.
"Hm, iya" jawab Hyungseop sambil mengangguk.
Keadaan menjadi hening.
"Maaf"
Menjadi kata yang Guanlin lontarkan sebagai pemecah keheningan.
Tadi Woojin dan sekarang Guanlin, Hyungseop tak butuh maaf mereka, sungguh!
"Bukan salahmu, aku tidak apa-- akh!"
Hyungseop mendadak merintih.Ya bagaimana tidak? tanpa Hyungseop sadari tangan Guanlin menangkup pipi bagian kanan miliknya seraya ibu jari Guanlin yang menekan bagian pipi Hyungseop yang sedikit membiru.
"Tapi sepertinya kau kesakitan"
Blush
Wajah Hyungseop mendadak terasa memanas.
Entah karena ia ketahuan berbohong, atau karena tangan Guanlin yang kini menyentuh permukaan wajahnya.
Entahlah.
Kini ibu jari Guanlin bergerak mengusap pelan bagian pipi Hyungseop yang sedikit membiru tadi.
"Mau kubantu kompreskan? supaya tak terlalu sakit, hyung?"
Hyungseop terdiam.
Bukan karena ia tak bisa menjawab, hanya saja ia masih bertanya-tanya jika ini hanya halusinasinya saja atau bukan?
Sungguh ini Guanlin ?
Yang kemarin saja masih menyebut Hyungseop dengan sebutan sunbae seakan melukis jarak, namun kini sudah menyebutnya hyung seolah mereka sudah lama akrab.
Guanlin memiliki kepribadian ganda atau bagaimana?
"Hyungseop hyung?"
Suara rendah tersebut menyerukan nama Hyungseop, saat Hyungseop menoleh tatapannya bertemu dengan wajah tampan Guanlin yang nampak menanti jawaban Hyungseop.
Akhirnya Hyungseop mengangguk membuat Guanlin melepas tangannya dari wajah Hyungseop dan bergerak mencari sesuatu di ruang kesehatan.
Hyungseop terdiam lagi.
Ia bukan tipikal orang yang bisa menahan rasa penasarannya, jika ia penasaran maka ia harus mendapatkan jawaban.
"Kau itu sedikit aneh ya"
Gerakan tangan Guanlin yang akan membuka lemari terhenti mendengar suara Hyungseop.
"Pertama bertemu saja bahkan kau mengabaikan salamku, bertingkah dingin seolah tak ingin berurusan denganku..."
Kalimat Hyungseop menggantung dan Guanlin masih menanti lanjutannya.
"Kenapa akhir-akhir ini kau jadi berubah seperti ini?"
Guanlin membalikkan tubuhnya, menangkap ekspresi penasaran Hyungseop.
"Seperti ini bagaimana?"
"Jadi sebenarnya maumu apa?"Kalimat Hyungseop menimpali pertanyaan Guanlin, membuat pria jangkung itu hanya menampilkan ekspresi datarnya.
Kau, tentu saja -Guanlin berucap dalam hati.
Ayolah, Guanlin bukan tipikal yang mudah mengucapkan apa yang ada dirasakannya secara terang-terangan.
Meskipun tatapan penasaran bercampur lugu milik Hyungseop sudah membuat Guanlin serasa ingin menerkam Hyungseop seraya membisikkan kata 'Jadilah Milikku' di telinga pria Ahn tersebut.
TBC
Guan makin ganteng hiks :"