"Jangan sakit, itu menyakitiku"
Hyungseop mengerjap-ngerjapkan matanya membaca kalimat tersebut.
Lagi-lagi tanpa nama, membuat Hyungseop kebingungan dibuatnya.
Iya, kiriman note anonim di loker Hyungseop masih terus berlangsung, hingga sekarang Hyungseop masih tak tahu siapa yang melakukannya.
Terkadang hanya sekedar memberi semangat, terkadang mengucapkan kata-kata manis yang cukup menyentuh, bahkan kini memberikan perhatian.
Seakan sinkron dengan apa yang baru saja Hyungseop alami kemarin.
"Woojin kah?"
Dan Hyungseop rasa ia harus segera menanyakan ini langsung.
~~~
"Kau nampak ingin mengatakan sesuatu" tebak Woojin ketika ia dan Hyungseop tengah di perjalanan pulang menaiki bus.
Bibir Hyungseop bergerak namun belum bersuara, yang ada ia hanya mengigit bibirnya ragu membuat fokus Woojin jadi terarah pada bibir Hyungseop.
Berhenti melakukan itu, aku jadi ingin mengigitnya juga -Batin Woojin.
Untuk menetralisir pemikirannya sendiri, Woojin memilih untuk mengalihkan pandangan kemana saja asal jangan pada sosok disampingnya ini.
"Akhir-akhir ini ada yang selalu memperhatikanku" ucap Hyungseop.
"Siapa?"
Hyungseop menggelengkan kepalanya, membuat Woojin mengerutkan dahi.
"Tidak secara langsung, tapi ia sering mengirimiku note-note anonim di loker"
Wajah Woojin berubah menjadi serius.
"Umm.. itu bukan kau kan?" tanya Hyungseop seraya memiringkan kepalanya berusaha menatap Woojin yang masih diam.
"Atau itu kau yang sengaja menjahiliku?" sambung Hyungseop lagi.
Woojin masih diam, membuat Hyungseop mengerucutkan bibir karna kesal menunggu jawaban Woojin.
"Ish Park Woojin jawab" kesal Hyungseop.
.
.
"Wah.... aku ketahuan ya ha ha" ujar Woojin kikuk.
Hyungseop diam sejenak.
"Jadi kau? ish menyebalkan, membuatku bingung saja" Hyungseop kini melayangkan pukulannya kearah Woojin.
Terjadilah aksi memukul Woojin oleh Hyungseop dan mengacak rambut Hyungseop oleh Woojin.
"Tapi aku tak menyangka kau bisa mengucapkan kata-kata semanis itu"
Ucapan Hyungseop kali ini hanya dibalas senyuman kilas dari Woojin, mata Woojin menatap kearah kedai tteokbokki yang ia lihat dari arah jendela.
Bangkit dari duduknya, memencet bel bus dan lantas menarik tangan Hyungseop untuk berjalan mengikutinya.
"Kenapa berhenti disini?"
"Aku ingin makan tteokbokki" ujar Woojin.
Hyungseop menurut saja, tak menyadari jika seseorang yang tengah menggenggam tangannya nampak memasang ekspresi super serius.
~~~
"Guan--"
Pluk
Daehwi belum menyelesaikan ucapannya namun sebuah gumpalan kertas sudah terlempar kearah wajahnya.
Baru saja ia akan protes dengan suara melengking miliknya, namun pemandangan didepan menghentikan Daehwi.
Lantai kamar Guanlin penuh dengan gumpalan kertas, sementara pelakunya nampak masih serius menulis sesuatu di meja belajar.
Tak menyadari Daehwi yang sudah diam-diam berjalan kearahnya dan memperhatikan apa yang tengah dikerjakan sahabatnya ini.
Tangan Guanlin sesekali mengacak rambutnya sendiri, guratan wajah sempurna Guanlin bertambah tampan jika ia sedang dalam mode serius seperti ini.
"Wah kau mau menjadi secret admirer?"
Guanlin terkejut bukan main, mendapati Daehwi dengan wajah yang sudah siap mengejek berada di belakang Guanlin.
"Dulu aku menyarankan ini padamu tapi kau bilang itu norak, ternyata kau lakukan juga"
"Tutup mulutmu"
"Omo omo bagaimana ini aku tak bisa berhenti bicara"
"Sejak kapan kau melakukan ini?"
"Sudah yang keberapa kalinya ini?"
"Dia menyadarinya tidak?"
"Lee Daehwi" suara rendah Guanlin angkat bicara.
Daehwi hanya memperlihatkan cengirannya saat Guanlin menatap dengan tajam kearahnya.
Guanlin tak bisa mengelak, sudah terlanjur ketahuan juga kan?
"Haruskah aku mengatakannya?"
Daehwi melirik kearah sahabatnya tersebut, Guanlin nampak terlihat serius.
"Secepatnya, aku sarankan" Daehwi berucap.
"Mau aku bantu agar cepat menuju tahap yang lebih--"
"Tidak, caramu selalu menyesatkan" potong Guanlin.
"Toh tetap saja kau tiru juga" cibir Daehwi.
~~~
Guanlin melangkahkan kakinya dengan semangat pagi ini, sesekali lesung pipinya hadir ketika senyuman tak pernah berhenti keluar dari bibirnya.
Ayolah, Guanlin sangat manis saat tersenyum sayang sekali jika ia terlalu sering menyimpan senyumnya.
Jemarinya memegang selembar kertas sambil memperhatikannya dengan seksama.
Selanjutnya ia memasukkan kertas tersebut dicelah loker seseorang dengan senyuman puas, tanpa ragu seolah sudah menjadi kebiasaan.
"Ah, aku harus berpakaian seperti apa nanti sore" monolog Guanlin sambil melanjutkan langkahnya menuju kelas.
TBC
Wayoloh.... jadi itu Woojin apa Guanlin sebenernya? ehe
Banyak yg greget supaya Guan cepet nyosor ucup ya, yg sabar ya Guan butuh proses 😌😌 hehehe