Malam itu Guanlin nampak tengah terfokus dengan sesuatu.
Ia menulis
Buang
Tulis
Buang
Tulis
Buang
Kegiatan tersebut terus berulang hingga entah sudah berapa banyak gulungan kertas yang mengisi tempat sampah di samping meja belajar Guanlin.
Getaran di ponsel Guanlin kini menyita perhatiannya, nama Woojin tertera sebagai sang pengirim pesan.
'Datang ke kedai ayam di dekat asrama sekarang, anak club basket sedang berkumpul'
Isi pesan yang didapat Guanlin.
Ia melirik kearah jam yang masih menunjukkan pukul 8 malam, setelah menimbang-nimbang akhirnya ia memutuskan untuk pergi.
Dengan setelan kaus hitam polos dan celana selutut berwarna hijau army, Guanlin meraih jaketnya yg tergantung dan segera pergi--toh apapun yang ia pakai akan tetap terlihat tampan.
Sesuai isi pesan Woojin, anak-anak club basket memang sudah berkumpul.
Guanlin mengambil tempat di samping Jihoon dan sebrang Woojin, tak ada percakapan yang berarti.
Mereka hanya melakukan obrolan ringan sambil menikmati beberapa porsi ayam goreng yang hari ini spesial dibayar oleh Jihoon.
Hingga ketika mendadak Jihoon mengangkat satu topik yang menurut Guanlin sangat penting, pria tersebut langsung menajamkan pendengarannya.
"Park Woojin, kapan kau akan meresmikan hubunganmu dengan Hyungseop?"
Yang mendapat pertanyaan malah terlihat memasang ekspresi apa-yang-kau-bicarakan sambil meneguk segelas penuh cola di gelasnya.
"Ck, kita semua juga sudah tau bagaimana hubungan kalian selama ini" goda Jihoon yang diberi anggapan setuju oleh Haknyeon.
Guanlin mendadak mengatupkan rahang dengan keras, satu tangannya kini mencari kesibukan dengan mengusak pelan surai hitam miliknya sendiri.
"Hubungan apa? jangan mengada-ngada" Woojin nampak menanggapinya santai sambil tertawa kecil.
"Banyak fakta yang menyatakan kalau kalian dekat" Jihoon menaik turunkan alisnya.
"Kami memang dekat, karna satu kelas jadi kami akrab satu sama lain, ada yang salah dengan itu?" Woojin membela diri.
Guanlin tanpa sadar menampilkan ekspresi bingungnya, kenapa Woojin seperti terus memungkiri kedekatannya dengan Hyungseop?
"Kami hanya berteman, jangan aneh-aneh" Woojin memperlihatkan gigi gingsulnya saat tengah tersenyum dan kini membuat yang bertanya--Jihoon merasa tidak puas dengan jawaban Woojin.
"Sudah aku duga pasti begitu, makanya aku mengundang yang satu lagi" Jihoon menampilkan smirk-nya.
"Hah?"
"Kan lebih seru jika yang dijadikan topik hadir dua-duanya" lanjut si winkboy membuat Woojin mengerutkan dahinya bingung.
Dan tak lama setelah Jihoon berbicara, nampak ada seseorang yang datang lagi ke kedai tempat mereka sekarang berada.
Itu Hyungseop.
Ia terlihat sangat tergesa-gesa dengan kedua matanya yang nampak menyapu ke seluruh ruangan dan berhasil melihat Jihoon yang melambaikan tangannya kearah Hyungseop.
"Kalian ini" Woojin menggelengkan kepalanya pelan sementara Guanlin masih menanti sekiranya apa yang akan terjadi selanjutnya.
"Mana? dimana Woojin? kau bilang ia mabuk?" Hyungseop datang dengan serentet pertanyaan yang sukses membuat anak-anak yang tengah berkumpul disana menertawainya--kecuali Guanlin dan Woojin.
"Aku tidak mabuk Ahn Hyungseop, kenapa kau mau saja ditipu oleh si bulat itu" ujar Woojin membuat Hyungseop sontak menundukkan kepalanya.
"Eiy, eiy santai saja apa salahnya kau ikut bergabung" Jihoon berusaha mencairkan suasana, menyeret Hyungseop agar mengambil tempat duduk di samping Woojin.
Guanlin yang berposisi di sebrang Woojin dan Hyungseop diam-diam mencuri pandangan kearah Hyungseop.
"Kau habis berlari Hyungseop? sepertinya sangat khawatir saat mendengar kabar Woojin mabuk ya?" goda Haknyeon membuat wajah Hyungseop sukses memerah.
"Berisik" Woojin melakukan gerakan seolah akan memukul Haknyeon, namun suara ledekan tak henti-hentinya diarahkan pada dua manusia tersebut.
Jika disisi mereka awan terlihat cerah maka disisi Guanlin jelas yang bagian gelap-nya, segelap warna baju yang Guanlin kenakan.
Hyungseop yang tadinya berusaha menghindari ledekan yang terus tertuju padanya malah tak sengaja melihat kearah Guanlin.
Pria itu nampak tengah meneguk segelas penuh cola di gelasnya tanpa jeda, membuat Hyungseop dengan jelas bisa melihat bagaimana jakun Guanlin bergerak saat ia tengah minum.
Kulit leher Guanlin terlihat sangat putih, kontras dengan kaus yang tengah ia gunakan.
Dan bibir merah Guanlin yang terlihat sedikit lembab ketika ia telah menghabiskan segelas penuh cola miliknya.
"Kau baik-baik saja?"
Hyungseop tersadar dari lamunan akan pemandangan dihadapannya tatkala Woojin mendadak bertanya.
Jihoon dan Haknyeon nampak tak lagi mengolok-olok mereka, membuat Woojin berani untuk melakukan gerakan menghapus keringat yang sedikit mengalir dari pelipis Hyungseop menggunakan tangannya sendiri.
Hyungseop tersenyum kecil dengan perlakuan Woojin, juga merasa sedikit risih ketika menyadari di sebrang sana ada sepasang mata yang tengah menatapnya.
Setelah 30 menit berlalu sejak kedatangan Hyungseop, akhirnya mereka memutuskan untuk pulang.
Hyungseop melangkahkan kakinya untuk keluar lebih dulu dari kedai, sedikit meregangkan otot tangannya ketika ia sudah melangkah keluar dari pintu kedai.
Dan ketika ia akan melanjutkan langkah kakinya, sebuah tarikan keras di tangan kanan Hyungseop membuatnya terhenti.
Jaraknya lumayan dekat untuk Hyungseop bisa melihat warna hitam kaus yang Guanlin kenakan dengan jelas.
Bahkan Hyungseop bisa menghirup aroma maskulin milik Guanlin dijarak seperti ini.
"Ada kulit pisang disana, hati-hati" ujar Guanlin membuat Hyungseop sontak melihat kearah trotoar yang hampir saja akan ia injak tadi.
"Uh-oh i-iya" Hyungseop jadi kikuk.
Tak lama Guanlin melepaskan pegangannya di tangan Hyungseop dan segera mengukir jarak lagi antara keduanya.
Dengan kehadiran Woojin yang beberapa langkah lagi akan ke tempat mereka, Guanlin memilih untuk segera beranjak pulang ke asrama bahkan sebelum sempat mendengar Hyungseop mengatakan terimakasih akibat aksinya tadi.
Hyungseop masih terdiam di tempatnya, aroma tubuh Guanlin terasa masih mengambang di ingatannya.
"Ayo pulang, aku antar"
Guanlin masih bisa mendengar jelas ucapan Woojin yang sudah pasti ditujukan pada Hyungseop, dan helaan nafas panjang lagi-lagi Guanlin lakukan di sela langkah kakinya menuju asrama.
TBC