First Date

2.3K 101 0
                                        

Hi.

Lagi??

Hehe, sori, Manis. Bisa bukakan aku pintu?

Carla melirik jam di nakasnya malas. Pukul lima subuh?! Apa yang ada di pikiran cowok banci itu?!

Kau kira ini jam berapa heh??

Tapi, aku sudah kangen.

Carla menghela napas kasar, namun tak urung bangkit dari ranjangnya. Berusaha sesedikit mungkin membuat kegaduhan yang ia tahu dengan mudah akan membangunkan Claire di sebelahnya, ia meninggalkan kamar dan berjalan turun ke bawah tanpa repot-repot melirik ke cermin atau hanya sekedar sikat gigi.

"Hai." Domi berdiri di depan pagarnya dengan senyum terkembang meski satu tangannya digips dan penopangnya diselempangkan di bahunya. Mukanya bahkan belum bersih dari warna ungu dan abu-abu, namun ia tampak memesona seperti biasanya. "Baru bangun, pacar baruku?"

"Acara infotainment mana yang baru meracuni pikiranmu? Aku bukan pacarmu, manusia pengkhayal!"

"Don't be mistaken, Honey, aku bukan konsumen gosip; aku sumbernya. Bagaimana? Sudah siap masuk gosip pagi?"

"Songong!" Tak urung Carla berjalan membukakan Domi pagar. "Jadi, apa maumu?"

"Jangan kasar begitu pada pacar, dong, Sweety."

"Peraturan pertama, tidak ada Honey, Bunny, Sweety, dan merk tisu lain. Say, Cin, Darl? Forget it. I'm OK with just 'Carla', alright?"

Domi terkekeh kecil melihat kejudesan Carla. "Okay, okay, my lady. Anything for you."

Carla bersedekap kesal, malas mengulang. Perlu beberapa detik sebelum Domi ngeh dengan kediaman cewek itu.

"Carla." ralatnya, lalu kembali dengan senyum gula karamelnya. "By the way, tidak ada rencana mempersilakanku masuk?"

Carla melengos, lalu berjalan meninggalkan pagar memasuki rumah sembari bergumam, "Masuk."

Domi hanya bisa menggeleng-geleng melihat sikap dingin Carla.

"Jadi, apa maumu??"

Domi yang belum juga duduk dengan sempurna di sofa Carla mendongak oleh kata-kata pedas cewek itu.

"Carla sayang, bukankah sudah kubilang untuk tidak kasar pada--"

"Aku bukan pacarmu!" Carla nyaris berteriak ketika mengatakannya. "Oke? Aku hanya membukakan kesempatan untukmu. Tapi sampai aku yakin akan perasaanku, bisa tidak kita hindari status-status yang tak jelas itu?"

Domi tampak berpikir keras, barangkali untuk memenangkan adu mulut dengan Carla. Bagaimanapun, usahanya selama ini lebih dari pantas untuk setidaknya mendapatkan status itu dari Carla. Tapi, bagaimana meyakinkan cewek keras kepala itu yang jadi masalahnya. "Look, Carla, I'm fine with no status, but treat me as one, okay?"

Carla mengangkat bahu tak acuh. "It depends."

"Depends on what?"

"On how you behave!"

Domi mendesah, mulai kehilangan kesabaran. "Carla... You know you can be really rude sometimes, huh? Kau tak lupa, bukan, bahwa kau sendiri yang memutuskan untuk memberiku kesempatan? It won't work single-sided, you know this too right?"

"Baiklah, baiklah! Kau menang; aku akan memperlakukanmu seperti pacarku. Dengan caraku sendiri! Jadi, kau tak boleh banyak menuntut, apalagi mengekang."

Domi mengangguk bersemangat, tampak puas oleh hasil akhir dari perdebatan di antara mereka. Diamatinya Carla yang beranjak pergi dari ruang TV ke kamarnya, sama sekali tidak mencurigai bahwa mungkin saja cewek itu akan tega meninggalkannya melanjutkan mimpi yang tertunda. "Tentunya membatasimu berkumpul dengan para teman cowokmu tidak termasuk hitungan?"

Almost Over YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang