Last Fight

1.9K 106 2
                                        

Domi tak pernah menyangka ia bisa lepas kendali seperti ini. Segalanya terjadi begitu cepat, seperti kilasan film yang di-fast forward. Tiba-tiba saja, tubuhnya sudah bergerak sendiri. Dalam satu gerakan, ia bangkit berdiri dengan sebelah tangan menarik lepas speaker kecil pemberian Mirinda dari telinganya, dan tangan yang lain menarik pergelangan tangan cewek itu.

...Ya, cewek itu. Domi tak tahu apa yang membuatnya khilaf seperti ini. Mungkin Mirinda benar, bahwa ia memang telah tertarik ke dalam ritme kehidupan si upik abu. Hingga ia tanpa sadar telah melewati batasan yang dibuatnya sendiri, hingga ia terlambat menyadari ia takkan pernah bisa kembali menjadi dirinya yang dulu lagi...

Ketika melihat ke dalam wajah penuh air mata cewek itu, Domi tak dapat menahannya lagi. Akal sehatnya sungguh telah tertutup kabut dan nyeri entah-oleh-sebab-apa di hati. Satu-satunya yang ia inginkan hanyalah menghapus pergi kepedihan dari wajah itu...

Dalam satu sentakan, Domi membalik tubuh Carla, lalu mengecup bibirnya.

Seisi ruangan gempar, bahkan manager-nya memilih untuk tergopoh-gopoh datang memisahkan kedua bibir yang terpagut erat itu sebelum menghalau para wartawan yang segera meliput adegan tanpa sensor itu. Tapi, Domi hanya diam saja. Melihat cewek itu dibawa pergi oleh petugas security gedung tempatnya mengadakan konferensi pers. Melihat senyum tulus yang terkembang di antara air mata cewek itu. Melihat sekali lagi, kehidupan di kedua mata cewek itu.

Karena tepat saat kontak fisik di antara dirinya dan Carla terputus, ia menyadari sesuatu.

You'd better keep that, or you'll be crawling back to me begging for mercy.

Ancaman Mirinda terucap jelas dan nyata, berulang kali, dan setiap kali itu pula Domi dengan enteng mengabaikannya. Hingga kini...

Domi bergidik, tapi matanya masih nyalang menatap pintu tempat Carla menghilang dari pandangan. Seluruh syarafnya kaku, menolak untuk digerakkan. Tubuhnya yang tegang seakan mematung di tempatnya berdiri. 

For God's sake, what has he done??

*

Carla tak tahu ke mana petugas security membawanya. Ia hanya berpikir, sebentar lagi pasti ia ditendang keluar pintu utama gedung ini dengan tidak hormat. Tapi, jalan yang mereka lalui sama sekali tidak menuju pintu utama, dan malah menjauhinya menuju lorong panjang dengan pintu-pintu ruangan di sepanjang kanan dan kiri lorong yang tampak serupa...

Apakah ia akan dikurung hingga membusuk di salah satu ruangan ini? Apakah ia akan dimutilasi dan bagian-bagian tubuhnya dijual ke perdagangan organ? Diumpankan pada buaya? Dijadikan kelinci percobaan eksperimen sains? Carla bergidik membayangkannya.

Tapi, bukankah Domi menahannya tadi? Bukankah cowok itu bahkan menciumnya di depan media massa? Apakah ia hanya semacam berhalusinasi seperti manusia padang gurun menemukan oasis?

Sebelum pikiran Carla semakin berkelana tak tentu arah, salah seorang petugas menariknya masuk ke dalam salah satu ruangan yang ternyata semacam ruang meeting kecil-kecilan. Ia hampir jatuh oleh sentakan tiba-tiba tersebut, dan butuh beberapa saat sebelum ia dapat berdiri dengan normal. Tapi orang yang menunggunya di dalam membuatnya tak bisa lebih terkejut lagi. Orang itu adalah orang terakhir yang ia sangka akan ditemuinya saat ini, di tempat ini, dalam keadaan seperti ini.

"Let her go, damn it. Kau kira ia semacam binatang kau seret-seret seperti itu?! Keluar!"

Carla menatap para petugas security yang tampak tergesa sekaligus ketakutan itu hingga mereka hilang pandangan, lalu mengalihkan tatapannya pada cewek di depannya. "Kau tahu, aku sama sekali tidak menyangka justru akan mendapatimu di sini."

Almost Over YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang