"Car, I'm sorry." Claire mendekati Carla dengan air mata menggenang. Dengan lembut, disentuhnya tangan Carla yang tengah melamun di balkon kamar mereka.
"Ada apa, Claire?" Carla menatap Claire yang tampak dirundung rasa bersalah yang menyiksa.
"Ini tentang Cylan, Car. Aku mendengarnya dari Ian. Shouldn't have left you alone, he kept on hurting you, didn't he?"
Carla menelengkan kepalanya bingung. "Hurting me? I don't remember..."
Claire menatap Carla, sorot bingung mulai timbul di matanya. "Kata Ian, ia menggandeng-gandengmu, mengikuti ke mana pun kamu pergi. Bukan begitu?"
"Aku... Well, aku tidak..." Carla semakin bingung ketika menyadari kebenaran kata-kata Claire. Seharusnya itu menyiksanya, berada dalam jarak yang sangat dekat dengan Cylan dengan kesadaran bahwa ia takkan mampu memiliki cowok itu. Seharusnya, tapi mengapa ia tidak merasakan apapun?
"Claire..." Tiba-tiba Carla menatap Claire dengan binar bahagia dan senyum terkembang. "Kurasa, kurasa, aku sudah berhenti."
"Officially over him? Really??" pekik Claire kegirangan. Ia menarik Carla dalam satu sentakan ke dalam pelukannya, lalu berkata dengan nada yang lebih lembut. "Oh, Car, I knew he's really something, your caramel guy."
"HA?"
Carla segera melepas pelukannya, lalu menatap Claire menuntut penjelasan. Bukan karena ia tak tahu siapa yang Claire maksud, namun lebih kepada bagaimana bisa kembarannya itu justru me-refer pada si Domi sialan itu.
Claire tersenyum lembut sebelum menjelaskan, "I can see it, Carla... Ia memporakporandakan hidupmu. Dengan gigih berjuang merebut hatimu. Dan, barangkali, berhasil sedikit menjebol pertahananmu?"
"You too, Claire?!"
"Carla, apa yang salah dengan mencoba merasakan cinta yang baru? Aku bisa melakukannya, lepas dari bayang-bayang masa laluku bersama Grey. Kau tentu juga bisa melakukan hal yang sama, bukan?"
"Claire, ia itu berengsek! Berapa kali aku harus memberitahumu? Cukup sekali pandang, aku sudah bisa menilainya. Apa yang kuharapkan dengan jatuh cinta padanya? Kembali mengulang sakit hatiku karena ia mengejar cewek lain? Aku mau-mau saja keluar dari masa lalu, tapi aku pakai otak, Claire!"
Claire masih saja tersenyum lembut kepada Carla yang mulai naik darah. "Aku tahu, Car. Hanya saja, terkadang meski akal sehat sudah memperingatkanmu, hatimu menolak untuk menurut."
Carla menyipit menatap Claire. "Apa maksudmu?"
"Yang kulihat kau mulai menaruh perhatian padanya."
"Jadi ini hanya soal perhatian, eh? Mulai besok aku akan memperhatikan siapapun kecuali Domi, kalau begitu."
"Carla, dengar, jangan gegabah! Semua ini natural, oke? Dan, kurasa Domi pun mulai takluk padamu. Kau sudah dengar Domi dan Gisel break sampai waktu yang belum ditentukan?"
"..."
"Kau akan baik-baik saja, Car. Dia cowok baik--well, aku harap tindakanku mempercayai instingku ini benar."
"Disogok berapa kau oleh Domi, heh? Demi mengatakan semua ini padaku."
Claire tertawa. "Carla, just remember, do not judge a book by its cover. Berlaku juga untuk cover jelek-belum tentu juga isinya seburuk penampilannya."
"Kau ingin aku mencobanya dengan si tukang sosor bibir itu?" Carla melengos kesal.
"Aku tak akan membahas panggilan sayangmu padanya, Carla. Tapi, tak ada salahnya, bukan? Coba nggak bayar, kok, Non."
Carla membuang pandangan tanpa menjawab.
"Car, aku punya perasaan sedikit demi sedikit ia berubah demimu... Or am I wrong?"
"Berubah macam apa jika aku baru saja mengenalnya? Yang kutahu ia manusia rubah, Claire!"
"Give him one chance. One chance, okay?"
Carla menatap Claire sangsi. "Kata-katamu terdengar persis seperti kata-katanya."
Bunyi bel rumah mereka memotong pembicaraan mereka berdua. Dari balkon, mereka bisa melihat siapa yang datang: Aldo, dengan menenteng berbagai macam snack dalam satu kantong plastik besar-tanda bahwa ia akan lama ngendon di rumah mereka.
"Datang lagi satu!?"
Bersungut-sungut, tak ayal Carla keluar dari kamarnya dan turun ke bawah untuk membukakan Aldo pintu.
*
"La--"
Tangan Carla terangkat di depan hidung Aldo, membuat cowok itu menghentikan kata-katanya. "Sebelum kau mengatakan apapun, let me tell you something. Aku sudah tahu. Jadi, tak perlu buang-buang ludah."
"Hei, La..!?"
"Kau ingin menghasutku menerima Domi, bukan? Aku sudah muak dengan kalian semua. Apa-apaan?!"
"Technically, no. Aku hanya ingin memberitahumu bahwa menurutku, he has fallen for you."
"Does that make any differences??"
Tanpa disuruh Aldo menghempaskan bokongnya di sofa Carla, lalu dengan tenang membuka kaleng soda yang dibawanya. Sepertinya ia sudah menyiapkan diri menghadapi kata-kata Carla. "Tapi, La, kau harus tahu sesuatu. This is surprising, mengingat selama beberapa tahun ini aku berteman dengannya tak pernah kulihat ia begitu terobsesi pada sesuatu. Kau tahu, kan, dengan keadaannya saat ini, ia bisa mendapatkan cewek manapun yang ia mau? Dan mengapa kamu..." Aldo memegangi kepalanya dramatis, membuat tangan Carla bergerak menjitaknya.
"Coba jelaskan apa maksud kalimat terakhirmu barusan!"
"It's just, seriously? Honestly, Carla, kau itu jauh dari spec cewek cantik yang layak dipacari."
"Aldo!" Claire memekik dari kamar, membuat keduanya berpandangan. Jadi sejak tadi seseorang menguping pembicaraan mereka??
Belum sempat keduanya bereaksi, pintu kamar si kembar dibuka, menampilkan wajah murka Claire. "Mengapa kau begitu tega? Carla cantik, dan proporsi tubuhnya cukup. Meski ia tidak dandan, wajahnya segar. Dan, oh, kau tak lihat betapa tight paha itu?? Dan bokongnya, Aldo, you'll just can't help staring--"
"Claire, Claire, stop! Itu pujian buatku, oke? I hate being standarized." Carla menatap Claire sejenak untuk memastikan gadis itu berhenti mencerocos, lalu segera melayangkan tinjuan pada Aldo yang mulai mengecek bokongnya. Sialan, Claire!
"Oke, oke, kutarik kata-kataku barusan. Tapi tetap saja, harus kuakui seleranya menurun. Atau ia sudah bosan hidup membujang?" Aldo mengusap-usap dagunya seraya berpikir serius. Claire, yang tiba-tiba saja menjadi terlibat dalam pembicaraan mereka, ikut manggut-manggut oleh hipotesa Aldo.
"Kurasa ia jenuh dengan tipe cewek yang itu-itu saja."
"Yep. Lalu tiba-tiba saja Carla datang, dan bam! Hatinya tersihir begitu saja."
"Riilkah 'tersihir begitu saja'? Kurasa pada awalnya ia menolak perasaan itu, persis seperti yang sekarang dirasakan oleh Carla. Bagaimanapun, ia masih bersama Gisel waktu itu."
"Dan gagasan mengejar Carla jelas akan merusak reputasinya. Tapi, well, who knows?"
"Hei, hei!" Carla mengguncang tubuh keduanya, kesal karena dianggap tidak lagi ada di sana. Berkacak pinggang, akhirnya ia berkata dengan keras, "Baiklah, satu kesempatan untuknya! Sekarang mari kita hentikan topik absurd ini? Oke semuanya??"
Claire dan Aldo menatapnya bingung selama sedetik, sebelum dengan serempak dan senyum lebar menjawab, "Oke!"
Tak sampai semenit, tinggallah Carla di ruang TV seorang diri. Claire sudah dengan heboh memberitahukan berita tersebut pada sang pacar, sementara Aldo pada calonnya.
Dasar penghasut semuanya!
KAMU SEDANG MEMBACA
Almost Over You
RomansaKadang, aku masih memikirkanmu. Di relung hatiku, aku mengharapkanmu. Dalam kesunyian tanpa kata, dalam kerinduan yang menyesakkan. Tapi, dunia kita terlalu jauh berbeda. Dan, maafkan aku tak cukup kuat untuk menyebranginya, demi untuk bersamamu. Ma...