Mulut Aldo hampir saja menganga melihat siapa yang berdiri di balik teman kencannya makan siang hari ini. Carla?? Apa kerja cewek itu di sini??
Carla sudah hampir melabrak Mirinda yang duduk di hadapannya, ketika ia melihat Domi menyambar lengan Carla sekaligus menutup bibirnya. Dengan Carla meronta setengah mati dalam pelukannya, Domi berlalu dari sana--sebelum segalanya runyam: hal yang hanya terjadi jika ucapan pedas Mirinda bertemu dengan emosi Carla.
Diam-diam, Aldo berterima kasih pada Domi.
*
"Which part of it called 'important business'? Huh?!" tagih Carla teringat alasan Aldo ketika diajak reuni, bahkan sebelum Aldo menghentikan langkahnya. Aldo, yang berbohong dan pamit ke WC pada Mirinda, menatap ke mejanya waswas, memastikan Mirinda tidak curiga apalagi menoleh ke arah sini.
Cewek itu tampak sibuk dengan sesuatu di tasnya, yang artinya satu: aman. Tapi, tidak ada yang salah dengan berjaga-jaga.
"Well, hello! Tidak menyangka bertemu dengan kalian di sini." Aldo terkekeh demi melihat wajah Carla yang semakin kecut.
"Yang benar saja!?" Kali ini Cylan sang mantan ketua kelas yang memiting Aldo tanpa ragu, "Kau sudah terima undangan reuninya, kan?"
"Reuni apa, ya?" tanya Aldo berpura-pura bodoh, membuat Carla tak tahan untuk tidak menjitak kepalanya.
"Fools shouldn't play fool! Spill it out already!" bentaknya agak terlalu keras.
Sembari masih mengaduh kesakitan, Aldo buru-buru menggiring Carla dan Cylan menjauh, lalu berkata dengan volume tertahan, "Aku tidak tahu, La! Tiba-tiba saja ia minta bertemu, dan bagaimana aku bisa menolaknya? Dari ceritanya, sepertinya ia tidak bahagia dengan Marshal. Tak bolehkah aku merebut cewekku kembali? She belongs with me!"
Carla mendengus, masih sedikit tak rela. Bukan perkara Aldo tidak datang di reuni mereka, tapi karena alasan di baliknya! Dilipatnya kedua tangannya di dada, lalu berkata tanpa mempedulikan Domi yang berjalan mendekati mereka. "Well, kalau kau ingin merebutnya, rebutlah! Tapi, gunakan cara fair. Buktikan kalau kau tak sama dengan cowok belagu itu!"
"Ya, ya, I'll do your way. Manut. Okay? Sekarang sudah boleh?"
Carla memicingkan matanya menatap Aldo, menatapnya dengan lebih serius. "Hei. Kau sudah dimanfaatkan sekali. Keledai pun lebih pintar darimu kalau kau sampai jatuh dalam tipuannya lagi, kau mengerti?"
Aldo mengangguk, sorotnya menenangkan Carla. "Dia nggak gigit, La." ujarnya setengah merajuk, berusaha menetralnya mood cewek itu.
Carla memutar matanya. "Tapi berbisa. Sama aja, kan?"
"Do." Domi menepuk bahu Aldo pelan, menyapanya, sebelum berpaling pada Carla dengan senyum gula karamelnya--cowok ini tak mengenal kata lelah, ya? Yang Aldo tahu, untuk urusan menye-menye berlabel cinta, hati Carla sekeras tinjuannya. "Kecilkan sedikit dong, suaramu, Sayang. We're undercover nih!"
Perasaan Aldo saja atau memang benar Domi mengirim sinyal permusuhan terhadap Cylan? Tapi, bukannya Cylan sendiri sudah punya cewek, ya, pikir Aldo semakin bingung.
"Sayang peyang lu!" Carla menoyor Domi dengan kasar. "Jauh-jauh sana!"
"La? Aku balik, oke? Lan." Aldo masih menyempatkan diri untuk saling ledek sebentar dengan Cylan sebelum benar-benar kembali.
Carla melambai sebentar membalas Aldo, lalu kembali kepada Domi yang masih ngotot dengan sikap manisnya.
"Now how was it? Impressed, my dear?"
Carla menatap Domi yang balas memandangnya penuh percaya diri dengan tak suka, lalu tanpa berkata-kata berbalik arah.
Bertepatan dengan itu, Cylan dengan sangat tidak pekanya masuk ke dalam pembicaraan. "Car, you done?"
Carla mengangguk. "Yuk, Lan!"
Bersama Cylan, ia berjalan menjauhi Domi yang hanya bisa menggeram kesal. Tapi, senyum miringnya terbit ketika ia menyadari sesuatu: Carla tidak menepisnya, yang berarti usahanya merayu Mirinda tak sia-sia.
Dan sekaranglah saatnya mencicipi manisnya kemenangan.
"Carla!" Domi menarik lengan Carla, menahan kepergiannya. Cylan sudah akan bertindak kalau tidak ditahan Carla.
Carla menyentakkan pegangan Domi hingga lepas, lalu balas menatap Domi dengan penuh permusuhan. "Just drop it, okay? Sejak awal, aku tak pernah berniat memberimu kesempatan.Aku tahu semua kebusukanmu. Semua ucapanmu yang hanya di bibir. Aku yang paling tahu, Dom, karena aku punya banyak stok cowok sepertimu."
"Aku bukan cowok kebanyakan!" sergah Domi cepat.
Carla mendengus meremehkan. "Klise."
"Come on, Carla, berapa kali lagi aku harus meyakinkanmu? Aku memang mempunyai banyak kekurangan, manis di bibir saja, terserahlah. Tapi ketahuilah, aku tulus mencintaimu!"
"Just stop it, kau membuatku muak! Kau sama saja dengan Aldo. Bedanya hanyalah ia bisa setia memuja satu cewek--no offense, tapi menurutku ia pantas mendapatkan yang lebih baik."
Cylan tertawa ketika Carla menekankan dengan sinis kata-kata yang sama yang diucapkan Mirinda kepada Aldo. Domi menatap keduanya bingung selama sesaat, sebelum beralih menatap Carla dengan keteguhan di matanya.
"Kau perlu bukti lain? I'm on it. Tapi ingat, we had a deal, Carla."
Carla menggeram, tapi tahu tak punya jalan lain untuk melawan. Meski ia benci setengah mati pada cowok palsu di depannya ini, salahnyalah hingga ia terpikir untuk menantang Domi. "Fine! Kau mau menggangguku? Ganggulah--"
Cup. Another ciuman kaget.
Dan melayanglah sudah harapan Domi keluar dari cafe itu dengan kedua kaki masih sanggup berjalan normal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Almost Over You
Roman d'amourKadang, aku masih memikirkanmu. Di relung hatiku, aku mengharapkanmu. Dalam kesunyian tanpa kata, dalam kerinduan yang menyesakkan. Tapi, dunia kita terlalu jauh berbeda. Dan, maafkan aku tak cukup kuat untuk menyebranginya, demi untuk bersamamu. Ma...