Sincerity

1.7K 94 3
                                    

Domi meneguk gelas kelimanya, lalu membanting gelasnya ke meja. Meski merasakan kesadaran mulai meninggalkannya, ia masih juga tidak berhasil menyingkirkan pikiran yang sejak tadi menginvasi benaknya. Damn, give me a break! Ia benar-benar butuh untuk melupakan cewek upik abu itu. Ini semua gara-gara Mirinda! Andai si kakak ipar itu tidak mengatakan hal yang tidak-tidak, tentunya ia tidak akan jatuh galau seperti ini.

Ia masih memberi Gisel seluruh perhatian dan cintanya, ia yakin itu. Mereka masih berkencan dengan normal, bercanda, mengobrol panjang dan lebar. Masa Mirinda lupa semalaman ia berada di rumah siapa? Hanya karena hari ini ia melewatkan satdate-nya bersama Gisel, pun besoknya-ia sudah berjanji akan menonton pertandingan basket Carla, bukan berarti ia berniat menomorduakan adik kesayangan Mirinda itu!

Suara berisik dari belakang bar mengalihkan perhatiannya. Seorang gadis, dengan make-up berantakan dan pakaian lusuh seperti baru melakukan tindakan mesum, berlari pontang-panting menuju meja bar yang ramai pengunjung.

"Tolong! Ada cewek dikeroyok!"

Dengan cepat, para pengunjung bar yang tergerak hatinya, atau yang hanya ingin tahu saja, mengerumuni gadis itu. Domi melengos, baru akan memesan gelas keenamnya ketika telinganya menangkap racauan gadis itu.

"Tolong... Tolong Carla... Berdarah... Kepalanya berdarah...!"

Domi menarik napas, mengumpulkan sebanyak mungkin kesadarannya yang tersisa. Sialan, nama itu lagi. Daripada itu, tidak mungkin kan secara tiba-tiba Carla ada di sini? Secara, ia masih ingat betul, ia sendiri yang mengantarkan gadis itu sampai ke depan pintu rumahnya, hanya satu jam yang lalu.

"Carla... Selamatkan Carla..." Gadis itu masih juga meracau setengah sadar. Beberapa orang yang sempat berniat memberinya teh hangat untuk menenangkannya, hanya bisa mengurungkan niatnya karena tubuh pucatnya yang gemetaran luar biasa.

Domi menghela napas keras, lalu memutuskan untuk berhenti berpura-pura tak acuh. Di dalam hatinya, jantungnya bertalu-talu keras, entah untuk alasan apa. Baiklah, tidak ada salahnya hanya mengecek saja!

Kesal karena tubuhnya bergerak mengikuti hatinya dan bukannya akal sehatnya, tak urung Domi melangkah mendekati gadis itu. Mencekal lengannya dan membuatnya memusatkan perhatian pada Domi, lalu berkata setengah membentak, "Di mana??"

Gadis itu terisak sembari menunjuk sebuah ruangan di dekat toilet, tak sanggup barang untuk menjawab.

Tanpa berkata apapun lagi, Domi bergegas meninggalkan kerumunan itu dan menghampiri tempat yang ditunjuk gadis itu. Ruangan itu setengah terbuka, menampakkan kekacauan di dalamnya. Namun, yang menghilangkan rona di wajahnya bukan itu.

Domi yakin betul yang berbaring di lantai dengan kepala bersimbah darah adalah Carla, Carlanya-pacar bohongannya, sekaligus musuh bebuyutannya. Carla berbaring di sana dengan mata terpejam, dan tubuh yang tidak lagi bergerak. Namun, seorang cowok teler masih terus menggebuki dan menendanginya.

"Hei, kau mau bunuh dia?! Leave her alone!" Domi merangsek masuk tanpa sempat menggunakan akal sehatnya. Tanpa sempat menyadari, bahwa besok seusai menghadiri pesta ulang tahun keponakannya, ia akan menjadi host sebuah acara live bergengsi yang konon katanya berpenalti tinggi. Atau bahwa karena ia baru saja beracara dengan Carla, maka ia tak membawa satupun bodyguard yang bisa mem-backup-nya. Atau kenyataan bahwa Carla saja kalah bertarung dengan cowok ini, jadi bagaimana mungkin ia yang kalah dengan Carla bisa mengalahkan Vin Diesel tembakan ini??

Uh-oh, benar saja. Begitu mendengar semprotan sengak ditujukan padanya, cowok itu segera menoleh dengan wajah terganggu. Mata gelapnya tampak begitu menakutkan dan bebas akal sehat. Tak hanya itu, teman-temannya yang super mabuk justru menyempatkan diri menunjukkan solidaritasnya dengan ikut-ikutan menatapnya penuh permusuhan. Domi meringis pasrah, sadar sudah terlambat baginya untuk mundur.

Almost Over YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang