"Kau pasti bertanya-tanya, apa yang kulakukan di sini, di saat aku dan Gisel tampak seperti pasangan happy ending." Domi menghela napas pelan, tatapan sendunya terpancang pada wajah Carla yang tampak menerawang jauh di sebelahnya. "I really wish you weren't there, Carla... Bukan karena aku tidak mau kamu tahu, tapi karena aku tidak mau kamu lihat."
Domi bangkit berdiri, lalu berlutut di hadapan Carla. Menggenggam bahu cewek itu, lalu berkata lembut, "I have my reasons, Carla. Kulakukan semua itu karena aku ingin melindungimu. Semua pencitraan itu, agar jangan sampai mereka mencelakaimu."
"Mereka..?" Mata Carla masih menghindari menatap ke dalam mata Domi.
"Tahukah kau bahwa Mirinda menekanku? Ah, barangkali kau sudah tahu. Barangkali Mirinda pun sudah menekanmu juga. Sebagai kakak, ia memang terlalu protektif terhadap Gisel."
"Ah, siapa yang tidak." Carla tersenyum pedih, dalam hati akhirnya menyadari mengapa Mirinda begitu bersemangat menjauhkannya dari Domi. "Ia manis dan rapuh, seperti boneka porselen China."
"Percayakah kau pada karma?" tanya Domi tiba-tiba.
Carla mendongak, menatap Domi dengan sedikit bingung, lalu menggeleng pelan. "Klise."
"Dahulu, ada seorang cowok. Ia memiliki segalanya: karir, harta, posisi sosial, penggemar, pacar, keluarga, masa depan indah. Hidupnya selalu sempurna, keberuntungan tak pernah lepas dari genggamannya. Apa yang ia mau, terwujud dengan mudah."
Carla menatap Domi dengan pandangan bertanya. "Isn't it obviously you."
"Tapi semuanya berubah ketika kerajaan api menyerang..."
Carla mengerjap. Satu kali, dua kali. Berharap ia salah dengar, namun cowok di depannya justru tersenyum lebar dengan mata berkilat jenaka. "Nggak lucu, Bodoh."
Satu tangan Domi terulur meraih pipi Carla, lalu dengan sorot lembut dan nada memabukkan ia berkata, "Don't get too serious, Sayang. Kau sudah berjuang terlalu keras selama ini. Istirahatlah sebentar, biarkan aku menggantikanmu."
Carla menepis tangan itu gusar. "And you, don't get so full of yourself just because you know you had my heart."
"Still the same Carla, I see..." Domi mengulum senyum, lalu beralih menggenggam jemari Carla dan mencium punggung tangannya. "Carla yang kusuka."
Sorot tajam dan membunuh Carla membuat Domi buru-buru melanjutkan. "Orang-orang datang kepadanya, dan tak pernah sebaliknya. Jadi, ketika seorang cewek tidak tampak mencari muka di depannya, egonya tersentil. Ketika cewek itu menginjak harga dirinya, bagaimana tidak ia mencari beribu cara untuk membalasnya? Tapi,..."
*
Carla menutup pintu rumahnya pelan, lalu bersandar di sana. Mereka hanya baru saja melewati pembicaraan panjang, tapi rasanya lebih melelahkan ketimbang pemanasan tim basketnya--lari keliling lapangan, sit up, push up, squat jump, dan entah apa lagi. Walaupun, beban yang selama ini ia rasakan pada akhirnya terangkat dari bahunya. Segala kesedihan dan luka yang selama ini meremukkan hatinya, kini tak terasa lagi.
Cowok yang dicintai para remaja cewek labil di seluruh Indonesia--termasuk dirinya--itu memang sesuatu. Jujur saja, kualitas yang ia miliki sebagai cowok normal memang berbeda. Ia baru saja mengantar Domi pulang, tapi rasanya seolah cowok itu masih ada di sana.
Aroma parfumnya, kenyamanan yang dipancarkannya, senyumnya yang menggetarkan hati.... Semuanya terasa terlalu indah untuk menjadi kenyataan. Membuatnya bertanya-tanya, sudah benarkah yang mereka lakukan ini? Sudah benarkah seorang cewek dekil biasa menginginkan cowok sejuta umat seperti Domi untuk dirinya sendiri?
Kau harus tahu, Carla. Meski hubungan kita tidak mulus dan banyak mengalami rintangan, aku bersyukur aku menemukanmu. Karena, tanpa kamu, aku tak akan pernah belajar menghargai apa yang kupunya. Tanpa kamu, aku tak pernah belajar mencintai.
Carla menghela napas ketika kata-kata Domi terngiang bahkan sebelum ia mulai meragu. Cowok bodoh, batin Carla gemas. Tidak ada cowok normal manapun, memilih untuk menyakiti cewek sesempurna Gisel hanya demi seorang Carla. Rugi. Besar pasak daripada tiang.
Kau tahu berpura-pura mencintainya bahkan lebih kejam daripada yang kulakukan sekarang? Yang tidak ingin membatalkan semuanya adalah Gisel, bukan aku. Bagi kami para seleb, diputus seseorang yang kausayang adalah satu hal, diputus di depan media massa adalah hal lain.
Kalau boleh memilih, Carla masih akan tetap menyerah. Karena bagaimanapun, pengorbanan dari kedua belah pihak sama sekali tak sebanding untuk hubungan yang bahkan baru seumur jagung seperti itu. Tapi, Domi memaksa untuk mencoba. Bahkan jika Carla tidak mau mengakuinya, ia akan mengejar Carla lagi. Akan berusaha mendapatkan hatinya kembali. Dulu ia berhasil melakukannya, jadi mengapa sekarang tidak?
Isn't is fun? Anggap saja kita sedang berada di Termehek-mehek atau apa. Come on, Darling. Bukankah kau suka sesuatu yang menantang seperti ini?
Ini, sih, bukan Termehek-mehek, ataupun sesuatu yang menantang seperti kata Domi. Tapi, Mission Impossible! Seriously, what's the fun being a perfect princess' fiance's mistress?? Otak cowok itu pastilah sudah sedikit bergeser!

KAMU SEDANG MEMBACA
Almost Over You
RomansaKadang, aku masih memikirkanmu. Di relung hatiku, aku mengharapkanmu. Dalam kesunyian tanpa kata, dalam kerinduan yang menyesakkan. Tapi, dunia kita terlalu jauh berbeda. Dan, maafkan aku tak cukup kuat untuk menyebranginya, demi untuk bersamamu. Ma...