Escalation

1.8K 88 0
                                    

"CAN YOU PLEASE TELL ME WHAT HAPPENED?!"

Whoa. Domi menjauhkan telinganya dari ponsel dengan gerakan refleks. Calon kakak iparnya ini benar-benar pemarah! "Can't you see? I dumped her, okay?"

"NOT OKAY, SERIOUSLY!? Kau seperti artis murahan yang mencari ketenaran dari gosip yang beredar!"

"Jaga mulutmu, Mir. Aku menghargaimu karena kau kakak Gisel. Tapi kau tidak bisa melukai harga diriku--kau tahu betul apa yang akan kulakukan jika kau berani mengusik ketenanganku. Lagipula, siapa yang mengira ia bakal hilang kendali seperti itu? Ini di luar rencanaku, Mir."

Terdengar helaan napas yang dipaksakan dari seberang. "Jadi, apa yang akan kaulakukan?"

"Tentu saja menyapunya bersih. Tapi, aku ingin terlihat alami."

"Consider it done." sergah Mirinda cepat, membuat Domi segera tersenyum lebar. Hal-hal merepotkan seperti itu tidak pernah menjadi favoritnya.

"I know I can count on you."

Mirinda kembali menghela napas. "Aku tak mengerti. Aku yakin aku lebih seperti pacarmu ketimbang Gisel. Taruhan, ia sampai sekarang pun belum menghubungimu perkara ini, bukan?"

"Yep." jawab Domi cepat, seraya tersenyum miris.

"Anak itu! Selalu memendam semuanya sendirian. Aku hanya kasihan melihatnya tidak tenang sejak sarapan pagi tadi."

Domi terhenyak. "Ia sudah tahu??"

"Jangan katakan kau mengira aku memata-mataimu?!"

Domi memutar mata. "Well, actually, yes."

"Really, Dom?? Aku tidak sepengangguran itu, oke?"

"Oke, oke..." Domi terkekeh kecil.

Tiba-tiba, sebuah suara berat khas cowok meningkahi suara Mirinda di seberang sana.

"Hai, Honey, kau baik-baik saja? Sori, aku agak lama, tadi tertahan ocehan mama."

'Honey'? Perhatian Domi yang masih terhubung seketika teralihkan mendengar suara yang familiar di telinganya itu. "Hei, itu tadi siapa? Sama sekali tidak terdengar seperti Marshal." Domi berpikir keras, mencari-cari di dalam memorinya siapa gerangan sang empunya suara. "In fact, ia terdengar seperti--"

"Gotta go, Dom. Ingat kata-katamu tadi. Kuberi waktu sebulan, untuk mengubah Cinderella kembali menjadi upik abu. Bye."

"Hei..!" Domi menatap kesal ponselnya yang tak lagi tersambung dengan Mirinda.

*

Claire masuk dan berhenti di ujung kamar, lalu menatap Carla dengan sedih. "Kau sungguh akan melakukan ini?"

Carla yang semula sibuk mengumpulkan barang-barang 'peninggalan' Domi menoleh. Menatap Claire dengan sorot yang tak mampu dibaca, lalu menghela napas pelan. "..Yeah."

"Menurutmu itu ide bagus mengekspos semua kedekatan kalian pada massa? Sebenarnya apa yang kau cari, peneguhan?"

"I don't know. Kinda hurt seeing him intentionally not recognizing me."

"Sorry. Carla, I'm so sorry..." Claire terisak, lalu maju memeluk sang kakak.

"Hei, hei, ada apa denganmu?" tanya Carla lembut sembari mengusap punggung Claire.

Claire mendongak, lalu menatap Carla nyalang dengan mata memerah. "Seharusnya tak kubiarkan kau membuka hati padanya. Seharusnya tak kukatakan bahwa aku menganggapnya tulus atau apapun. Seharusnya--"

Almost Over YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang