Part 15

88 13 27
                                    


Mianhae!... kata yang terlambat aku ucapkan



Aku ikhlas jika kau membenciku, tapi kenapa kau harus terluka sejauh ini?



Eps sebelumnya!

Masih terdengar suara air yang mengalir dari keran, Jeny mencoba membersihkan hidungnya dari darah yang terus keluar dari sela hidungnya.

Tiba-tiba kepalanya terasa pening, dan berat, penglihatannya pun berubah menjadi kabur, lalu berkabut, dan kemudian ia melihat seisi ruangan kamar mandi itu berubah menjadi putih, dan tubuhnya pun seketika ambruk, dan terjatuh di lantai.

Bruk!...

Masih ia dengar keran air yang mengalir, lalu secara tiba-tiba ia tak lagi mendengar air keran itu mengalir, sebab kali ini dia  sudah terjatuh ambruk seketika di lantai.

Dengan wajah yang begitu panik, akhirnya Jiminpun berlari tuk melihat Jeny yang tengah pingsan bersimbah darah itu.

Sesampainya disana ia melihat saudaranya yang tengah tergeletak lemah tak berdaya di lantai, dan belum lagi seragam dan juga setengah wajahnya itu berlumuran oleh darah yang tampak keluar mengalir dari hidungnya, terkejut pasti, matanya hanya bisa terbelakak lebar, dan tampak sudut matanya berair karena menahan tangis yang akan tumpah lagi jika ia mengedipkan matanya.

Jenya...!

Ucapnya Jimin, lalu segera mendekati tubuh Jeny yang terbaring itu.

"Jenya, kau kenapa? Bangunlah!..."

Wajah Jimin yang terlihat begitu syok, dan tampak keningnya  ia guratkan ke atas sambil melihati tubuh Jeny yang terbaring lemas di pangkuannya kini.

"Jenya, ah mianhae! aku tidak memperdulikanmu! Apa kau baik-baik saja?.."

"Ah, bagaimana ini? Jenya.. bangunlah, ayo bangunlah.. Buka matamu! Kau bisa melihatku kan?...

Jenya...Jenya..

Jimin yang terus memanggili nama kakaknya itu, dan tak henti-hentinya mengguncang-guncangkan tubuh kakak kembarnya itu, sambil menangis tak henti-henti agar ia dapat tersadar kembali.

Ia cengkram lengan Jeny kuat-kuat, dan ia guncangkan tubuhnya dengan keras agar Jeny terbangun, dan tersadar..

"Palli, palli .. panggilkan ambulance eoh!"

Pekik Jimin sambil teriak-teriak, kebingungan.

"Ah, kasihan sekali!"

"Baru pertama kalinya aku melihat dia menangis menghawatirkan kakaknya!"

"Biasanya ia bersikap dingin kepada kakaknya.."

Kata dari para siswa dan siswi saat melihat Jimin yang menangis meminta pertolongan, dan  bukannya menolong, ataupun membantu malahan  mereka lebih memilih tuk bergosip, dan melihati adegan drama adik dan kakak itu.

''Yak, apa kalian tidak dengar? panggilkan ambulance."

Ucapnya Jimin sambil menangis, seraya memeluki tubuh kakaknya itu.

Terkejut, panik, bingung yang Jimin rasakan saat ini ketika melihat Jeny yang sedang terkapar.

Mianhae Jenya, aku memang adik yang jahat!, aku bodoh! Kenapa rasa kesalku, dan ke angkuhan ini selalu menyelimutiku..

Mianhae! Maafkan aku yang terlambat mengatakannya.

Batinnya Jimin sambil menangis, mengguncangkan tubuh Jeny agar ia tersadar.

Twins Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang