Part 12

103 24 40
                                    

Cinta itu tampak terlihat dari matamu

☆☆


"Aku tidak ingin kau memalingkan wajahmu pada wanita lain, aku hanya ingin kau melihatku, memandangku, menggapaiku, mendekapku.

Asalkan kau tahu? aku  menyukaimu!, karena perhatian yang selalu kau berikan padaku, aku harap kau bisa menganggapku sebagai wanita, bukan hanya sekedar sahabat kecil, atau pun adik kecilmu lagi"..

Jeny..

___

Aula kesenian

Cuaca siang ini terasa dingin, apalagi angin bertiup cukup kuat hingga mampu membuat jendela dan gorden beradu kian kuat hingga memekakkan suara yang cukup gaduh, dengan segera Jimin berusaha menutup jendela itu, tetapi angin  membawa butiran salju ke dalam ruangan hingga mengenai rambut dan wajah Jimin, bisa dilihat bahwa wajah dan juga rambut Jimin kini dipenuhi oleh butiran salju.

Berusaha sangat keras, untuk menggapai pintu jendela yang tidak dapat digapainya itu, seseorang dengan tiba-tiba merenggut pintu jendela itu dengan mudahnya, lalu ia pun menutupnya cepat, lantas Jimin cukup dibuat terkejut oleh kehadiran seseorang yang tiba-tiba menolongnya.

Tersungkur kaku Jimin saat melihat tubuh yang menjulang tinggi itu sedang berdiri dekat di depannya sambil menatapnya lekat, penuh senyuman yang penuh arti. Lagi Jimin hanya terdiam mengikuti irama jantungnya yang kian berdetak kencang, hingga membuat hatinya mulai memanas, tampak semburat rona merah di wajahnya itu mengembang kian pasti mendapati Saewon yang sedang menatapnya lekat.

"Jika kau tidak bisa melakukannya sendiri, maka minta tolonglah kepada orang lain, areo!"

Saewon tampak tersenyum simpul melihat Jimin yang sedang termangu melihat kehadirannya yang begitu dekat dengannya kala itu.

Deg..

Yah, kali ini jantung Jimin sedang berdegup kencang, bagaimana tidak! Saewon mendekatkan tubuhnya hingga ke dekat tubuh Jimin, alhasil jantungnya seperti akan copot dari dalam tubuhnya.

Jelas, Saewon menatap mata Jimin secara terang-terangan, membuat Jimin kembali terhenyak dan dengan keberanian yang sulit iapun menatapnya balik. Terlihatlah iris mata Saewon yang bewarna cokelat yang  sedang menatapnya, bingung, entah apa yang sedang ia pikirkan saat Saewon sedang menatapnya penuh arti.

Pelan-pelan Saewon mulai melangkahkan kakinya selangkah, dan mendapati Jimin berada di depan dadanya yang jenjang itu, Jimin kembali tak berkedip melihat Saewon yang sudah selangkah di depannya, ia hanya memberdirikan wajahnya untuk melihat wajah Saewon yang sangat tampan kala itu, tersinari oleh cahaya matahari yang masih tersamar-samar.

Wajahnya membungkuk, melihat wajah Jimin, dan iapun memegang utuh tengkuk wajah Jimin, lalu dengan lembutnya ia elus,  seraya melebarkan senyuman khasnya yang sok cool.

Hati Jimin saat ini mengerjap, dan memanas  tak karuan. Ia tahu bahwa ia bisa saja menepis tangan Saewon yang tengah bertengker di wajahnya itu dengan mudah, karena itu adalah salah satu kebiasaanya, tapi entah kenapa ia tidak bisa sama sekali bergerak, apalagi sampai menepisnya.

Apa yang akan dia lakukan sekarang,  kenapa aku tidak bisa bergerak sama sekali?

Tiba-tiba ...

"Lihatlah dirimu kau tampak buruk."

Saewon memutar bahu Jimin secara tiba-tiba ke cermin besar, membuat bayangan tubuh mereka terlihat jelas oleh cermin itu.

Twins Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang