Part 19

77 5 5
                                    


Sesungguhnya kau tak dapat membodohi perasaanmu, membohongi perasaan sama saja menyakiti diri sendiri

^
^
^


"Aku ingin kau jauhi Saewon oppa."

"Karena aku menyukainya."

.....

Tegasnya Jeny kala itu, yang mampu membuat sekali lagi dalam kenyataannya hati Jimin kian terpukul. Tanpa lama, dan tanpa berpikir panjang akhirnya Jimin pun menjawab pernyataan Jeny terhadapnya itu yang mungkin terasa berat ia ucapkan.

"Baiklah, mulai sekarang aku akan menjauhinya."

Ucap Jimin seraya mulai menatap mata Jeny yang mulai tampak berkaca itu.

"Lagian kau tidak perlu khawatir."

"Aku tidak menyukai pria seperti dia."

Ucapnya lagi Jimin kembali menegaskan ucapannya itu dengan menaikkan nada suaranya, hingga mampu membuat Jeny memicingkan bibirnya.

"Benarkah itu?"

"Apa kau benar-benar tidak menyukainya?"

Pekik Jeny dengan nada yang tidak yakin, dan terus melontarkan kalimat yang mengintrogasi kepada Jimin.

Aku tidak menyukainya?

Pernyataan Jeny mampu membuat Jimin mulai berpikir kembali. Iya kalimat itu tiba-tiba saja seperti virus yang mulai menggerogoti otak, dan juga pikiran Jimin.

Bagaikan ludah yang kau jilat kembali, bohong jika aku tidak menyukainya, semenjak ia membuatku kembali tersenyum disitu aku mulai menyukainya, sudah kuduga bahwa Jeny menyukai Saewon tapi kenapa baru sekarang kau mengatakan kebenaran itu Jenya?

Mau ku apakan perasaan ini? Tidak mudah untuk menerima dan membuang perasaan ini. Apa aku adalah seorang wanita yang kuat? Tidak, aku bukanlah wanita yang kuat yang seperti kau bayangkan, aku adalah wanita yang terlemah Jenya, yang hanya mengaharapkan satu ketulusan dan kasih sayang dari orang disekelilingku.

"Oh yah?"

Gumamnya Jeny, membuat lamunan Jimin seketika buyar. Ia pun mulai menatap mata Jimin lekat-lekat dengan ekspresi yang masih sama, evil yah mungkin jika ia adalah seekor serigala ia mungkin sudah melahap habis tubuh saudaranya itu.

Hanya karena seorang pria, ia bisa berubah sebegitu derastisnya, apalagi kepada saudara kembarnya sendiri.

"Aku harap hatimu, dan ucapanmu itu tidak berseberangan Jimina, harapan terakhirku adalah dia."

"Aku tidak ingin kau mengambil dia. Hanya dia yang mampu membuatku bertahan kali ini."

Gumamnya Jeny yang mulai menatap dalam mata Jimin.

"Aku ingin kau buktikan bahwa kau benar-benar tidak menyukainya."

Pekiknya lagi Jeny sambil melipat kedua tangannya menatap tegas kedua sorot mata Jimin yang hanya ditatap tegar oleh Jimin.

"Kau tenang saja, aku akan menjaga jarak dengannya."

"Baguslah kalau kau akan menjaga jarak dengannya."

Sahut Jeny, lalu merebahkan kepalanya ke atas bantal, sambil memiringkan tubuhnya ke samping dengan membelakangi tubuh Jimin.

Atas sikap Jeny kepadanya membuat Jimin mulai menarik nafasnya pelan, ia tidak menyangka, dan tak habis pikir bahwa Jeny telah mengucapkan hal yang membuatnya semakin bingung.

Perlahan mulai ia gerakkan tangannya kembali untuk menyelimuti tubuh Jeny dengan selimut yang ia bawa tadi, yang tampak ke dua mata Jeny telah tertutup rapat menandakan bahwa ia tidak ingin diganggu, sambil mulai tertidur membelakanginya.

Twins Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang