Part 17

89 9 49
                                    

*
*

Awal yang terasa sakit

*
*


Selalu ku sembunyikan kehangatan ini dalam diriku, hingga ku tampakkan sikap dinginku padanya, semua itu karena aku merasa kesal, rasa kesalku terlalu banyak hingga sangat sulit kubunuh satu-satu. Tapi asalkan kau tahu! Rasa kesalku tak sebanyak rasa rinduku padamu. Saat itu aku mengatakan kebohongan bahwa aku tidak merindukannya, tapi ketahuilah lagi-lagi rasa kesalku, dan keegoisanku ini lebih memilih tuk bungkam dan berbohong.

Aku saat ini benar-benar merindukanmu! Ingin aku katakan bahwa sebenarnya aku juga merindukanmu! Tapi nyaris,  bibir ini lebih memilih tuk mengunci kuat, sehingga lebih memilih tuk menyikapimu dingin.

Karena aku tahu! Dengan menyikapimu seperti itu, kau akan terus memperjuangkanku untuk  bisa selalu bersamamu..

Kapan aku bisa memberanikan diri untuk mengatakan itu? Entahlah?.. bagiku itu adalah kata yang begitu sulit aku ungkapkan padanya.

Saat ini, sekarang, dan..........

Dear Jimin♡


~~~~~~

~~~~~~

~~~~~~

"Jeny, sehatlah, hiduplah untukku."

"Kumohon, jangan tinggalkan aku lagi."

Ucapnya Jimin dalam hati sambil menatap Jeny yang sedang terbaring lemas di balik kaca ruangannya itu.

"Jenya, mianhae! Aku selalu bersikap dingin padamu. Aku bukanlah adik yang baik untukmu, tapi kenapa kau harus mengalami hal yang sesulit ini?"

"Tuhan, kenapa kau selalu membuat hatiku rapuh? Apa aku tidak bisa merasakan kebahagiaan walaupun sedikit saja? Apa aku tidak berhak merasakan hal itu?"

"Kenapa kau selalu membuat hidupku terasa sulit? Aku tidak tahu harus berbuat apa lagi?"

Batin Jimin yang kian memberontak dari tempatnya itu. Sakit, rapuh, hancur, dan rasa bersalah yang terus ia rasakan. Jika dia didekat jalanan sekarang,  mungkin ia hendak akan menghabiskan hidupnya yang kedua kalinya lagi dengan menabrakkan tubuhnya ke mobil, tapi sayang ia berada didalam rumah  sakit sekarang, sehingga ia tidak dapat menjangkau jalanan diluar sana.

....

Sedangkan Jeny, ia sedang terlelap dalam tidur, bius yang disuntikkan kedalam tubuhnya itu membuat separuh kesadarannya hilang. Dan kini Jimin sedang menatapnya dari balik kaca, terlihatlah kedua matanya yang sedang tertutup rapat, dan wajah pucatnya itu mengatakan betapa sakit, dan menderitanya hidup yang ia lalui selama ini.

"Mianhae....

Hanya kata 'maaf' yang bisa Jimin ucapkan untuk Jeny, kakak kembarnya itu.

Aliran, demi aliran, dan butiran air mata itu tampak tak henti-hentinya menetes keluar dari balik sudut mata kecilnya kini.

Kenapa? .....

Kenapa rasanya begitu sesak Jenya? Kenapa kau merahasiakan penyakitmu dariku?

Ucap Jimin yang masih menatap haru kakak kembarnya itu dari balik kaca.

"Karena dia tidak ingin melihatmu terluka lebih jauh lagi!"

Ucap Saewon yang tiba-tiba datang dari belakang, dan menjawab pertanyaan kosong Jimin kepada Jeny yang sedang terbaring tak sadarkan diri itu.

Lantas Jimin segera berbalik tuk melihat asal suara yang telah menjawabnya itu, suaranya tampak tidak terdengar begitu asing. Saewon iya, dia pria tinggi yang baru-baru ini mencuri perhatiannya, pasalnya hanya dialah pria yang dapat menenangkan hati muramnya saat ini.

Twins Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang