part 10

90 25 14
                                    

♡Me-ji-ku-hi-bi-ni-u♡

Perasaanku seperti bewarna, entah mulai dari mana? dan  sejak kapan aku kembali tersenyum lebar dan kembali riang seperti ini ?
Yang jelas aku melihat warna, Me-ji-ku-hi-bi-ni-u .

......

Kali ini aku tidak lagi mengibaskan tanganku pada saewon, jika ia mengelus rambutku, atau mengusap kasar pucuk kepalaku, aku hanya diam membiarkannya melakukan hal itu. Entah kenapa? seperti ada yang melarangku untuk membiarkannya melakukan hal itu.

Semenjak kejadian malam itu, aku menjadi begitu dekat dengannya iyah Saewon, pria tinggi yang mampu merubah hidupku dalam semalam, seorang pria yang merupakan sahabat dari Eonniku yang baru aku ketahui statusnya tadi malam.


Aku berubah dalam semalam apakah itu karena sebuah ciuman? Entahlah? pasalnya dia telah merebut ciuman pertamaku, yang aku harapkan dari seorang pria yang benar-benar adalah cinta sejatiku. Dalam sejatinya hati itu tak bisa berbohong, biarpun kau berkata bohong tapi mata dan juga hatimu takkan bisa melakukannya.

Percayalah...

***

Masih malam kemarin

"Kau tahu? Aku hanya ingin mereka mengerti perasaanku,  Aku tidak pernah mengerti dengan perasaan tulus mereka.

Di dalam hatiku, Aku terus menaruh kesal dan benci kepada mereka. Apa aku terlihat seperti orang yg tidak memiliki perasaan?"

Jimin tampak menangis, bilamana ia mengingat perkataan ibunya.

"Aku tahu? kau bukan gadis yang jahat, atau tidak memiliki perasaan, hanya saja kau masih perlu waktu untuk mengerti perasaanmu. Ada kala dimana kau berpikir bahwa semua perbuatan yang kau lakukan adalah buruk, tapi itu tidak benar, kadang kala perbuatan buruk itu ada benarnya, hanya saja tergantung seburuk apa yang kau lakukan itu."

Saewon mencoba meyakinkan perasaan Jimin.

Jimin sedang menatap lekat wajah Saewon sambil sesekali menitihkan air matanya pelan.

Sadar akan itu, Saewon tampak melebarkan senyuman di wajahnya,  sambil mencoba sesekali  menghapusi air mata Jimin dengan lembut.


"Em.. Menangislah menangislah jika itu membuatmu lega."

Usapan jari jemari Saewon di wajah Jimin mampu membuat Jimin kembali menangis kencang. Pasalnya ia merasakan kenyamanan saat Saewon mengusap-usap air matanya ,dan mengelus-elus pucuk kepalanya itu.

Entahkah dia memang gadis yang selalu bersikap dingin, ataukah dia gadis yang bodoh. Intinya aku melihat sisi lain dari si penyihir dingin, Jimin. Adik dari sahabatku sendiri yang dari awal telah mencuri perhatianku, sikap yang berpura-pura dingin itu adalah kepalsuan dari wajahnya, kembali di saat ini, kepolosan hatinya  membuatku ingin selalu mengusapnya. Aku menyukai saat dia menangis padaku , marah padaku.

.

.

Tampak Jimin dan Saewon sedang terduduk di taman kota.

"Tanganmu?

Ucap Saewon sambil melirik  tangan Jimin yang tengah berdarah.

Twins Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang