Dahayu tak kuasa menahan sakit pada bagian perutnya. Nyeri di pinggang juga terasa menyiksa. Dirinya belum pernah merasakan sesakit ini sebelumnya.Ia segera bangun dari tempat tidur dan hendak berjalan menuju kamar mandi. Tapi, kekagetan dengan adanya darah segar yang mengalir turun dari kedua kakinya, membuat langkah wanita itu terhenti tiba-tiba.Lutut Dahayu seketika melemas dan susah untuk tetap berdiri. Ia benar-benar tak tahu apa yang sedang terjadi dengan tubuhnya.
"Tidak mungkin aku hamil lagi, 'kan? Kami melakukannya hanya sekali? Bagaimana bisa terjadi?" Dahayu pun bermonolog dengan tanda tanya besar yang membelenggu dirinya. Tentang kehamilan yang tak ia sadari.
"Apa...apa aku akan mengalami keguguran untuk kedua kalinya? Tidak! Aku tidak mau kehilangan anakaku lagi." Dahayu belum tampak usai dengan monolog seorang diri. Namun, tubuhnya sudah merosot jatuh ke lantai.
Kedua mata wanita itu tampak berkaca-kaca. Tak butuh waktu lama bagi tetesan demi tetesan cairan bening membasahi pipinya.
"Dahayu kamu kenapa?"
Saat terdengar ada suara lain di sekitarnya. Dahayu berusaha keras membuka mulutnya yang sedang bergetar."Tolong, aku! Kumohon cepat tolong aku sekarang! Aku mohon!" Dahayu berseru meminta pertolongan di tengah isakan tangisnya.
............................................................................................................
Di lubuk hatinya, Dahayu tidak henti-henti menggumamkan banyak rasa syukur dan terima kasih kepada Sang Pencipta. Sementara, kedua tangan wanita itu sama-sama bergerak untuk mengusap perutnya yang datar, tapi terdapat kehidupan baru di dalam sana. Calon bayinya.
Setelah hampir dua tahun, Dahayu kerap menyalahkan Tuhan atas ketidakadilan karena harus kehilangan orang benar-benar dicintainya, Gristawan. Kini, ia dapat kembali memercayai jika kuasa Tuhan memang tak pernah ada yang mampu menandingi.Cukup sulit sebenarnya untuk mengungkapkan dengan kata-kata bagaimana berkecamuknya perasaan Dahayu saat ini, setelah peristiwa pendarahan yang tak ia sangka-sangka akan terjadi lagi.
Mengenai kehamilan yang baru terhitung tidak lebih dari empat minggu tersebut Dahayu tak menyadari sebenarnya. Ia tidak menaruh curiga dengan perubahan yang terjadi pada tubuhnya. Mengingat, siklus menstruasi Dahayu sering datang tak menentu.
Tentang apa yang sudah ia lakukan bersama Giri sekitar satu bulan lalu, saat sedang terpengaruh oleh efek dari soju yang diminum. Dahayu tidak akan menyalahkan semua yang terjadi pada pihak lain, terutama Giri. Ia yang bertanggung jawab karena sudah mabuk dan malah menganggap pria itu sebagai Gristawan.
Dahayu hanya saja tidak pernah berpikir sekalipun akan hamil untuk yang kedua kalinya secepat ini. Benar, mengandung anak dari pembunuh pria yang ia sangat cintai.Jika diingatkan dengan kenyataan pahit yang harus ia peroleh tentang Giri, maka sebagian kecil dalam diri Dahayu tidak menghendaki janin tersebut tumbuh di rahimnya.
Dan adanya dorongan kuat yang lebih mendominasi dirinya untuk menjaga kehidupan baru yang dititipkan Tuhan padanya, sehingga membuat Dahayu memiliki harapan menjadi seorang ibu di masa mendatang. Impian yang tak pernah ia dambakan dengan begitu serius sebelum kehamilan pertama.
Dahayu pun akan berusaha keras dalam mempertahankan calon anaknya kali ini, tidak membiarkan peristiwa keguguran terjadi kembali ataupun menghalangi kebahagiaannya.Tentu, tanpa berniat melibatkan peranan Giri. Ia tak ingin pria itu ikut mengambil bagian. Hanya akan ada dirinya dan anak mereka untuk sementara waktu, setidaknya sampai tiba waktu melahirkan.
........................................................................
"Pelan-pelan, Dahayu," ingat Wina seraya membantu adik sepupunya itu duduk di sofa dengan gerakan hati-hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suami Yang Dibenci
General Fiction[Follow akun ini dulu agar bisa membaca part privat berisi adegan dewasa] "Kamu nggak akan membunuh anakku 'kan, Dahayu? Kamu boleh membenciku, tapi ti--" "Apa kamu pikir aku adalah ibu yang jahat dan tega membunuh calon bayinya sendiri?" "Jika pun...