BAB 13

4.9K 480 13
                                    


Tiga tahun silam...

"Happy birthday, Duo Kembar!"

Giri sontak terkejut manakala dirinya baru saja membuka pintu utama rumah, ia langsung menerima ucapan selamat ulang tahun dari kekasih saudara kembarnya. Dahayu sendiri sedang membawa kue blackforest di masing-masing tangannya.

Saat kekagetan yang dirasakan belum menghilang, Giri kemudian berhasil memerhatikan perubahan ekspresi di wajah Dahayu. Ada perbedaan terlihat, walau tidak mencolok.

Pada mulanya, perempuan itu tampak ceria dan menunjukkan kegembiraan, namun beberapa detik berselang, air muka Dahayu dengan cepatnya memerlihatkan kekecewaan. Meski, coba ditutupi oleh senyuman.

Giri menduga jika ketidakberadaan Gristawan saat ini menjadi alasan utamanya. Mengingat, Dahayu hanya akan berkunjung ke kediaman mereka jika memiliki urusan atau ingin bertemu Gristawan, tak terkecuali hari ini juga.

"Awan masih di kantor, Da. Tadi ada rapat dadakan dan harus hadir," jelas Giri, walau Dahayu tidak bertanya.

"Iya. Nggak apa-apa. Aku akan nunggu Grista sampai dia pulang."

Dahayu lalu mengulurkan tangan kirinya ke arah Giri yang memegang wadah dari kue blackforest dan dua lilin yang berangka 24. "Ayo cepetan ditiup lilinnya, Giri. Tapi, jangan lupa untuk make a wish dulu."

Tawa kecil Giri pun lolos tatkala menyaksikan keceriaan Dahayu yang rupanya telah kembali, tapi hanya sebentar. Ia segera saja menuruti perkataan perempuan itu agar tidak terbuangnya waktu lebih banyak lagi.

Giri memejamkan mata selama lima detik dan melantunkan doa serta harapan di dalam hati. Setelah selesai, ia membuka kelopak matanya, lantas dilanjutkan dengan acara meniup lilin ulang tahun.

"Selamat ulang tahun, Giri. Semoga kamu bisa meraih apa yang kamu cita-citakan," ujar Dahayu tulus. Senyum perempuan itu terus mengembang.

"Semoga, Da. Makasih."

"Sama-sama, Giri," balas Dahayu bersemangat.

"Makasih nih untuk kuenya. Sebagai ucapan terima kasih, aku dan Awan akan mentraktirmu besok, sehabis pulang dari kantor. Bagaimana?" Giri minta persetujuan atas niatannya mengajak Dahayu makan bersama, tentu tak lupa mengajak Gristawan.

Dahayu mengangguk senang. "Iya, boleh. Besok aku juga tidak ada acara penting. Aku bisa pergi dengan kalian berdua."

"Ah, iya. Selain kue, aku juga punya hadiah buat kamu, Giri," beri tahu Dahayu dengan ekspresi keceriaan yang kian terlihat.

"Hadiah apa, Da? Seharusnya kamu nggak usah repot-repot kasih aku kado. Kue ini aja udah cukup." Giri merasa sungkan.

"Kemarin sekalian aku beli hadiah untuk Grista. Yang ulang tahun kalian berdua, nggak enak kalau aku cuma beliin hadiah buat dia saja."

"Tapi, harga benda yang aku belikan nggak mahal-mahal banget. Aku sih berharap kalian akan suka," lanjut Dahayu disertai senyuman yang kini malu-malu.

"Aku tidak mempermasalahkan tentang harga. Murah ataupun mahal menurutku relatif. Yang penting kamu tulus memberikannya, Da," jawab Giri dengan sedikit serius.

"Hehe. Hadiahnya aku taruh di ruang tamu. Kita ke sana yuk," ajak Dahayu sembari mulai melangkahkan kakinya satu per satu.

Giri langsung mengiyakan ajakan perempuan itu dan lantas mengekor di belakang. Ulang tahunnya kali ini terasa lumayan berbeda. Giri biasanya tak terlalu suka merayakan momen pertambahan usia, tapi ia akan menghargai apa yang telah dilakukan Dahayu.

Suami Yang DibenciTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang