BAB 20

5.3K 466 11
                                    



Ketika baru saja keluar dari kamar mandi, maka Dahayu pun langsung mengedarkan pandangan hampir ke sekeliling ruangan guna mencari keberadaan dari suaminya. Namun, indera penglihatan wanita itu tak dapat menangkap adanya sosok Giri.

Selanjutnya, Dahayu menaruh fokus serta perhatian ke arah pintu lain yang terletak di salah satu sudut kamar dan terhubung ke halaman belakang vila. Langkah kaki wanita itu kemudian ikut tertuju ke sana, mengikuti nalurinya.

Sesaat setelah berhasil menginjakkan kaki di depan pintu, Dahayu lantas disambut panorama khas malam di langit bertaburan bintang serta juga sorot dari berapa lampu yang berguna menerangi halaman vila. Perpaduan cukup indah.

Dan ketika memindahkan atensi ke sudut lainnya, masih di sekitaran teras belakang, di bagian area luar kamar. Maka, perhatian Dahayu langsung saja sukses disita oleh pemandangan menarik, dimana Giri duduk di salah satu kursi kayu dengan kepala bersandar di dinding dan kedua mata yang tertutup sempurna.

Dahayu lantas melanjutkan langkah kakinya secara perlahan menuju ke arah Giri. Atensi Dahayu belum ingin berpaling dari sosok suaminya. Kedamaian terlihat jelas di wajah pria itu ketika sedang terlelap seperti sekarang.

"Kenapa tidur di sini, Giri?" Dahayu mengeluarkan suara yang begitu pelan, bahkan nyaris sangat berbisik. Giri mungkin tidak bisa mendengar.

Dan tanpa pernah Dahayu sadari sekalipun bahwa telah muncul getaran-getaran tak kasatmata pada dirinya saat memandang Giri dalam jangka waktu yang cukup lama.

Dahayu pun masih berusaha keras menampik semua, belum terlalu ingin dibelenggu oleh perasaannya terhadap pria itu secara cepat. Paling tidak, hingga ia bisa mencintai Giri sebagai suaminya, bukan bayangan Gristawan.

"Ada apa, Da?"

Kekagetan melanda Dahayu, dikala tiba-tiba saja mendapati tatapan intens dari Giri yang saat ini sangat tepat tertuju ke matanya. Ia kembali tak sadar bahwa sedang melamun sejak tadi.

"Dahayu, ada apa?"

Saat menerima sorot mata Giri yang penuh tanda tanya. Dahayu diam sejenak sembari mencoba menyusun sederetan kata di kepala untuk membalas pertanyaan dari suaminya itu.

"Aku mencarimu di kamar. Aku kira kamu pergi kemana, ternyata malah di sini, Giri." Hanya kalimat-kalimat tersebut yang dapat Dahayu utarakan.

"Kamu mencariku, Da? Ada sesuatu terjadi? Perutmu sakit lagi?" Nada kecemasan terselip dengan cepat saat Giri bertanya.

"Tidak terjadi apa-apa. Perutku juga tidak sakit."

Dahayu menatap serius suaminya guna meyakinkan. "Waktu keluar dari kamar mandi, aku kira kamu lagi tidur. Ternyata malah nggak ada di kamar."

Giri mengembangkan senyum meski tidak lebar. "Aku pikir ada apa, Da. Lagian aku tidak bisa tidur di dalam. Jadi, cari udara segar di sini."

"Tidak bisa tidur? Tapi, tadi aku lihat kamu tidur di sini," balas Dahayu apa adanya. Karena memang dirinya menyaksikan pria itu terlelap dengan cukup pulas.

Tawa singkat kemudian dilepaskan Giri disela kekikukannya. "Benarkah aku tertidur? Udara di sini lumayan sejuk, aku jadi gampang mengantuk."

"Lanjutkan tidurnya di dalam saja, Giri. Aku rasa di sini semakin dingin. Kamu mudah flu dan alergi karena udara dingin 'kan? Kamu pernah memberitahuku." Senyum tipis pun diperlihatkan Dahayu saat melengkapi ungkapan perhatiannya.

Giri turut memperlebar senyuman dan mengangguk kecil, namun bukan berarti mengiyakan. "Sebentar lagi, Da. Pemandangan malam ini di langit lumayan bagus. Banyak bintang yang muncul. Mumpung tidak ada tanda-tanda mendung atau turun hujan."

"Boleh aku menemani kamu di sini, Giri?" Dahayu meminta persetujuan dengan suara lembutnya. Tak terlalu banyak perubahan pada ekspresi wanita itu.

Giri pun kembali mengangguk cepat untuk mengiyakan. "Tentu boleh, Da."

Tiba-tiba salah satu alis Giri tertarik naik disertai juga munculnya kerutan-kerutan di dahi saat melihat Dahayu yang bangun dari kursi, lalu berjalan menjauh, tepatnya menuju ke dalam kamar.

Dan ketika Giri ikut bangkit dari posisi duduknya, hendak menyusul Dahayu karena takut terjadi hal yang buruk. Keinginan Giri tersebut pun tertunda sebab sang istri telah terlebih dahulu menghentikan langkah, lalu menoleh ke belakang, tertuju ke arahnya.

"Aku cuma ingin mengambil sesuatu di dalam. Duduk saja di sana, Giri."

"Yakin, Da?"

Anggukan pelan dan juga senyuman Dahayu tunjukkan. "Iya. Tidak terjadi apa-apa. Percayalah, Giri."

Setelah menyelesaikan ucapannya, wanita itu segera kembali lanjut melangkahkan kaki menuju ke dalam kamar. Sementara, Giri tak langsung duduk dan terus memerhatikan istrinya hingga hilang di balik pintu.

Suami Yang DibenciTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang