14 | Sorry

28K 3K 588
                                    

Seo Yeon menghela nafas panjangnya sekali lagi. Bahkan dia saja sampai lupa sudah berapa kali helaan nafas gusar itu keluar dari bibir tipisnya hari ini.

Suasana di dalam ruangan yang ia tempati terasa cukup mencekam dengan hadirnya dua orang pemuda yang kini sibuk saling pandang dalam diam. Sayangnya, tatapan itu benar-benar tidak bersahabat. Seo Yeon yakin kalau sebentar lagi kedua mata pemuda itu akan bolong saking tajam dan lamanya mereka saling tatap.

"Woah aku tidak tahan lagi." Seo Yeon bangkit dari duduknya. Ia kembali menghembuskan nafas kasar.. dan lebih terdengar frustasi. Sungguh ia janji ini yang terakhir. Pandangannya secara bergantian menatap Jimin dan Jungkook yang kini duduk berseberangan di ruang tengah apartemen Taehyung.

"Kalian harus berbaikan sekarang! Tidak lelah apa seperti ini terus setiap kali bertemu?"

Keduanya memilih bungkam. Oh lihatlah betapa kompaknya mereka yang sama-sama membuang pandangannya ke arah lain.

Seo Yeon jadi kesal sendiri. Cukup persoalan Taehyung saja sudah membuatnya pusing setengah mati, sekarang di tambah lagi dengan dua orang yang kekanak-kanakan ini.

"Cepat berbaikan atau aku tidak akan bicara lagi dengan kalian berdua!" ancam Seo Yeon seketika.. dan ta-da! Itu berhasil membuat kedua orang itu menatap Seo Yeon dengan bibir melengkung.

"Aku kan cuma meneleponmu, Seo Yeon-ah. Kenapa juga kau malah membawanya ikut kemari?" Jimin akhirnya memutuskan untuk mengeluarkan suaranya. Ia melirik Jungkook melalui ekor mata lalu kembali pada Seo Yeon yang kini berdiri sambil memijit pelipisnya.

"Tolong ya. Aku ini teman Tae hyung juga," sahut Jungkook sebal.

Jungkook juga sebenarnya tidak mau bertengkar terus dengan Jimin. Hanya saja, Jiminnya lah yang tidak mau memaafkan Jungkook sampai sekarang. Padahal, hubungannya dengan Ji Soo adik Jimin sudah baik-baik saja sekarang.

Kalau saja Taehyung tidak sedang sakit dan terbaring lemah di kamarnya, mungkin Seo Yeon sudah meminta bantuan pemuda itu untuk mengurusi dua bocah ini.

Seo Yeon memutar bola matanya jengah. "Kalian benar-benar tidak mau berbaikan?" ancam Seo Yeon sekali lagi. Kali ini lebih dalam, tegas dan penuh penekanan.

Jungkook dan Jimin langsung gelagapan seketika. Akhirnya keduanya berdiri lalu mendekat dan saling merangkul dengan perbedaan tinggi yang lumayan signifikan.

Seo Yeon tersenyum lebar melihat pemadangan di depannya. Begitu pula dengan dua orang yang kini tengah memaksakan senyum.

"Nah.. begini kan lebih enak di lihat," ucap Seo Yeon sambil menggesekan kedua telapak tangannya. Layaknya seseorang yang telah sukses melakukan pekerjaan besar.

"Aigoo.. uri dongsaeng jangan jadi playboy lagi ya. Kau harus berhenti, arraseo?" Jimin mengacak puncak kepala Jungkook layaknya mengelus anak anjing yang menggemaskan. Dengan senyum mengembang yang terkesan menuntut, dia berkata seperti itu sampai Jungkook ikut tersenyum yang di buat-buat. (Yaampun // adikku // mengerti?)

"Oh tentu saja, hyung," sahut Jungkook. "Ah aku hampir lupa kalau kau yang mengajariku menjadi playboy. Neo gieok anna?" (Kau tidak ingat?)

Jimin merengut sebal. Dalam satu detik ia menarik jauh tangannya dari kepala Jungkook. "Musun soriya, Jungkookie?" (Apa maksud mu)

"Eiy! Masa kau lupa? Ji Hye noona? Soo Ah noona? Kau kan putus gara-gara ketahuan selingkuh, hyung!!"

Jimin baru saja hendak mengumpat kalau ia tidak ingat perkataan Jungkook ada benarnya juga. "Ya!! I-itu sudah lama sekali!"

"Ah tetap saja, hyung."

I'm HereTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang