23 | Stuck

26.8K 2.5K 693
                                    

Hembusan angin sore di awal musim gugur, menerpa kulit tubuhnya melalui jendela kamarnya yang terbuka lebar. Dari situ, ia dapat melihat langit berwarna oranye yang terlukis begitu indah. Lukisan yang tak mampu di buat oleh siapaun kecuali Dia, Sang Pencipta.

Gadis itu duduk bersandar pada headboard tempat tidur sambil memeluk kedua kakinya yang di tekuk. Kepalanya ia tumpu tepat di atas lutut.

Lagi-lagi helaan nafas panjang keluar dari bibir tipisnya yang pucat. Raganya boleh saja di sini, tapi pikirannya melayang entah kemana. Sudah hampir dua minggu gadis itu kehilangan semangat hidupnya. Entahlah, semenjak bertengkar dengan Jungkook, hari-hari Seo Yeon belakangan ini jadi terasa kacau.

Tok! Tok!

Ketukan pada pintu kamarnya, menyadarkan gadis itu dari lamunan. Ia menoleh ke ambang pintu, lantas mendengus pelan ketika mendapati seorang gadis lain sudah melangkah masuk dan berjalan ke arahnya.

"Untuk apa mengetuk kalau pada akhirnya kau masuk tanpa izin dariku," gerutu Seo Yeon begitu Na Ri menghempaskan tubuhnya ke atas kasur yang sama dengannya.

Gadis yang berbaring sambil menatap langit-langit kamar Seo Yeon itu terkekeh pelan. "Sama seperti Jungkook ya? Dia memang mengetuk pintu hatimu, tapi tanpa izin darimu dia masuk begitu saja dan dengan seenaknya meninggalkan luka?"

Seo Yeon mengerucutkan bibirnya sebal. Rasanya, ucapan Na Ri begitu menohok tepat di hatinya. Ingin ia menyangkal, tapi sebagian hatinya justru dengan cepat mengiyakan pernyataan Na Ri barusan. Dia saja sampai tak mampu berkata-kata. Seo Yeon semakin tenggelam pada lipatan tangan yang ia ciptakan.

"Berhentilah berbicara tentang Jungkook, Na Ri. Aku lelah mendengarnya."

"Kalau kau lelah, harusnya kau berhenti," sahut Na Ri cepat.

Lagi-lagi pikiran Seo Yeon kembali bercabang setelah mendengar kata-kata itu. Masalahnya adalah, bukan kali ini aja seseorang berkata begitu padanya. Sebelumnya, ia sudah pernah mendengar orang lain berbicara seperti itu padanya.

Dan orang itu adalah Taehyung. Seo Yeon ingat betul apa yang Taehyung katakan malam itu. Perkataan yang mampu membuat semua tak sama lagi. Bahkan belakangan ini Seo Yeon merasa setiap kali sedang berdua bersama Taehyung, semua mulai terasa canggung. Apa lagi semenjak Taehyung yang dengan terang-terangan mengajaknya untuk berkencan.

"Kau pikir itu mudah?" sahut Seo Yeon masih pada posisi yang sama. Berusaha mengabaikan pemikirannya tentang Taehyung.

Terdengar helaan nafas panjang dari bibir Na Ri. Gadis itu bangun dari posisinya semula. "Begini ya, aku hanya tidak mau kau seperti ini terus-terusan, Seo Yeon. Kalau kau tau Jungkook tidak mencintaimu, kenapa kau terus saja bertahan?"

"Kalau aku bisa memilih kepada siapa aku jatuh cinta, mungkin aku juga tidak akan memilihnya, Na Ri. Tapi aku bisa apa? Sekeras apa pun aku mencoba, hati ini tidak bisa berbohong. Aku selalu mencintainya."

Seo Yeon pun mengangkat wajahnya. Pelupuknya kembali dipenuhi oleh air mata yang siap tumpah kapan pun. Rongga dadanya kembali sesak seperti di tekan sesuatu. Bukankah terasa sangat menyebalkan ketika kau menginginkan sesuatu yang jelas-jelas tidak bisa kau miliki? Ya, kira-kira seperti itu lah perasaan Seo Yeon sekarang. Bahkan lebih buruk lagi.

Na Ri berdecak kesal. Gadis itu duduk bersila tepat di depan Seo Yeon. "Tapi mau sampai kapan? Mau sampai kapan kau terus begini? Setidaknya kembali lah menjadi Seo Yeon yang ceria walaupun Jungkook tidak ada di sampingmu."

I'm HereTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang