18 | Fall

28.1K 2.7K 622
                                    

Ruangan itu begitu gelap dan dingin. Tidak ada aktifitas yang berarti di dalam sana selain dari televisi yang di biarkan menyala oleh sang pemilik. Sementara pemuda yang menjadi satu-satunya penghuni sebuah flat sederhana itu, malah merebahkan dirinya di atas sofa tanpa ada niatan untuk menonton sama sekali.

Pandangannya tertuju pada sebuah bingkai foto di tangan kanannya. Foto yang menampakkan dirinya tengah merangkul seorang gadis cantik dengan gaun berwarna biru laut.

"Apa kabarmu, Yeri-ya?" monolog pemuda itu sambil mengelus foto gadis itu layaknya sedang mengusap wajahnya secara langsung.

Helaan nafas berat lolos begitu saja ketika ia tidak mendapat jawaban apapun atas pertanyaannya barusan. "Kau tau? Aku sangat merindukanmu, Yeri. Sampai detik ini, perasaanku tidak pernah berubah sedikitpun padamu. Aku masih mencintaimu walau kau lebih memilih adik sialanku."

"Aku sebenarnya lelah hidup seperti ini. Tapi kau yang membuatku jadi begini, Kang Yeri. Andai saja dulu kau tidak memilih Taehyung, pasti kita sudah hidup bahagia. Padahal aku berniat melamarmu di usiaku yang ke dua puluh enam nanti."

Miris memang ketika kau mendapatkan fakta bahwa seseorang yang selama ini kau pikir mencintaimu, ternyata malah mencintai orang lain.

Kim Tae Woo, pemuda itu sudah lebih dari dua tahun menjalani hidup menyedihkan seperti ini. Pergi dari rumah tanpa pamit, meninggalkan keluarga dan hidup sempurnanya di masa lalu hanya karena di butakan oleh dendam kepada seseorang yang dulu sangat ia sayangi. Kim Taehyung.

Drrt Drrt

Getaran dari ponselnya yang berada di atas nakas mengalihkan perhatiannya. Di ambilnya ponsel itu tanpa melepaskan pandangannya dari bingkai foto tadi.

"Eoh, Namjoon-ah," ucap Tae Woo sembari menempelkan ponselnya ke telinga. Tentu dia hafal dengan suara di sebrang sana walaupun tanpa melihat id caller-nya.

"..."

"Sudah. Sudah aku kirim. Orang itu juga sudah mengirimkan uangnya. Tenang saja besok aku ke tempatmu."

"..."

"Benarkah? Baiklah kalau begitu. Aku ambil yang satu ini."

"..."

"Mengapa kau menanyakan bajingan kecil itu? Biar saja. Nanti aku ingin memberinya kejutan. Hidupnya sudah terlalu tenang belakangan ini. Tidak akan aku biarkan dia bahagia setelah menghancurkan hidupku."

"..."

"Diamlah, Namjoon. Yang penting aku menjalankan tugasku dengan baik. Aku pergi ke tempatmu sekarang."

Panggilan itu berakhir dengan helaan nafas panjang yang terdengar dari ujung sana. Tae Woo masih terus memandangi foto Yeri yang tidak pernah tergantikan oleh siapapun di hidupnya. Pemuda itu bangkit setelah meletakan bingkai tadi di atas meja.

Dia mengambil hoodie hitamnya beserta kunci mobil. Malam-malam begini adalah waktu yang paling tepat untuknya melakukan pekerjaan yang sudah ia geluti setelah keluar dari rumahnya dulu.

Setidaknya, dia harus bekerja keras untuk menyambung hidup bukan? Apa lagi untuk membalaskan dendamnya yang entah sampai kapan habisnya. Walaupun apa yang ia lakukan adalah bisnis gelap sekalipun.

"Bersiaplah, V. Kau pasti merindukan kakak tirimu ini."

• • •

Sudah empat hari sejak pertengkarannya dengan Jungkook malam itu, Seo Yeon belum juga berbicara dengannya. Sebenarnya, Seo Yeon lah yang belakangan ini menghindari Jungkook.. dan entah kenapa, Jungkook pun tidak bawel atau mengganggunya seperti biasa. Seakan-akan dia menunggu Seo Yeon untuk lebih dulu berbicara padanya.

I'm HereTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang