24 | Destiny

27.1K 2.5K 652
                                    

Matahari menyapa dengan cerahnya hari ini. Musim panas telah berlalu dan tergantikan oleh indahnya musim gugur. Daun-daun yang telah berubah kecokelatan, terhempas begitu saja ketika angin menerpa. Entah kemana angin membawanya pergi, yang jelas mereka begitu pasrah mengikuti arah angin.

Sama seperti halnya kehidupan manusia. Sebut saja angin itu takdir dan dedaunan itu ibarat manusia. Bukankah dedaunan kering itu hanya bisa pasrah ketika angin membawanya pergi?

Begitu pula dengan kehidupan.

Manusia juga hanya bisa pasrah ketika takdir sudah ditetapkan oleh Sang Pencipta. Manusia hanya tinggal menjalaninya saja karena bagaimana pun juga, jodoh, rezeki, kematian, semua itu sudah di tetapkan sejak kita lahir di dunia ini. Tidak ada yang mampu merubahnya, kecuali Dia, Yang Maha Kuasa.

Tentu setiap takdir yang di tetapkan oleh-Nya berbeda-beda. Entah itu menyenangkan atau sebaliknya, semua itu tergantung pada bagaimana cara kita menyikapinya. Yang baik bisa jadi buruk, dan yang buruk, juga belum tentu buruk. Intinya, itu semua tergantung pada setiap peran yang kita mainkan di panggung kehidupan.

Kalau saja kita sebagai manusia bisa protes terhadap takdir yang sudah di tentukan, mungkin Seo Yeon sudah melakukannya sejak dulu.

Seo Yeon hanya ingin Tuhan menghapuskan rasa yang ia miliki untuk Jungkook.

Bolehkan? Apa itu salah?

Tapi, apa boleh dikata? Mungkin ini memang jalannya. Entah berakhir bagaimana, Seo Yeon menyerahkan semua kepada-Nya. Dia hanya akan mengikuti kemana alur kehidupan ini bermuara.

Lagi-lagi memikirkannya saja sudah membuat kepalanya terasa ingin pecah.

Lantas gadis itu menegakkan punggungnya. Mencengkram tali tas yang menyampir di bahunya sembari menganggukan kepalanya mantap.

"Hari ini kau tidak boleh bersedih, Seo Yeon! Pokoknya kau harus bersenang-senang!" ucapnya menyemangati diri sendiri. Menguatkan pertahanan yang sudah susah payah ia bangun.

Siang ini, Seo Yeon tengah duduk di sebuah halte yang tak jauh dari lingkungan rumahnya. Untungnya halte itu cukup sepi, jadi orang-orang tak terlalu memerhatikan ucapannya barusan.

Tentu bukan tanpa alasan gadis itu duduk di situ.

Saat ini, detik ini juga, ia tengah menunggu seseorang yang akan menjemputnya. Sengaja Seo Yeon memilih halte karena gadis itu memang ingin jalan-jalan menikmati udara musim gugur.

Sampai sebuah mobil berhenti persis di depannya, Seo Yeon terkesiap.

Kedua manik terangnya tak lepas dari sang pemilik yang keluar dari mobilnya itu. Laki-laki dengan balutan jaket jeans yang ia padukan dengan celana hitam kebesaran kesukaannya.

Pemuda itu tersenyum manis ke arah Seo Yeon sambil membuka pintu penumpang depan.

Oh astaga, bukankah perlakuannya itu terlihat sangat manis?

"Uri goyangi.. kajja." (Kucingku, ayo)

Begitu sapaan lembut itu meluncur, bibir Seo Yeon mengerucut sebal. Lantas ia bangun dari duduknya dan masuk ke dalam mobil itu.

Sementara si pemilik mobil, malah terkikik geli melihat gadis yang begitu menggemaskan itu di matanya. Lantas ia ikut masuk, dan mulai menjalankan mobilnya.

"Sunbae, berhentilah memanggilku kucing," gerutu Seo Yeon. "Aku tidak suka kucing kalau kau mau tau."

Taehyung tertawa kecil. Dia melirik Seo Yeon dalam satu detik. "Waeyo? Kucing itu kan lucu." (Kenapa?)

I'm HereTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang