Perempuan itu

163 6 0
                                    

Dirinya benar-benar sudah dipermainkan.

Lena menenggelamkan wajahnya ke bantal, menutup matanya rapat-rapat sekuat tenaga, menahan agar tidak ada air mata yang keluar dari matanya.

Ia tak rela seseorang yang bahkan bukan pacarnya membuat dirinya menangis. Bodoh sekali bukan?

Ia meraih ponselnya di meja kecil di pinggir kasurnya perlahan, masih dengan wajah terbenam di bantal. Ditatapnya pelan dengan mata yang bengkak karena tidak tidur; memikirkan hal-hal yang seharusnya tidak ia fikirkan; atau sekedar menunggu pesan yang tidak datang hingga subuh.

Dan sekarang pun masih tidak ada.

...Fix, Ara itu pacarnya! Atau pdktnya dan udah jadian kemarin, dan begitu pdktannya liat kamu, dia marah sama Radian dan otomatis Radian jauhin kamu!

....Aku gamau kamu sakit hati cuma gara-gara milih orang yang gabisa komitmen, Len

...Mereka kelihatan udah jadian, lalu Radiannya hilang gitu aja..

Danya benar. Jihan benar.

Dia benar-benar cewek bodoh yang percaya dengan keluguan Radian dari penampilannya. How Radian brought her to villa, gave her some cup of nice coffee on Yellow Doors, or some sentences he said in a car... bohong. Hanya permainan. Atau iseng.

Jangan diiket! Cantikan diurai

Is good to see you happy, Aileena

Terus lo maunya gue gimana, Aileena?

Aileena..

Aku suka Aileena!

Lena meraih bantal dan menutup wajahnya keras-keras. Seolah itu bisa meredam tangisnya yang kini diiringi isakan yang keras.

***

Radian mengetuk-ngetuk kamera tuanya, saat gambar yang ia tangkap dari balik kamera terlihat blur.

"Ka Ian lama, akukan udah siap"

Radian kecil tersenyum menatap gadis kecil berambut ikal didepannya. Gadis itu memakai pita biru besar yang baru ia dapatkan dari neneknya dan ingin difoto di taman depan rumahnya oleh Radian. "Kintan harus sabar, kalau jadi artis harus gimana sutradara"

"Sutradara itu apasih, Ka?"

Radian tersenyum. "Orang hebat, yang bisa bikin film Harry Potter yang ada sapu terbangnya itu" Radian mendekatkan kembali wajahnya pada lensa kamera. Sudah tidak blur.

"Nih, udah. Siap ya, 1, 2, 3"

"Ka Ian Kintan kan belum siap"

Radian tertawa melihat foto Kintan merengek di kameranya. Gadis kecil itu mempunyai pipi putih yang tembem, merona, membuat siapapun yang melihatnya ingin mencubitnya. Saat itu, Radian tahu, sampai ia besar pun, Kintan selalu jadi favoritnya.

"Ian" suara Ara memecahkan lamunan Radian. "Jawab dong. Jadi lo tetep mau jemput dia di bandara?"

Lagi-lagi nada galak dari Ara membuat Radian malas menjawab. Ia hanya menundukkan wajah, menatap asap yang terbawa angin dari rokok di tangannya.

Ara mendengus. Kadang-kadang Radian suka berfikir, mengapa gadis ini selalu sibuk dengan urusan percintaannya?

"Ian, menurut gue itu adalah big no! Itu akan membuat dia pede setengah mati kalau lo masih mau sama dia" bentak Ara.

Dear My Aileena (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang