Pasangan Masa Lalu

153 7 2
                                    

Aroma teh herbal menyentuh lembut cuping hidung Radian. Uapnya yang hangat pun menyusul, memberi kesan menenangkan sepersekiandetik. Tetap saja, apa yang dirasakannya kali ini terlalu abstrak untuk bisa ditenangkan oleh satu cangkir teh panas.

Tuk, tuk, tuk. Gadis didepannya kini masih sibuk membalas pesan-pesan di ponselnya yang terlihat sangat banyak. Sesibuk itukah, nona? Pikiran Radian dilema diantara marah dan rindu. Serta.... tidak punya hak.

Entah berapa lama Radian menunggu, hingga saat akhirnya ponsel itu ditaruh, Radian hanya refleks menarik nafas lega. Bukan lega karena ia akhirnya bisa berbicara dan melakukan sedikit percakapan rindu- tapi akhirnya dia bisa izin pulang. "Can I go?"

Gadis itu mengernyitkan alis, lalu tersenyum. "Ka Ian"

Tanpa sadar Radian menelan ludah mendengar nama itu muncul dari mulut gadis itu. "Aku capek, Kin" kali ini laki-laki itu benar-benar berdiri dan bergegas pergi. Gadis itu ikut berdiri, seolah ingin menghentikannya, namun Radian benar-benar tidak mau peduli lagi. Ia lelah menunggu, enam bulan, satu tahun, tiga tahun; sekarang ia terlalu lelah menunggu barang sepuluh menit pun.

"Ka Ian" langkah Radian terhenti. Ia merasakan hangat menjalar di punggungnya, lalu ke perutnya. Kintan, gadis itu ㅡmemeluknya. Radian memejamkan mata, teringat kala terakhir ia merasakan pelukan itu. Dari gadis ini. Orang yang masih spesial?

Entah....

"Kamu marah aku tadi lama? Maaf ya" ujar Kintan, seraya mempererat pelukannya. Membuat Radian refleks membalik badannya, dan memeluk gadis itu erat. Ia marah. Sangat. Tapi aroma mawar ini, entahlah. Terlalu berbekas di hidungnya. Terlalu dirindukan oleh jiwanya. Radian tak tahu lagi apa yang salah atau yang benar.

Yang jelas, detik ini, deep down, he miss her. Dia merindukan gadis ini.

***

Ara menatap layar telefonnya, melamun.
Dilihatnya pesan-pesan yang muncul di layar ponselnya.

Aileena Dewi : Ara, tadi Radian nelfon, tapi langsung ditutup

Aileena Dewi : Kenapa ya?

Aileena Dewi : Raaa lo dimana?

Aileena Dewi : Ra radian kenapa-kenapa gak? Gue khawatir, tapi gue gak tau apa-apa

Aileena Dewi : Ra gue telfon Radian aja kali ya?

Aileena Dewi : Ra maaf ngespam gue panik hehe

Aileena Dewi : Ra, radian ga kenapa-kenapa kan?

Radian A : Bntr. Gue lagi di rumah kintan

Ara menutup matanya.

Bagaimana mungkin dalam satu hari dia telah memberitahu Lena betapa Radian menyukainya namun kenyataannya Radian kali ini sedang bersama gadis lain?

Dear My Aileena (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang