"So... It's official?" suara yang terdengar semangat itu muncul dari balik punggung Radian. Cengiran Ara yang lebar dengan gigi-gigi putihnya kontras dengan blus merah muda cerah yang dipakai sahabatnya itu.
"Nope" jawab Radian, sambil mencibir, seraya mengaduk-ngaduk serbuk teh hijau yang di pesan Ara. "Jangan disitu, nanti gak enak kalau ada bos, heh" tegurnya lagi pada Ara yang kini masuk bebas ke area pantry cafe, karena sore itu tidak ada tamu lain selain Ara. Mas Farrel yang biasanya siap siaga selalu di cafe miliknya itu pun sedang tidak ada.
"Tunggu apa lagi sih, Ian?" rengek gadis itu, menyenderkan punggungnya di tembok pantry, seraya melipat tangan di depan dadanya.
"Tunggu kondisi keluarga gue agak baik" jawab Radian lagi, singkat, sambil sedikit tersenyum. Ara pun menghela nafas pendek, sambil menatap sahabatnya itu. "Tapi lo jelasin kan, ke Aileena?"
Radian mengangguk lagi. Ingatannya kembali ke malam kemarin, dimana tanpa disangka, ia mencium Lena, begitu saja. Membuat ia yakin akan perasaannya yang lebih nyata pada Aileena. Tentang bagaimana ia butuh Aileena untuk membuat hidupnya lebih terang, setidaknya, untuk beberapa saat saja. Radian yakin setelah itu Aileena lebih mengerti tentang segalanya. Tentang hubungan mereka yang sulit dijelaskan. Malam itu, gadis itu pulang dengan senyum yang lebih terang daripada sebelumnya, dan jari kelingking mereka yang saling terkait sebelum tangan mereka benar-benar terlepas.
"Gue tau Aileena udah ngerti." ucap Radian lagi, yakin.
Ara tersenyum, dan langsung memeluk lengan sahabatnya. "Everything's gonna be better. Gak ada Radian yang liat masa lalu lagi, oke?"
Radian menatap Ara beberapa saat, semen tara otaknya mulai memutar kilas balik memori kehidupannya dengan cepat, seiring dengan mesin kopi yang memutar biji kopi didalamnya, berubah menjadi cairan kopi panas di cangkir putih.
Lalu Radian mengangguk mantap, seraya merangkul balik Ara dengan kuat.
Hidupnya memang belum selesai, dan akan terus, dan terus berputar.
Diatas semua itu, Aileena tetap akan tinggal, bukan?
***
Lena tersenyum melihat lembar foto yang ada ditangannya. Disana terpampang wajahnya dan Radian, sama-sama berpose dengan ceria, yang baru saja diambil tadi.
"Nih saosnya" dan suara itu. Kali ini hadir lagi disampingnya. Yang membuatnya tidak bisa menahan senyumnya. Yang membuat seluruh tubuhnya merasa terbang setiap suara itu terdengar.
"Life is full of sweet mistakes
And love's an honest one to make
Time leaves no fruit on the tree"
Dan lagu john mayer yang selalu Radian senandungkan.
"Aileena, itu semut, di kepala!" ujar Radian, yang lalu menertawakan dirinya saat Aileena terkaget dengan candaan receh itu. Yang membuat Lena berdiri mematung menatap sosok didepannya, yang ia kira tidak bisa ia raih kembali. Dengan senyuman itu...
"Len? Jangan marah" Radian, seperti biasa, mencubit pipinya pelan.
Kau tahu,
Rasanya tersesat dalam sosok seseorang?
Seolah mata itu sedalam segitiga bermuda
Menarik jiwamu
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear My Aileena (COMPLETED)
Romance"Aku udah lama gak kesini" suara Radian itu membuyarkan lamunan Lena. "Aku sebenernya gak suka tempat ini" Lena mengernyitkan alis. Mencari arti dari kalimat-kalimat Radian yang ia tidak mengerti. "Tapi karna aku tau kamu bakal suka tempat ini..." R...