"Gitu ya, punya cewe baru langsung lupa temen" sindir Ara sambil mencubit tangan Radian. Radian hanya tertawa mendengar Ara yang seperti biasa, mengejeknya.
"Jadi gimana, Aileena ini?" Tanya Ara sambil melipat tangan didepan tubuhnya. Mata gadis cantik itu menatap Radian tajam, menuntut jawaban.
Radian hanya ber-hmmm ria, memasang muka berfikir, otomatis membuat Ara tertawa. "Jijik lo Ian"
"She's interesting" jawab Radian singkat. Ara langsung sibuk bercie ria dan memukul-mukul lengan Radian. "Finally! Tar ajak ketemu gue dongggg" ujar Ara. Radian hanya mengangguk-angguk melihat keantusiasan sahabatnya itu. Akhir-akhir ini Ara selalu semangat menanyakan hal-hal tentang Aileena. Padahal Radian memang belum bercerita apa-apa. Ia memang sudah cukup dekat dengan Lena, tapi ia belum berfikir mengajak Lena bertemu Ara, sahabat terbaiknya. Yang ia tahu, saat-saat bersama Lena amat sangat membuatnya tenang dan senang.
Dua sahabat yang sedang duduk di kursi bawah pohon itu mengisi percakapan sore itu dengan tawa. Ara selalu seperti ini.
"Ian, gue mau nanya" Ara tiba-tiba menatap Radian, namun kali ini gadis itu sama sekali tidak memberikan kesan galak. Kali ini ada senyum dibibirnya.
"Lo ga main-main kan sama dia?" Tanya Ara.
Pertanyaan itu membuat senyum di bibir Radian hilang.Main-main?
Pertanyaan Ara memang terkesan memojokkan, namun ia tentu tau kenapa Ara seperti itu. Ara terlalu banyak tahu tentangnya.
"Tuhkan, lo gitu ah" nada suara gadis itu meningkat melihat raut muka sahabatnya yang hanya bingung. Ia muak dengan sahabatnya. Dua tahun kebelakang ini, ia memang kecewa dengan Radian. Tapi, Ara memang tidak bisa menyalahkan Radian akan itu. Ara terlalu mengerti Radian.
Radian hanya menunduk dan menghela napas. "Gue gatau, Ra. Gue baru deket sama dia 2 minggu, lo ngarep gue bikin rencana apa sih?"
Ara menarik tas tangannya kasar dan bangkit berdiri. Gadis itu menatap Radian dengan tatapan tegas.
"Gue selalu tau lo perlu waktu. Tapi saran gue, sebelum mulai, lo harus damai sama diri lo sendiri, Ian. Hati cewe gak sebercanda itu"
Radian berdecak sementara Ara berjalan cepat meninggalkannya. Gadis itu kadang sangat menyebalkan jika sedang mengatur orang. Namun ia mengerti itu karena Ara kehilangan ayahnya, dan itu menuntutnya untuk menjadi mandiri dan bisa mengatur adik-adiknya. Namun, apakah Ara harus selalu marah dengan hal yang ia tidak tahu?
Kemudian perhatiannya buyar oleh ponselnya yang berbunyi. Pesan dari Aileena.
Aileena Dewi: Okeeee, aku di parkiran yaa
Apa ia benar hanya main-main?
***
"Anak ibuuu"
Lena tersenyum mendengar sambutan ibunya di ambang pintu. Ia beranjak memeluk ibunya, rasa rindu memenuhi ruang tamu rumah Lena sore itu.
Jumat ini Lena akhirnya berhasil pulang ke Bandung. Dikarenakan ada libur nasional yang jatuh pada hari senin, alhasil Lena bisa menghabiskan dua hari weekend nya di rumahnya di Bandung.
"Bentar! Lagi masak balado daging ya?" Tanya Lena sambil sedikit tertawa. Ibunya mengangguk dan langsung menarik lengan Lena untuk masuk ke ruang makan. Disana ada Ayah Lena yang sedang menyeduh kopi, dan adik Lena yang sedang bersiap mengambil nasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear My Aileena (COMPLETED)
Romansa"Aku udah lama gak kesini" suara Radian itu membuyarkan lamunan Lena. "Aku sebenernya gak suka tempat ini" Lena mengernyitkan alis. Mencari arti dari kalimat-kalimat Radian yang ia tidak mengerti. "Tapi karna aku tau kamu bakal suka tempat ini..." R...