Pesta berjalan lancar.
Radian seems have a good time.Lena berdiri di balkon tempat ia dan Radian dulu mengobrol, sengaja menghilangkan diri; bukan hanya agar Radian punya quality time dengan teman-temannya, tapi untuk dirinya juga. She's not that party people.
Pemandangan pesta di taman dapat jelas terlihat dari balkon yang menjorok ke taman itu. Malam sudah larut dan musik masih terputar, proyektor pun masih memutarkan video-video kenangan Radian dan teman-teman. Radian terlihat sedang tertawa-tawa dengan teman SMAnya, sepertinya ㅡ terlihat sangat senang, dilihat dari tawa lepasnya. Sementara ada yang berenang, ada yang hanya menari, dan ada yang duduk-duduk bercanda sambil menikmati minuman-minuman dalam gelas kaca. Ara, si gadis event, masih dengan antusias berkeliling, memastikan semua orang menikmati pesta yang ia buat.
Aileena si penyendiri, tersenyum seraya menghela nafas lega. I did it. Pesta ini sangat megah. Tentu saja dengan dibantu Ara.
Senang sekali rasanya, berbuat sesuatu untuk membahagiakan orang yang benar ia sayang ㅡ setelah sekian tahun lupa rasanya jatuh cinta. Dirinya merogoh amplop tebal dari tasnya, memandangnya.
Pikirannya melayang ke saat-saat Radian bilang, Radian suka tulisannya. Saat Radian membacakan puisinya juga dengan hafalnya. Saat Radian bilang, "Jangan lupa tulis tentang aku, ya" .
Mata Lena berpindah ke area balkon itu, yang masih membuatnya terkagum. Ia melangkah dan duduk di kursi dan meja yang ditaruh sengaja disana, yang memang dirancang untuk sekedar mengopi seraya melihat langit, dan, tempat yang sangat nyaman, untuk penulis sepertinya. Villa ayah Radian. Yang membuatnya agak takut; tapi Ara meyakinkan kalau tidak apa-apa.
"Aku sebenarnya gak suka tempat ini."
Tangan Lena menyentuh permukaan meja yang dingin, seraya tersenyum.
"Tapi gara-gara aku tahu kamu bakal suka tempat ini, aku maksain kesini."
Ya. Kini Radian suka, dan baik saja.
Dipandangnya amplop tebal itu, yang berisikan kado yang ia akan beri untuk Radian. Ia bungkus dengan kertas kado yang sudah ia bawa sebelumnya, memantapkan hati yang ragu untuk memberikannya atau tidak. Di tempat favoritnya, di tempat yang Radian kenalkan, di tempat Radian menunjukkan betapa laki-laki itu tahu mimpi terdalamnya Lena. Menulis.
Ia akan menulis untuk Radian. Menunjukkan betapa ia menyayangi laki-laki itu. Tanpa minta apapun. Karena setelah malam ini, rasa itu jelas; rasa yang ia dapatkan saat melihat senyuman Radian.... cukup.
Meski masih ada jarak, atau dinding... yang menutup rapat-rapat masa lalu yang Radian coba sembunyikan.. Aileena yakin dia tak perlu tahu. Mungkin, dirinya hanya perlu terus mencoba menyembuhkan itu. Perlahan. Hingga Radian lah yang memutuskan untuk merubuhkan dinding itu.
"Hai Langit... Maafkan aku. Aku yang tidak setia kawan"
Lena tersenyum, dan memeluk kado itu dengan senyuman diwajahnya.
Semua akan baik-baik saja.***
"Bro"
Satu tangan tampak tepat di depan mata Radian yang kini terduduk, mengiringi suara berat yang menyapanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear My Aileena (COMPLETED)
Romance"Aku udah lama gak kesini" suara Radian itu membuyarkan lamunan Lena. "Aku sebenernya gak suka tempat ini" Lena mengernyitkan alis. Mencari arti dari kalimat-kalimat Radian yang ia tidak mengerti. "Tapi karna aku tau kamu bakal suka tempat ini..." R...