Nineteen•

1.2K 99 74
                                    

~°•°~


"Ayo kita pulang," Jimin meraih tangan Songjoo, lalu digandengnya.

Begitulah rutinitas Jimin sekarang. Menjemput dan mengantar Songjoo, ya mirip seperti seorang supir. Tapi itu semua karena Jimin yang meminta, padahal sebenarnya Songjoo merasa tidak enak karena Jimin selalu mengantar dan menjemput ke mana Songjoo pergi. Sampai-sampai terkadang Songjoo berbohong pada Jimin jika ia akan pulang dengan ibunya, tapi nyatanya ia pulang menaiki taksi. Songjoo hanya tidak mau Jimin terlalu lelah.

Songjoo hanya mengangguk dan tersenyum sebagai jawaban. Demi apa, Jimin sangat suka jika Songjoo tersenyum. Wajahnya yang cantik akan semakin terlihat cantik jika tersenyum.

Dari dulu jarang sekali Jimin bisa melihat Songjoo tersenyum padanya. Yah pasti kalian tahu karena dulu Songjoo sangat membenci Jimin. Tapi siapa sangka sekarang rasa benci itu justru telah berubah menjadi rasa ingin memiliki satu sama lain.

Jika pepatah selalu mengatakan 'benci bisa menjadi cinta', mungkin memang benar. Songjoo memang benar-benar merasakannya.

Hm, kalau dihitung-hitung, sudah dua bulan lebih mereka terlihat seperti sepasang kekasih. Dimana Songjoo sudah tidak seperti dulu lagi yang selalu menolak Jimin, dan mereka terlihat selalu bahagia bersama.

Namun bedanya tidak ada status yang jelas dalam hubungan mereka. Jimin pun belum mengetahui jawaban dari Songjoo. Bukannya Songjoo tidak mau dan sengaja membuat Jimin menunggu, tapi cukup sulit bagi Songjoo untuk mempercayai seorang laki-laki. Hubungannya dulu dengan Mino membuat Songjoo sedikit trauma untuk membuka kepercayaannya lagi terhadap laki-laki.

Kini mobil sedan berwarna putih berhenti di depan rumah cukup mewah. Jimin keluar dari sisi kemudi lalu berjalan ke sisi kanan dan membukakan pintu untuk Songjoo.

Songjoo akui Jimin memang sering melakukan hal yang sederhana namun terlihat sangat menghormati seorang wanita. Contohnya Jimin selalu berada di sisi kanan ketika sedang berjalan dengannya saat di pinggir jalan. Jimin juga sering meletakkan tangannya di puncak kepala Songjoo saat Songjoo ingin menaiki mobil, agar kepala Songjoo tidak terbentur atap mobil.

Dan seperti sekarang, Jimin membukakan pintu untuk Songjoo ketika keluar dan masuk ke dalam mobil. Kalau boleh jujur, Songjoo sangat suka setiap perbuatan sederhana dari Jimin.

"Kau tidak ingin mampir?" tanya Songjoo ketika Jimin hanya diam menatapnya.

Jimin sedikit menggeleng, "aku ada urusan dengan temanku," katanya.

"Siapa?"

"Kau tidak mengenalnya. Temanku hari ini datang dari Jepang."

"Laki-laki atau perempuan?"

Jimin terkekeh mendengar pertanyaan Songjoo. Ia sangat suka jika Songjoo mulai cemburu padanya.

"Tenang saja, wanita di hidupku hanya dua, kau dan ibuku," ucap Jimin sambil tersenyum, dan detik kemudian Songjoo juga ikut tersenyum.

"Nanti malam kau ada acara?"

"Tidak ada. Kenapa?"

"Aku ingin mengajakmu pergi," ucap Jimin.

"Bersiaplah jam tujuh malam." Tangan Jimin mengacak gemas rambut Songjoo. Kemudian berlalu memasuki mobilnya kembali.

Songjoo hanya diam menatap mobil Jimin hingga mobil itu tidak lagi terlihat.

"Mengapa kau berdiri di sini?"

Songjoo tersontak kaget ketika sebuah suara sangat terdengar jelas di telinganya. Ternyata ibunya sudah berdiri di sampingnya saat Jimin sudah pergi.

The Bad Boy Stole My Underwear [BTS JIMIN FF]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang