18. Perpisahan

2.7K 365 2
                                    

Hari ini adalah hari dimana aku dan teman-teman kelas 12 lainnya dinobatkan sebagai alumni. Serangkaian acara telah selesai dilaksanakan dan Alhamdulillah berjalan dengan lancar. Aku sudah bawa map ijazah (walaupun ijazahnya sendiri belum keluar). Aku bangga udah bisa lulus dengan hasil yang cukup memuaskan buatku. Ditambah lagi aku lolos SNMPTN. Aku masuk jurusan Teknik Industri di salah satu universitas terbaik di kotaku.

Aku seneng banget hari ini. Terima kasih, ya Allah.

Sekarang, aku lagi foto-foto sama anak-anak yang lain. Aku gak jauh-jauh dari Putra, Ochi, Lisa, Dika dan Alfred karena memang hanya orang-orang itu yang aku kenal dengan baik. Mereka adalah temen yang bener-bener temen selama akubsekolah di sini. Mereka gak malu jalan sama aku meskipun aku gak begitu cantik, gak pinter, dan gak populer kayak cewek-cewek lainnya. Mereka tetep mau main sama aku. Mereka udah jadi mood boosterku selama ini.

Makasih ya, Guys.

Kenapa aku jadi mellow gini?

"Eh, ngapain lo liatin cewek gue?" Itu si Putra yang sedari tadi ngomelin cowok-cowok yang liatin aku.

"Apaan sih. Biarin aja lah. Mereka juga punya mata, wajar kalo liat aku."

"Ngeliatinnya gak woles sumpah. Pen gue colok matanya."

"Santai bro," kata Ochi ngademin si Putra.

"Lagian sih kenapa lo dandannya cantik banget, Le?" Omel Putra.

"Lah kok aku yang salah?"

Fyi, di sekolahku kalau ada acara perpisahan gini siswinya disuruh pakai kebaya, yang cowok diminta pakai setelan jas.

Pilihanku jatuh pada kebaya yang modelnya mirip sama punya Raisa. Kebetulan Bunda bisa jahit gitu, makanya aku minta tolong dibuatin kebaya kayak punya Raisa.

"Lo salah pokoknya dandan gini ke sekolah."

"Sampe jadi trending topic di kelas gue tau. Ya gak, Yang?" Kata Dika.

"Iya. Kamu ditanyain si Bernard. Mau minta id Line kamu juga." Ujar Lisa.

"JANGAN DIKASIH!" kata Putra. "Enak aja dia main deketi Ale sekarang. Dari dulu dia ngapain? Tidur? Gak, gue gak setuju!"

"Kamu apanya aku bisa ngatur gitu?"

"Gue sebagai bestie lo sejak lo masuk nih sekolah, gak mau kalau lo dideketin cowok cuma gara-gara lo sekarang cantik. Gue aja belum pdkt sama lo masa udah mau ditikung?"

"Yee si goblok," kata Ochi sambil noyor Putra.

"Eh misi, Mas, Mbak. Boleh minjem Mbak Ale sebentar?" Kata seorang cowok yang baru aja deketin aku sama anak-anak.

"Lah elo, Jeff?" Tanya Alfred.

"Hehe iya, Mas."

"Ngapain pinjem Ale?" Tanya Ochi menyelidik.

"Ada perlu bentar, Mas."

"Ngomong disini aja bisa kan?" Kata Putra yang langsung dibekap sama Dika yang kebetulan ada di sebelahnya.

"Bawa aja. Gak dibalikin juga gapapa." Kata Dika dengan tangan yang masih membekap Putra.

Jeffrey tertawa denger celetukannya Dika. Dia sedikit menganggukkan kepalanya sebagai isyarat untuk mengajakku pergi menjauh dari temen-temen.

"Nanti aku balik lagi," kataku.

Aku jalan berdampingan sama Jeffrey. Perhatianku gak lepas dari tas punggung segede gaban yang ia bawa saat ini. Ternyata dia ngajak aku ke tempat yang agak sepi, tapi aesthetic. Spot-nya lumayan bagus buat foto. Sudah pasti bisa ditebak kan kita kesini mau ngapain?

"Taraaa... Aku bawa ini." Dia keluarin tripod yang dia bawa. "Aku fotoin sendiri dulu baru foto berdua."

"Iya."

Dia benar-benar merealisasikan omongannya tempo hari. Dia bahkan menyiapkan tripod dan kamera DSLR yang sepertinya keluaran terbaru hanya untuk mengabadikan momen ini. Sebenarnya aku gak begitu suka difoto karena aku masih gak percaya diri untuk berada di depan kamera. Tapi melihat antusiasme Jeffrey yang begitu tinggi, aku gak tega kalau sampai nolak permintaannya untuk difoto.

"Siap ya? 1... 2... 3..."

Cekrek...

"Lagi. 1... 2... 3..."

Cekrek...

Dia melihat hasil jepretan sebelumnya sambil tersenyum puas. Jeffrey juga menunjukkannya padaku. Aku memang sedikit... Berbeda. Berbeda dalam konteks positif tentunya.

"Sekarang foto berdua boleh kan?" Tawarnya.

"Boleh dong." Jawabku tanpa ragu.

Jeffrey kembali memasang kamera di tripodnya. Setelah mengatur timer, ia segera berlari menuju tempat kosong di samping kananku hingga terdengar bunyi cekrek dari kamera, pertanda bahwa gambar telah berhasil diambil. Kami mengambil beberapa foto berdua pada akhirnya. Gak lupa aku minta untuk melakukan selfie berdua juga menggunakan handphone-ku. Buat kenang-kenangan.

"Eh iya, aku punya sesuatu," Jeffrey mengeluarkan sebuah toples kecil dari tasnya. "Ini buat Mbak. Maaf ya cuma bisa kasih ini."

Ihh lucu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ihh lucu...

"Dikasih hadiah aja aku udah syukur kok. Makasih ya."

"Sama-sama, Mbak."

Dia masih beresin tripodnya sebelum temennya manggil.

"Jeff, dipanggil Bu Ratna."

"Iya bentar." Dia teriak ke temennya. "Mbak, aku balik ke temen-temen dulu. Sekali lagi selamat ya, Mbak."

"Makasih."

"Oh iya, malam minggu ini Mbak free gak?"

To be continuedー


[✔] TaruhanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang