[✔] Taruhan

12. (masih) Jogging

Masih di hari yang sama...

Aku sama Jeffrey udah sampai di Lapangan Rampal. Kita berdua melakukan pemanasan ringan sebentar lalu dilanjutkan lari keliling lapangan yang besar. Kayaknya sih kita baru muterin itu lapangan sebanyak 8 kali, tapi aku udah ngos-ngosan jadi aku nyerah aja.

"Segitu aja mbak? Yah cemen!" kata Jeffrey sambil dribble bola basketnya.

Ya, tadi dia bawa bola basket dari rumah.

"Kamu gak ngerti sih. Aku tuh udah kelas 3, jarang ketemu pelajaran olahraga. Kalau disuruh lari kaya gini ya gak kuat, Dek," sambatku.

"Ya udah. Aku 5 putaran lagi ya terus udahan. Nih, tolong bawain bolanya."

Jeffrey lemparin bolanya ke aku lalu lari lagi keliling lapangan 5 puteran.

Gila, dia kuat banget! Sekarang aku darimana otot-otot di tubuhnya itu berasal. Dia suka olahraga ternyata.

Setelah selesai, dia duduk di sampingku yang lagi meluk bolabasketnya. Aku nawarin dia sebotol air minum yang tadi aku bawa dari rumah.

"Thanks."

Dia minum seteguk demi seteguk. Keringatnya mulai bercucuran kayak model iklan Pocari Sweat di televisi. Jangan lupa dia kibasin keringatnya ala-ala pemain badminton yang bikin tingkat kegantengannya nambah berkali-kali lipat.

Amboy rasanya.

"Ngeliatinnya jangan gitu ahh. Jimayu aku," katanya sambil senyum malu-malu kucing.

"Jijik, Dek!" ledekku sambil minum air mineral.

"Eh jangan panggil Dek dong. Kek gimanaaaa gitu dengernya."

"Mau dipanggil apa?"

"Yahh aku-kamu aja. Biar..." Jeffrey nunjukin smirk-nya yang bikin aku hampir kesurupan saking gantengnya.

Dekik e iku lho gak nguati...

"Biar apa sih? Gak jelas kamu iku..."

"Nah... Kan enak kalau pake aku-kamu."

BLUSH...

That "aku-kamu" udah sukses bikin aku nge-fly

"Gak jelas sumpah."

"Ihh mukanya merah coba hahaha."

"Jeffrey..." aku mukulin bahunya. Lebih tepatnya memukul gumpalan otot lengannya.

Lengannya aja berotot apalagi...

Kubiarkan imajinasi kalian meliar!

"Ampun ihh... Kamu mah..." Katanya sambil megangi bahunya. "Eh main basket yuk?"

"Apaan? Aku gak bisa."

"Udah sih ayo main aja. Mumpung sepi."

Jeffrey narik tanganku menuju ke lapangan basket.