Jun - Late

276 38 1
                                    

"Ya ampun. Aku terlambat." pekikmu saat melihat pintu gerbang sekolahmu sudah tertutup rapat.

"Astaga aku harus bagaimana?" Ujarmu bingung. Pasalnya hari ini kau ada ujian harian matematika dan guru pembimbing pada mata pelajaran itu terkenal sangat galak.

Kau pun mengacak rambutmu asal, sampai-sampai kau tak menyadari ada seseorang yang sedang menatapmu.

"Hei." ujar seseorang itu padamu.

Kaupun menoleh dan mendapati Jun, seorang anak bandel yang terkenal di sekolahmu. Bisa dibilang dia salah satu the most wanted di sekolahmu. Ya, terkenal karena kenakalannya. Dia itu sudah ditegur berulang kali, diskors berulang kali, dihukum berulang kali tapi tidak pernah jera.

Kau hanya tersenyum kikuk lalu membalas sapaan dari Jun.

"hai."

Singkat saja karena saat ini di samping Jun, jantungmu sudah berdetak tak menentu.

"Kau juga terlambat?" Lanjutmu.

Jun hanya menatapmu datar sambil menaikkan salah satu alisnya yang membuatnya tampak nakal sekaligus tampan.

Kau sadar bahwa pertanyaanmu barusan tidak seharusnya ditanyakan pada seseorang seperti Jun. Mengapa? Karena dia adalah Raja terlambat, Bolos dan masih banyak lagi.

"Lalu kau sendiri, mengapa terlambat?" Tanya Jun padamu.

"Yang kutahu kau salah satu anak berprestasi di sekolah kita?" Lanjutnya.

'Wow. Itu kalimat terpanjang yang pernah kudengar dari seorang Jun.' batinmu.

"Bisakah kau berhenti menanyakan hal seperti itu padaku? Sekarang yang harus kita pikirkan adalah bagaimana cara kita masuk ke dalam?" Ujarmu pada Jun.

Jun langsung saja tersenyum yang bisa buat hamil dadakan. Tidak, hanya bercanda. Kau tidak tahu arti dari senyumannya itu.

"Ikut aku." suruhnya lalu kaupun mengangguk dan mengikuti langkah kakinya.

Kalian berdua berjalan ke arah samping sekolah dengan tembok yang lumayan tinggi menurutmu. Kau pun langsung tahu apa yang Jun rencanakan untuk kalian bisa masuk ke dalam sekolah.

"Uhm, Jun. Apa kita akan memanjat tembok ini?" Tanyamu agak sedikit grogi.

"Menurutmu?" Jun berbalik tanya padamu.

"Tapi bagaimana aku bisa memanjat tembok setinggi ini? Rokku kan pendek. Bagaimana kalau nanti kau mengintip?" Balasmu sambil menatapnya.

Jun mendengus kesal mendengar ocehanmu. Kemudian dia menunduk dan menyuruhmu untuk naik ke punggungnya.

"Naik." suruhnya.

"Tapi ... nanti bajumu kotor." balasmu.

"Tak apa. Sekarang naiklah dan jangan membuang-buang waktu." ujar Jun sambil membenarkan posisinya.

Kau pun dengan ragu-ragu mulai naik ke atas punggung Jun yang menjadi tumpuanmu untuk naik ke atas tembok. Kau lumayan takut karena baru kali ini kau memanjat tembok.

"Jun ... benar tidak apa-apa?" Tanyamu.

"Sudahlah tidak usah dipikirkan. Apa kau sudah bisa naik ke atas tembok?" Balas Jun sambil menahan beban tubuhmu.

"Ya, sedikit lagi. Bisa kau mengangkatku sedikit lebih tinggi?" Ujarmu berusaha meraih ujung tembok.

Jun sedikit menaikkan tubuhnya sehingga kau dengan mudah mencapai ujung tembok dan segera naik ke atas lalu menyeberanginya.

Carat's DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang