[13] Apa Arti Bahagia? (IV)

182K 17K 1.1K
                                    

Repost tanpa perubahan dari versi Wattpad. (4 April 2022)

.

.

.

Agam is back!

Kalo suka ceritanya, tinggalin vote dan (terutama) komen ya, Darling 😘

***

[13] Apa Arti Bahagia? (IV)

🔹🔹🔹

Lamia merasa ada sesuatu yang masuk ke matanya. Ia mengerjap, lalu mengusap pelan. Hal itu berlangsung beberapa detik, hingga matanya sampai seperti mengeluarkan air mata.

Ia mencengkeram ujung jaket Agam dengan sebelah tangan. "Agam, mata gue kelilipan."

Agam mendengarnya. Oleh karena itu ia langsung menepikan motor begitu jalanan aman.

Lamia langsung turun, masih sambil mengusap mata kirinya yang kemasukan debu. Hal itu diikuti oleh Agam. Cowok itu juga turun, melepas helmnya dan juga melepas helm yang dipakai Lamia.

"Sini."

Detik selanjutnya, Agam menarik pelan tangan Lamia yang sedang mengusap itu, lalu ia mendekatkan wajah. Ditiupnya mata Lamia yang kelilipan itu.

O-em-jii!! Untung aja hal ini dilakukan Agam di pinggir jalan. Kalau di sekolah, mereka pasti sudah menjadi sorotan! Posisi mereka dekat sekali! Sepeti nyaris berciuman.

"Gimana?" tanyanya setelah menjauhkan sedikit wajah.

Lamia mengerjap. "Udah mendingan. Tapi tetep aja rasanya masih gak enak."

Agam menoleh ke sekitar. Mendapati ada sebuah warung di dekat mereka, ia berucap, "Gue beli Imsto dulu."

Tak lama kemudian, Agam kembali dengan membawa botol kecil obat tetes mata itu.

"Sini."

Lagi, kembali Agam mendekatkan wajahnya di depan Lamia. Hanya beberapa senti jarak di antara keduanya. Agam menarik pelan dagu Lamia untuk mendongak. Ia teteskan dengan hati-hati cairan itu di mata Lamia yang kelilipan.

Kalau saja Lamia sedang tidak sakit mata sekarang, maka dengan jarak sedekat ini, ia sangat amat bisa memandangi wajah Agam dengan jelas. Bahkan sampai ke pori-porinya!

Di pinggir jalan, cowok itu sama sekali tidak sungkan-sungkan mengikis jarak di antara mereka.

Kalau ada yang bertanya apakah jantung Lamia jadi berpacu lebih cepat sekarang, maka ia akan menjawab ... tidak. Karena apa? Karena bahkan yang lebih dari ini pun, pernah Agam lakukan padanya. Dan silakan mendengar sorakan iri dari para cewek lain.

Setelah merasa cukup, kembali Agam bertanya, "Udah baikan?"

Lamia mengerjap sebentar, setelahnya menarik kedua sudut bibir. "Iya, gak perih lagi sekarang."

Agam menutup obat itu. "Makanya kaca helm itu ditarik, La."

Lamia meringis. "Hehe, iya emang gue yang salah."

Agam memasukkan Imsto ke kantong jaketnya. Ia membalikkan badan, hendak mengendarai motor lagi.

"Agam," tahan Lamia lagi dengan menarik ujung jaket kulit itu.

Bad Boy on My BedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang